• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Travel / Indonesia / Menelusuri Jejak Mataram Islam di Kotagede

Menelusuri Jejak Mataram Islam di Kotagede

January 11, 2013 Nunik Utami Leave a Comment

Dimuat di Republika, 30 Oktober 2012

_MG_1254

Dahulu, Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam. Kini, kecamatan di Yogyakarta yang dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan perak ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang kerajaan Islam tertua di Jawa.

Kerajaan ini memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan agama Islam di Nusantara. Pada masa kejayaannya, Mataram Islam sempat menguasai daerah di seluruh Jawa hingga Madura, kecuali Banten dan Batavia, lalu menciptakan kebudayaan bercorak Islam di tanah Jawa.

Pohon beringin raksasa di depan kompleks Masjid Agung Kotagede. Konon, pohon ini ditanam oleh Sunan Kalijaga.
Pohon beringin raksasa di depan kompleks Masjid Agung Kotagede. Konon, pohon ini ditanam oleh Sunan Kalijaga.

Dinasti Mataram Islam bermula ketika Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun Alas Mentaok. Semakin lama, daerah itu semakin ramai dan akhirnya terbentuklah Kerajaan Mataram Islam. Saat Ki Ageng Pemanahan wafat, kedudukannya digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya yang terkenal dengan sebutan Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Ketika sudah menjadi raja, dia mendapat gelar Panembahan Senopati.

Pasar Legi

Suasana Pasar Legi di siang hari.
Suasana Pasar Legi di siang hari.

Pasar inilah yang membuat Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati) dijuluki Pangeran Ngabehi Loring Pasar (pangeran yang tinggal di sebelah utara pasar).  Pasar yang sudah beroperasi sejak raja itu memerintah di Mataram (1582-1601), hingga kini masih aktif. Meskipun bangunannya sudah direnovasi berkali-kali, letak pasar ini tidak berubah sejak ratusan tahun yang lalu.  

Masjid Agung Kotagede

Masjid Agung Kotagede yang sudah berusia ratusan tahun.
Masjid Agung Kotagede yang sudah berusia ratusan tahun.

Sekitar 100 m dari Pasar Legi, terdapat kompleks makam raja-raja yang dahulu pernah memerintah di Mataram. Di halaman kompleks terdapat sebuah pohon beringin yang sangat besar. Konon, pohon beringin yang disebut Wringin Sepuh itu ditanam oleh Sunan Kalijaga.

Untuk memasuki area Masjid Agung Kotagede, saya melewati gapura berwarna merah bata. Sesampainya di halaman masjid terlihat prasasti berwarna hijau, dengan tinggi 3 m. Bagian bawah prasasti berbentuk bujur sangkar dan salah satu sisinya dilengkapi jam. Prasasti ini dibuat sebagai pertanda bahwa Paku Buwono X pernah merenovasi masjid.

Salah satu sudut dinding dan gapura yang cantik.
Salah satu sudut dinding dan gapura yang cantik.

Masjid Agung Kotagede dibangun pada 1640-an. Pembuatannya melalui dua tahap. Tahap pertama, Sultan Agung membangun bagian inti masjid dengan tiang yang terbuat dari kayu . Raja itu juga membangun tembok pada bagian kiri halaman, menggunakan perekat berupa air aren yang dapat mengeras dan menyatu, sehingga tembok tersebut lebih kuat. Tahap kedua, Paku Buwono X, membangun bagian serambi masjid menggunakan tiang yang terbuat dari besi.

Bagian inti masjid merupakan bangunan khas Jawa dengan ciri-ciri atap yang berbentuk limas. Masjid ini dikelilingi parit yang dahulu  digunakan sebagai saluran pembuangan air dari tempat wudhu. Kini, parit tersebut sudah dipasangi keramik di seluruh permukaannya, dan digunakan untuk memelihara ikan. Untuk memudahkan orang yang akan melakukan sholat, di atas parit tersebut dibuat jembatan kecil.

Parit yang mengelilingi Masjid Agung Kotagede. Di atasnya dibuat jembatan untuk memudahkan orang masuk ke serambi masjid.
Parit yang mengelilingi Masjid Agung Kotagede. Di atasnya dibuat jembatan untuk memudahkan orang masuk ke serambi masjid.

