• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Artikel / Mari Mainkan Peran, Bersama-Sama Menebar Kebaikan

Mari Mainkan Peran, Bersama-Sama Menebar Kebaikan

April 30, 2020 Nunik Utami 2 Comments

Pernah berbuat baik?

Kalau ditanya seperti itu, tentu saja kita pernah berbuat baik. Apalagi kita rutin membayar zakat dan menyisihkan sebagian harta untuk diberikan kepada orang lain. Lihat saja di sekitar kita. Ada orang yang menyumbangkan rezekinya untuk anak-anak yatim. Ada yang rutin membuatkan makanan untuk orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang menyumbangkan bahan bangunan untuk membangun sarana pendidikan dan kesehatan. Ya, semua orang pernah berbuat baik.

Menebar kebaikan bukan melulu soal memberi materi. Memberi kasih sayang pada orangtua, juga salah satu kebaikan berbagi. (Foto dok pri).

Eh, tunggu!

Kalau begitu, berarti berbuat baik adalah perkara memberi materi? Bagaimana dengan orang lain yang tidak memiliki harta cukup? Jangankan memberi, untuk menafkahi diri sendiri dan keluarga pun, harus mencari dengan susah payah. Apakah berarti mereka tidak pernah berbuat baik?

Dahulu, saya pernah hidup di lingkungan yang menganggap bahwa orang baik adalah orang yang suka memberi materi. Sementara, orang yang tidak pernah memberi, ya tidak dianggap baik. Itu berarti, orang yang tidak pernah memberi, tidak akan pernah berkesempatan berbuat baik?

Hati saya teriris. Sebab, pada saat itu, saya termasuk orang yang tidak bisa sering-sering memberi materi. Aduh, saya kok, jadi merasa rendah diri, ya? Sudah tidak bisa sering memberi materi, eh, saat memberi pun tidak bisa dalam jumlah besar.

Kecil hati? Ya.

Merasa tidak diterima di lingkungan? Tentu saja.

Tapi, saya bisa apa?

Meskipun lingkungan ini membawa dampak yang kurang baik bagi mental, toh saya tidak bisa keluar dari sini begitu saja. Saya memang tidak bisa memberi materi dalam jumlah besar seperti mereka. Namun, bukankah Allah memberi kesempatan yang sama pada semua orang, termasuk kesempatan untuk menjadi orang baik? Bukankah kebaikan berbagi bukan melulu sekadar berbagi materi? Kalau berbuat baik hanya perkara memberi materi, berarti menjadi orang baik, hanyalah sesuatu yang bisa dilihat manusia? Apa iya, Allah hanya menilai kebaikan berdasarkan sesuatu yang hanya bisa dilihat manusia?

Dalam perjalanan hidup yang panjang, saya merenungi hal ini. Membayar zakat, tentu saja wajib. Memberi sedekah, atau memberi materi dalam bentuk lainnya, tentu saja boleh. Namun, memberi dalam bentuk lain, tidak salah, kok.

Hingga, pada suatu titik, saya sadar. Berbuat baik itu bukan semata agar dilihat manusia. Berbuat baik dan menjadi orang baik, tidak perlu mendapat pengakuan dari manusia. Akhirnya, saya membenahi pikiran. Saya yakin, kita bisa berbuat dan menebar kebaikan, meskipun tidak mendapat nilai dari orang sekitar. Ya, tentu saja Allah punya penilaian sendiri. Sejak itu, saya tidak mau lagi terpuruk karena keadaan lingkungan yang hanya menilai berdasarkan ukuran manusia

Berangkat dari Hati dan Pikiran

Lalu, kalau tidak bisa selalu memberi kebaikan berupa materi, apa yang bisa kita lakukan?

Bersihkan hati, jernihkan pikiran.

Ya, menjadi orang baik dan menebar kebaikan, berawal dari hati. Saya ingat ketika dalam perjalanan ibadah umroh, tour leader yang memimpin rombongan, memberi saran. Kita sudah berada di tanah suci, jadi hendaknya kita bukan hanya menjaga lisan, tapi juga membersihkan hati dan menjernihkan pikiran.

Membersihkan hati di sini adalah menahan hati agar tidak mudah mengomentari penampilan dan sikap orang lain. Berhenti menganggap orang lain lebih rendah. Membuang perasaan iri pada orang lain yang lebih beruntung dari kita.

Sejak itu, saya selalu mengingat saran Sang Tour Leader. Pengalaman itu saya bawa terus hingga selesai ibadah dan kembali ke tanah air. Semuanya saya coba terapkan hingga detik ini. Termasuk ketika berselancar di dunia maya.

Buang pikiran buruk dan tahan jari agar tidak menuliskan sesuatu yang buruk di dunia maya. Bersihkan pikiran sehingga jari tidak usil nyinyir pada kesuksesan dan kebahagiaan orang lain.

Dari sini, saya menemukan sesuatu lagi. Bahwa kita bisa menebar kebaikan dengan cara menata hati dan pikiran. Kita bisa menjadi orang baik dengan hati yang tenang dan pikiran yang terkendali. Memang, hal ini tidak bisa dilihat secara kasat mata. Tapi, saya yakin banyak orang yang bisa merasakan efek positifnya.

Ah, ini satu kemenangan buat saya.

