Dimuat di Majalah Bravo! edisi Maret 2008
Nanda paling cantik di antara semua temannya. Tapi tubuhnya gemuk sekali, karena ia sangat hobi makan. Walaupun begitu ia juga pandai melukis. Lukisannya sudah terkenal sampai ke negeri seberang. Raja disana juga sangat mengagumi lukisan Putri Nanda.
Hari ini Putri Nanda masih melahap dua potong pudding mangga, sementara keluarga kerajaan yang lainnya telah meninggalkan ruang makan istana. Ia juga menghabiskan kue cokelat dan kue tart karamel. Begitulah setiap hari. Putri Nanda selalu makan berlebihan.
“Kurangi makanmu, Putri Nanda. Itu tak baik buat kesehatan. Makan secukupnya saja,” Ibunda Ratu sudah sering mengingatkan.
“Tapi kue cokelat ini enak sekali, Bunda. Tart karamelnya juga,” jawab Putri Nanda sambil menjilat lelehan karamel yang menempel ditangannya.
Ibunda Ratu hanya bisa geleng-geleng kepala. Setelah menghabiskan kue-kue itu, Putri Nanda meninggalkan ruang makan istana, menuju kamarnya. Ia melanjutkan lukisannya. Tentang keadaan negerinya yang indah sekali. Dan seperti biasa, ia melukis sambil melahap roti isi daging yang selalu disediakan oleh pelayan istana, diatas meja dikamarnya.
Sore hari Putri Nanda bergegas ke taman istana. Ia sangat menunggu-nunggu hari ini, karena inilah saatnya Bunga Serenada mekar. Bunga itu bisa mengeluarkan suara-suara merdu setiap sore. Semua anak di istana ini senang melihatnya dan selalu berebut untuk jadi orang pertama yang datang paling cepat untuk melihatnya.
“Putri Nanda, akulah yang paling cepat kali ini,” Putri Vanessa tersenyum senang.
“Wah, gendut dan lamban seperti kamu mana bisa jadi yang paling cepat?” Putri Fahira mencibir pada Putri Nanda.
Putri Nanda kesal. Ia jadi benci bentuk tubuhnya yang membuatnya super lamban.
“Awas, ya. Aku adukan ke Bunda Ratu,” katanya sambil menjulurkan lidah dan berjalan tergopoh-gopoh ke dalam istana.
“Teman-temanmu benar. Mereka sebenarnya baik, mengingatkanmu agar tak kebanyakan makan. Akibatnya kamu jadi lamban dan susah bergerak,” Putri Nanda cemberut mendengar kata-kata Ibunda Ratu. Ia khawatir Putri Nanda akan semakin gemuk dan menjadi tak sehat.
Akhirnya mulai saat itu, Ibunda Ratu tak mengizinkan para pelayan istana meletakkan roti isi dimeja kamar Putri Nanda. Setiap makan, menu untuk Putri Nanda hanya makanan pokok dan lauk pauknya. Tidak ada lagi kue cokelat, kue tart karamel, apalagi kue krim keju. Huh, Putri Nanda kesal sekali. Ia selalu masih merasa lapar.
Tapi Putri Nanda bandel. Ia sering menyelinap ke dapur istana dan membawa kue-kue ke kamarnya ketika juru masak istana lengah. Lalu menghabiskan kue-kue itu seorang diri.
Hari ini Pangeran Rexylano dari negeri seberang mengadakan pesta ulang tahunnya. Semua Pangeran dan Putri dari seluruh kerajaan diundang. Dan akan diadakan lomba melukis. Siapa yang menang akan dibuatkan istana kecil yang cantik, penuh bunga warna-warni, lampunya terbuat dari permen-permen berkilauan dan boleh tinggal didalamnya. Putri Nanda senang sekali. Ia sudah lama ingin tinggal di istana yang penuh dengan permen berkilau. Pasti cantik sekali. Dan…Lomba melukis? Aha…
Semua yang datang berpakaian yang indah-indah. Gaun mereka cantik-cantik. Putri Nanda sebenarnya paling cantik diantara semua putri di negeri ini. Tapi karena tubuhnya yang gemuk, ia tidak bisa lincah ketika menari dengan seluruh undangan yang datang. Namun ia tetap terlihat bahagia. Satu lagi, mulutnya tak pernah berhenti mengunyah makanan.
Apalagi saat jamuan makan, semua makanan dilahap oleh Putri Nanda. Tak berapa lama kemudian, perlombaan melukis dimulai di aula istana. Setiap peserta harus melukis wajah Pangeran Rexylano. Siapa yang lukisannya paling mirip, dialah yang menang.
Tapi baru sebentar menggoreskan kuasnya, tiba-tiba Putri Nanda merasa perutnya sakit sekali. Melilit-lilit. Ini pasti karena ia terlalu kenyang. Ia pun berlari ke belakang. Tak lama, ia kembali lagi untuk melanjutkan melukis. Digoreskan lagi kuasnya, tapi perutnya terasa sakit lagi. Putri Nanda meringis kesakitan. Ia berusaha menahannya. Tapi tak kuat. Ia berlari lagi ke belakang. Lama. Ketika kembali ke aula, semua peserta hampir selesai melukis.
Putri Nanda panik. Akhirnya, ketika waktu lomba telah habis, lukisan Putri Nanda belum selesai. Ia hanya bisa menangis.
“Ibunda kan sudah bilang, kalau makan jangan terlalu banyak. Perutmu jadi sakit kan?” Ibunda Ratu memeluk Putri Nanda.
“Iya, aku sedih…Lukisanku tak jadi menang gara-gara perutku sakit…,” jawabnya terisak-isak.
“Ya sudah, mungkin lain kali lukisanmu bisa menang,”
Putri Nanda mengangguk, ia sangat menyesal. Padahal lukisannya bagus sekali, tapi gara-gara sakit perut ia jadi tak bisa menyelesaikannya. Mulai saat itu Putri Nanda tidak mau makan berlebihan lagi.
Leave a Reply