Bagian depan masjid ini berwarna hijau dan putih, tetapi bagian serambi berwarna cokelat. Pada bagian langit-langitnya terpasang lampu-lampu antik khas perabotan zaman dahulu.  Beduk yang ada di serambi masjid ini juga berusia ratusan tahun. Hingga saat ini, masjid dan beduk tua yang bersejarah ini masih aktif digunakan.

32. beduk berusia ratusan tahun ini masih digunakan hingga sekarang

Pintu menuju bagian dalam masjid terbuat dari kayu. Bagian atasnya dihiasi ukiran kaligrafi. Masjid ini dilengkapi mimbar kayu berhias ukiran yang sangat indah. Untuk menjaga keasliannya, mimbar berwarna cokelat tua yang sudah berusia ratusan tahun ini sudah tidak digunakan. Dahulu, Adipati Palembang menghadiahi mimbar ini ketika Sultan Agung datang sepulang dari menunaikan ibadah haji.  

Seluruh dinding masjid sudah direnovasi. Namun, ada sebidang dinding yang ditutup oleh pigura kaca. Dinding yang terbuat dari batu bata tanpa ditutup semen itu adalah dinding asli masjid yang sengaja disisakan.

Makam Raja-Raja

_MG_1132

Makam raja-raja yang pernah berkuasa di Mataram berada di kompleks yang sama dengan Masjid Agung Kotagede. Untuk mencapai makam tersebut, saya berjalan kembali melewati beberapa gapura. Makam ini berisi 81 makam raja dan keturunannya, yang seluruhnya terbuat dari marmer.  Pada hari tertentu diadakan pengajian rutin untuk mendo’akan arwah para raja.

Dengan tarif Rp. 20.000/orang, pengunjung dapat memasuki  area makam. Pada saat memasuki makam, pengunjung diharuskan memakai pakaian tradisional yang dapat disewa dengan harga Rp. 10.000/orang. Tempat ini hanya dibuka pada hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jum’at pukul 08.00-16.00 wib. Selama berada di dalam area makam, pengunjung tidak diperkenankan mengambil gambar dalam bentuk apapun.

Tempat Pemandian

Ada yang mau coba mandi di sini?
Ada yang mau coba mandi di sini?

Sendang Seliran atau tempat pemandian yang ada di kompleks itu terbagi atas pemandian untuk laki-laki (Sendang Kakung) dan untuk perempuan (Sendang Putri). Pada Sendang Kakung terdapat sumur tua yang dahulu digunakan oleh Panembahan Senopati untuk berwudhu. Di dekatnya terlihat sebuah tempat duduk dari batu. Konon, ketika terjadi kemarau panjang, Panembahan Senopati tidak mendapatkan air untuk berwudhu. Kemudian raja itu memanjatkan do’a kepada Allah secara khusyuk sambil duduk di batu itu.  Seketika, keluarlah air dari bawah batu tersebut.

Watu Padasan

Tempat berwudhu zaman dahulu.
Tempat berwudhu zaman dahulu.

Setelah keluar dari kompleks, beberapa ratus meter ke selatan terdapat sebuah rumah berukuran 3×3 m. Saya menghubungi juru kunci untuk dapat melihat-lihat ke dalam. Di sebelah kanan pintu masuk terdapat gentong yang disebut Watu Padasan. Gentong setinggi 80 cm ini digunakan untuk berwudhu oleh Ki Juru Martani (adik sepupu sekaligus ipar Ki Ageng Pamanahan).

Watu Gatheng

Batu berat ini adalah mainan anak raja. Sakti banget tu anak :D
Batu berat ini adalah mainan anak raja. Sakti banget tu anak 😀

Di sebelah kiri terdapat tiga buah batu besar berwarna kuning. Batu itu adalah mainan Raden Rangga, putra Panembahan Senopati. Konon, Raden Rangga memiliki kekuatan yang lebih dari manusia biasa sehingga bisa memainkan Watu Gatheng dengan cara melempar-lemparnya, meskipun batu itu sangat berat.

Watu Gilang

bagian yang penyok di pingggir batu ini adalah bekas kepala musuh raja.
bagian yang penyok di pingggir batu ini adalah bekas kepala musuh raja.