Lanjutkan dengan Sikap

Berbuat baik dan menebar kebaikan juga bisa dilaksanakan melalui sikap. Saya yang berasal dari Suku Jawa, mengenal beberapa falsafah Jawa yang saya anut. Falsafah ini erat kaitannya dengan menebar kebaikan melalui sikap, yaitu:

Sugih tanpa bandha (kaya tanpa harta)

Adalah sikap kita untuk selalu bersyukur karena tidak kekurangan. Sebab, pada dasarnya kita ini kaya raya. Bukan kaya karena punya harta melimpah, tapi coba tengoklah sekitar kita. Kita punya keluarga, sahabat, serta orang-orang di sekitar, yang selalu ada dan siap membantu saat kita membutuhkan. Tentu saja hal ini dimulai dari sikap kita yang juga ikhlas membantu saat mereka membutuhkan. Pada akhirnya, budi baik kita yang akan selalu diingat.

Digdaya tanpa aji (kekuasaan tanpa ilmu bela diri)

Maksudnya adalah, kita bisa memiliki kekuasaan karena sikap kita yang penuh wibawa dan bijaksana. Perkataannya selalu berisi serta didengar orang. Jika kita menghormati orang lain, pada akhirnya kita akan dihormati oleh orang lain.

Nglurug tanpa bala (menyerang tanpa pasukan)

Artinya, kita berani berdiri di pihak yang benar untuk bertanggung jawab. Berani maju untuk menyerukan kebenaran dan menghadapi masalah, sekaligus kuat bertahan tidak ikut terhasut pada hal buruk. Sikap ini layaknya ksatria di medan pertempuran kehidupan.

Menang tanpa ngasorake (menang tanpa merendahkan)

Ini yang paling berkesan bagi saya. Saya sudah berkali-kali mengalami dan menghadapi hal ini. Jadilah pemenang tanpa merendahkan orang lain. Misalnya, jika kita berhasil memberikan sedekah dan menyerukan kebaikan berbagi, jangan pernah menyalahkan orang yang belum bisa melakukannya. Apabila kita pernah memberi sesuatu pada orang lain, jangan mencibir atau menghina orang yang tidak pernah memberi sesuatu.

Dengan bersikap seperti yang saya sebutkan di atas, berarti diam-diam kita sudah menebar kebaikan. Mengutip alm. Presiden Soeharto, satu perbuatan baik akan lebih diikuti daripada seribu nasihat yang paling baik.

Lihat yang Kita Miliki

Selanjutnya, mari melangkah memberi harta. Jangan pernah berpikir, memberi sedekah hanya bisa dilakukan kalau harta kita sudah melimpah. Tidak perlu seperti itu. Langkah terbaik adalah, cobalah lihat sesuatu yang kita miliki. Punya pakaian layak pakai yang sudah tidak muat? Punya buku yang tidak ingin dikoleksi? Punya ilmu yang bisa dibagi? Punya waktu yang bisa digunakan untuk silaturahim?

Semua itu bisa menjadi sedekah yang tidak ternilai. Ingatlah bahwa di luar sana ada orang yang membutuhkan. Ingat juga bahwa kita punya banyak hal yang masih bisa dibagi. Sekecil apapun yang kita miliki, apapun bentuknya, akan sangat berarti bagi orang yang membutuhkan.

Tebar kebaikan melalui hal yang bisa kita lakukan. Misalnya, membacakan cerita untuk anak-anak (Foto dok pri).

Belajar dari Dompet Dhuafa

Sejak dahulu, setiap mendengar kata Dompet Dhuafa, hati saya langsung adem. Lembaga Sosial Kemanusiaan Kaum  Dhuafa ini seperti rumah. Ibaratnya, kalau saya sedang ingin berbagi dalam bentuk materi, bisa kapan saja mendatangi “rumah” ini.

Kita bisa memberikan berbagai jenis donasi di sini, seperti zakat, infak, sedekah, serta wakaf. Jangan khawatir, cara berdonasinya mudah, kok. Buka saja laman Dompet Dhuafa. Nanti akan langsung diarahkan. Jumlah donasinya juga tidak harus selalu banyak. Kita bisa berdonasi mulai dari Rp10.000.

Saya belajar tentang kebaikan berbagi, dari Dompet Dhuafa. Lembaga ini menebar kebaikan melalui berbagai jalan. Ada dunia pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan dakwah, serta budaya. Tujuan besarnya adalah mengentaskan kemiskinan. Dompet Dhuafa mengajarkan bahwa kita tidak usah berkecil hati ketika hanya bisa memberi materi dalam jumlah sedikit. Sedikit kan, menurut kita. Sangat mungkin, yang sedikit itu menjadi besar bagi orang lain.

 

 

Hidup berjalan begitu cepat. Seolah kita berada di kereta ekspress yang terbang melintasi waktu. Ketika ingin menebar kebaikan, jangan terlalu banyak berpikir. Jadi, marilah kita mainkan peran, untuk bersama-sama menebar kebaikan.

 

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

Artikel, Education

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. Joe Candra says

    April 30, 2020 at 22:46

    Setuju banget kak bahwa kebaikan berangkat dr hati dan pikiran yess hehe

    Reply
  2. Rudi G. Aswan says

    May 2, 2020 at 15:57

    Betul, Mbak Nunik. Memberi enggak harus berbentuk materi, tapi sesuaikan dengan kemampuan diri. Berupa senyuman pun bisa, yang penting dari hati kan? Membagikan inspirasi juga pahalanya besar menurut saya. Seperti gambar Mbak Nunik cerita di depan anak-anak tentang buku, kita ga tahu betapa senangnya mereka untuk bekal masa depan. Pernah diajak mendongeng buat anak korban gempa di Bogor juga gitu, ya seneng banget lihat anak-anak seneng walaupun saya cuma bawa buku cerita. Pas punya duit ya bisalah donasi lewat LAZ kayak Dompet Dhuafa. Selain programnya lengkap, caranya makin mudah. Semoga istiqamah ya Mbak berbagi inspirasi, lewat menulis buku.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Nonton Film Toko Barang Mantan, Yuk!
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis