Kamu yang tinggal di Jakarta, pasti sudah pernah main-main di Kota Tua dong, ya. Museum Fatahillah, Museum Wayang, Toko Merah, dan sekitarnya, pasti sudah menjadi tujuan utama ketika berkunjung ke kawasan Kota Tua. Namun, ada sudut lain di Kota Tua yang mungkin belum pernah kamu datangi. Tempat-tempat ini tak kalah cantiknya dibandingkan gedung lainnya. Tempat-tempat ini adalah:
Pelabuhan Sunda Kelapa
Lokasinya memang beberapa ratus meter dari kawasan Kota Tua, tapi pelabuhan ini bagian dari sejarah, saksi bisu betapa hebatnya Batavia ratusan tahun yang lalu. Ya, empat ratus tahun yang lalu, Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan tersibuk se-Asia Tenggara. Kapal-kapal dagang merapat ke pelabuhan ini, untuk mengangkut rempah-rempah ke negeri Belanda. Pelabuhan ini menjadi yang paling sibuk karena dahulu di Batavia ada Kantor Pusat VOC.
Sekarang, Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi tujuan utama para traveler dari luar negeri. Sebab, saat ini di seluruh dunia sudah tidak ada lagi pelabuhan yang terdapat kapal-kapal seperti yang ada di Pelabuhan Sunda Kelapa. Kapal jenis phinisi ini sampai saat ini masih beroperasi mengangkut barang-barang. Bahkan ada yang berlayar hingga Papua.
Bagi para traveler asing, Pelabuhan Sunda Kelapa adalah living museum, yaitu museum yang masih bisa disaksikan aktivitasnya secara langsung. Tempat ini juga bagus banget buat foto-foto. Ada peti-peti besar yang ditumpuk, sebagai tempat penyimpanan barang. Peti berwarna-warni ini keren banget buat background foto.
Hati-hati kalau sedang main di sini, karena tempat ini adalah tempat kerja. Ada orang yang mengangkut barang, bahkan mengangkut peti-peti ini menggunakan katrol. Jangan terlalu dekat dengan mereka, karena akan mengganggu pekerjaan mereka.
Selain bagus untuk berfoto, Pelabuhan Sunda Kelapa juga tempat terbaik untuk menyaksikan sunset. Jadi, pastikan kamu main di sini sampai menjelang malam, ya. Lalu, saksikan matahari tenggelam di batas cakrawala.
Oh ya, tiket masuknya murah banget, yaitu hanya Rp2.000. Kalau main di sini, jangan lupa bawa masker Nexcare. Bahannya enak bangetm karena nggak tembus debu. Lalu, bawa Aqua juga biar nggak dehidrasi karena kepanasan.
Menara Syahbandar
Lokasinya hanya sekitar 200 m dari pintu keluar Pelabuhan Sunda Kelapa. Menara ini juga sudah berusia 400 tahun. Dahulu, Menara Syahbandar difungsikan sebagai menara pandang atau mercusuar untuk memantau kapal-kapal yang masuk dan keluar Batavia lewat Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sebagai mercusuar, Menara Syahbandar menjadi gedung paling tinggi di Batavia. Aneh, memang. Sebab, menara ini tingginya hanya 40 m. Bandingkan dengan gedung-gedung di Jakarta saat ini! Nggak heran sih, karena pada saat itu gedung lain hanya dua laintai, sementara Menara Syahbandar lima lantai. Naik sampai lantai lima pun nggak sulit, padahal hanya ada tangga.
Di sini ada monumen penanda titik nol kilometer Batavia, yang dicanangkan pada abad-17. Monumennya hanya berupa batu, dengan aksara Cina. Saya sempat bertanya, kenapa ditulis menggunakan aksara Cina, bukan berbahasa Belanda? Sebab, dahulu bangsa Belanda adalah tuannya, bangsa Cina adalah arsiteknya, dan bangsa Indonesia adalah pekerja kasarnya. Nah, pada saat membangun tempat ini, para arsitek Cina itulah yang menuliskan batu monumen ini.
Museum Bahari
Tidak jauh dari Menara Syahbandar, ada Museum Bahari. Dahulu, museum ini adalah gudang untuk menempatkan rempah-rempah. Ketika rempah-rempah sudah dipanen, dikumpulkan dahulu di gudang, baru kemudian diangkut ke Belanda menggunakan kapal.
Saya merasa “sakit” ketika mendengar bahwa rempah-rempah inilah yang membuat Belanda kaya raya. Tanah Indonesia subur banget. Segala macam rempah-rempah yang dibutuhkan dunia, ada di sini. Yang mencengangkan adalah buah pala. Iya, buah pala yang buat bumbu masak sayur sop itu. Dahulu, belum ada lemari es. Nah, buah pala ini berkhasiat mengawetkan berbagai bahan makanan. Nggak heran kalau harganya selangit banget, melebihi harga emas. Setengah harta kekayaan negeri Belanda, didapat dari penjualan pala ini. Duh, “sakit” banget saya dengarnya. Kenapa bukan bangsa Indonesia saja yang menjualnya ke seluruh dunia, ya?
Kalau mau lihat rempah-rempah yang dijual di masa Belanda, masih ada di salah satu ruangan di Museum Bahari. Museum ini juga menampilkan berbagai informasi tentang kelautan serta pahlawan-pahlawan Indonesia, dari zaman kuno hingga masa penjajahan.
Ini kali kedua saya mengunjungi Museum Bahari. Dari museum ini juga saya lebih banyak mengenal Malahayati, pahlawan wanita asal Aceh yang gigih menghimpun pasukan untuk melawan penjajah Belanda. Anggota pasukan yang dipimpinnya semuanya wanita, lho. Dan semuanya adalah janda yang sebagian besar suaminya meninggal sebagai korban perang. Hebatnya lagi, Malahayati yang nama lengkapnya adalah Keumalahayati, berhasil membunuh Cornelis de Houtman, pentolan Belanda yang terkenal kejam.
Acaraki Café Jamu
Naaah, ini menarik banget! Ternyata di Kota Tua ada café yang khusus menjual jamu. Namanya Acaraki. Nama ini artinya adalah peracik jamu. Sama seperti barista, peracik kopi. Meskipun terdengar seperti bahasa Jepang, ternyata nama “acaraki” diambil dari bahasa sanskerta. Lokasi café ini adalah di belakang Museum Fatahillah.
Acaraki mengambil konsep mind, body, and spirit. Konsep ini membentuk pemikiran bahwa rutin minum jamu akan membuat tubuh sehat, pikiran tenang, dan pada akhirnya meningkatkan level spiritual kita. Jamu yang diracik menggunakan berbagai rempah-rempah, akan menyehatkan tubuh. Jika tubuh sehat, pikiran pun bisa lebih tenang. Lalu, rasa syukur meningkat, karena semua ini terjadi karena sudah kehendak Tuhan.
Jangan bayangkan jamu di sini rasanya pahit, ya. Racikannya enak-enak, lho. Beras kencur yang biasa saya minum di tukang jamu keliling aja di sini rasanya bisa enak banget. Sebab, ada yang kencurnya di-roasted dahulu, ada juga yang tidak. Lalu, jamu beras kencur ini bisa ditambah es krim. Hmmmm … enak banget!
Jamu menu lainnya juga ada. Semuanya diracik menjadi jamu bercitarasa segar dan jauh dari kesan jamu pada umumnya yang rasanya pahit. Harganya Rp30.000-Rp35.000 per porsi.
Banyak sudut lain yang menarik di Kota Tua. Kalau kita jeli dan melihat satu per satu, pasti ada saja hal seru yang selama ini belum sempat digali. Jadi, selamat menikmati sudut lain di Kota Tua.
Memez Heidy Prameswari says
Baru tahu ada Cafe yang menyajikan minuman Jamu begini, bakalan mampir deh…karena aku penggemar berat Jamu…
mysukmana says
Es Krimnya menyenangkan ya mb Nunik..