Singgasana yang disebut Watu Gilang ini berada di bagian tengah ruangan. Bentuknya berupa batu bujur sangkar berwarna hitam, berukuran 2 meter dengan tinggi 30 cm. Di salah satu sisi batu itu terdapat cekungan bekas dahi Ki Ageng Mangir. Dia adalah pemberontak Mataram. Ketika Ki Ageng Mangir menghadap, Panembahan Senopati langsung membenturkan kepala si pemberontak ke singgasananya.

Reruntuhan Benteng

29. Sisa-sisa cepuri (benteng yang mengelilingi kraton) yang dikenal dengan sebutan Bokong Semar

Panembahan Senopati yang bijaksana membangun cepuri (benteng yang mengelilingi keraton) dan baluwarti (benteng yang mengelilingi kota seluas 200 ha). Benteng cepuri ini tidak simetris. Pada bagian tenggara, cepuri agak membulat dan membentuk sudut tumpul. Bentuk ini membuat para penduduk menjulukinya sebagai Bokong Semar. Sisa-sisa cepuri Bokong Semar masih bisa disaksikan hingga saat ini.

 

Untuk mencapai Kotagede, kita harus datang ke Yogyakarta melalui jalan udara atau darat. Dari bandara Adi Sutjipto, Kotagede dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat atau roda dua ke arah selatan, dalam waktu kurang dari satu jam.

Tips selama menyusuri Kotagede:

·         Selalu menjaga kesopanan sebab masyarakat di sana sangat menjunjung tinggi sopan santun, bahkan terhadap raja yang sudah meninggal.

·         Meskipun tidak dipungut biaya resmi, sediakan sejumlah uang untuk dimasukkan ke dalam kotak uang yang telah disediakan.

 

 

 

Indonesia, Place, Review, Travel islam, kerajaan, kotagede, kuno, sejarah, travelling, wisata, yogyakarta

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong
  • Kulkas 2 Pintu Terbaru dari Panasonic, Ini Kelebihannya

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,110 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Dari dulu saya berprinsip, punya hobi itu jangan s Dari dulu saya berprinsip, punya hobi itu jangan selalu ngabisin uang. Tekuni hobi sampe jadi skill tersendiri. Jadi kalau pekerjaan utama lagi berantakan, kita bisa cari uang dari skill yang dikuasai, yang berasal dari hobi itu. 
 
Terus, biasakan segala sesuatu yang butuh cost, harus bisa membiayai dirinya sendiri. Misalnya, kita butuh internet. Ya manfaatkan internet buat cari uang, yang bisa membiayai internet itu sendiri. 

Pada intinya, harus kreatif. Bisa menghabiskan, ya harus bisa menciptakan. 

Selamat Hari Kartini. 

#harikartini2021
Lagi ngapain? Rebahan? Coba deh dengerin pantun i Lagi ngapain? Rebahan? 
Coba deh dengerin pantun ini! Dijamin extra faedah 😄

#RamadhanExtraFaedah #PantunExtraFaedah #UnlimitedBisaSemua
@sctv @smartfrenworld
Boleh bernapas lega deh yaa, kalo semua urusan uda Boleh bernapas lega deh yaa, kalo semua urusan udah beres. Hari kedua puasa ini lumayan sibuk. Pengiriman peyek, kue kering, dan batik, yang butuh perhatian lebih. Telpon sana sini buat koordinasi dan memastikan pengiriman berjalan lancar. 

Ngerjain kerjaan rutin, ngetik naskah, ngedit naskah, kirim report, dan urusan rumah, juga aman terkendali. Yaa kalo kehabisan energi, biasanya saya bisa tiba2 ketiduran. Butuh istirahat, dong. Apalagi lagi puasa. 

Kegiatan bulan puasa jadi agak beda, sih. Saya sengaja ambil jam istirahat beberapa kali, buat ibadah yang agak lebih. Satu yang belum kesampaian: tarawih di masjid. Masjid favorit yang dekat rumah, sekarang belum buka tarawih berjamaah. Adanya masjid yang dekat rumah juga tapi penuh. Masih belum berani kalau tarawih di situ karena ramai banget. 

Semoga kalian puasa dan aktivitas selama puasa lancar juga, ya. 

#ramadan #ramadan2021
Anak alergi susu sapi? Selain gak boleh minum susu Anak alergi susu sapi? Selain gak boleh minum susu sapi, pemberian makanannya juga harus hati2. Nggak boleh ngonsumsi produk turunannya, seperti keju, yogurt, dan beberapa lainnya. 

Tenang. Ada kok, resep makanan untuk anak yang alergi susu sapi. Nih, saya punya buku resepnya, dari @soya_generasimaju . Boleh banget lho, nyoba2 ini. Biar anak yang alergi susu sapi, bisa tetap dapat nutrisi yang cukup. 

#SoyaDukungTumbuhMaksimal #SemangatGenerasiMaju
Sore-sore duduk-duduk di sini sambil ngobrol sambi Sore-sore duduk-duduk di sini sambil ngobrol sambil ngemil sambil minum teh, enak banget, lho. 

Jaraknya cuma 50 m dari rumah. Dulu malah rumahnya tepat di kiri depan candi ini. Rumah pertama yang ada di depan candi. 

Sekarang Candi Sari masih ditutup untuk umum, tapi kalo tetangga mau main di sini, boleh aja. Pagarnya kadang dikunci, kadang nggak. 

Kalo lagi nggak dikunci ya tinggal buka aja. Kalo lagi dikunci, tinggal nyamperin penjaganya, minta dibukain. Wong penjaganya juga tetangga. Malah ada juga yang sodara, yang kerjanya di Dinas Purbakala. 🤭

#candisari #candi #candijogja #wisatacandi #wisatajogja
Dari dulu kalo mudik ke Jogja udah pasti nyempetin Dari dulu kalo mudik ke Jogja udah pasti nyempetin makan tengkleng. Biasanya saya makan di daerah Amplas. 

Masalahnya, sekarang kangennya sama tengkleng rica-rica-nya Pak Manto. Waktu itu pernah makan di Solo, enak banget. Adanya memang cuma di Solo. 

Eeh, ternyata sekarang ada juga di Jogja. Tepatnya di Gejayan. Kedai yang di Solo sih, rame banget. Makanya waktu itu sengaja makannya jam 10-an biar nggak terlalu ramai. 

Begitu makan yang di Jogja, tempatnya sepiiii banget. Maklum, deh. Namanya juga lagi pandemi. 

Porsi yang di Jogja sama banyaknya dengan yang di Solo. Kelihatannya buanyaak banget ya. Padahal bawahnya juga banyak ganjalannya, berupa kol. Hahaha ... Tapi ya tetap, porsi segitu masih kebanyakan buat saya. Soalnya dagingnya banyak.
Kalo pengin pake nasi, seporsi nasi biasa buat berdua atau bertiga. Jadi tengklengnya bisa dihabiskan. 

Bisa juga dibalik. Nasinya satu porsi. Tengklengnya satu porsi buat berdua. 

Makan di Solo, setahun yang lalu, seporsi Rp65 rb. 
Makan di Jogja, seporsi Rp69 rb. 
Sudah sama nasi. 
Tinggal nambah es jeruk atau es teh manis. 
Kenyang, deh. 😍

#tengklengricarica #tengklengricaricapakmanto #kulinersolo #kulinerjogja
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • HP Spectre x360 14 Terbaru, Dukung Aktivitas Semua Impian
  • Mobil Toyota Kijang dari Masa ke Masa
  • Anak Mengalami Alergi Susu Sapi, Ingat Saja “SOYA”
  • Imugard Memperkuat Imun Tubuh dengan Bahan Alami
  • Dear Perempuan, Mari Merayakan Hidup!

Komentar Terbaru

  • nia nastiti on HP Spectre x360 14 Terbaru, Dukung Aktivitas Semua Impian
  • Nunik Utami on Anak Mengalami Alergi Susu Sapi, Ingat Saja “SOYA”
  • Nunik Utami on Anak Mengalami Alergi Susu Sapi, Ingat Saja “SOYA”
  • Nunik Utami on Anak Mengalami Alergi Susu Sapi, Ingat Saja “SOYA”
  • Nunik Utami on Anak Mengalami Alergi Susu Sapi, Ingat Saja “SOYA”
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis