Surprise banget saat mendengar nama Letkol. Moch. Sroedji sebagai pahlawan di negeri ini. Sebelumnya saya belum pernah mendengar nama itu sebagai pahlawan. Setelah saya cari tahu lebih jauh, ternyata Letkol. Moch. Sroedji adalah pahlawan besar. Bahkan nama beliau sudah diabadikan dalam bentuk monumen serta dijadikan nama sebuah universitas di Jember, Jawa Timur.
Letkol Moch. Sroedji dan Jejak Perjuangannya di Jawa Timur
Saat menulis ini, saya memang belum pernah menjejakkan kaki di Jawa Timur. Pengetahuan saya tentang provinsi ini pun sangat minim. Begitu saya hadir di acara bertajuk “Penelusuran Jejak Perjuangan Letkol. Moch. Sroedji” barulah mata saya terbuka lebar.
Ternyata Letkol. Sroedji adalah tokoh penting yang sangat berjasa daalam berjuang merebut kemerdekaan. Pak Sroedji adalah pempimpin pasukan yang melawan Belanda, dengan perjuangan yang sangat hebat. Beliau memimpin anak buahnya bergerilya dari satu kota ke kota lain di Jawa Timur, demi mengusir penjajah Belanda. Rute gerilnyanya nggak main-main, lho. Pak Sroedji dan anak-anak buahnya berjalan sampai 500 km sekaligus untuk menghindari kejaran tentara Belanda.
Pria ini berjuang siang malam tanpa kenal lelah. Bahkan harus rela jauh dari keluarga demi kemerdekaan bangsa ini. Beliau memang bukan orang sembarangan. Dengan memiliki 5.000 anak buah dan memimpin empat batalyon, Pak Sroedji menjadi orang penting yang paling dicari oleh tentara Belanda. Pria muda ini memang memiliki strategi perang yang mampu membuat pasukan Belanda kewalahan dibuatnya.
Sayangnya, pria yang lahir di Bangkalan, 1 Februari 1915 ini akhirnya tertembak oleh tentara Belanda. Dada kirinya tertembus peluru dan gugur setelah melakukan perlawanan yang heroik pada 8 Februari 1948 di Desa Karangkedawung, Jawa Timur.
Hingga saat ini nama Letkol. Moch. Sroedji diabadikan pada monumen-monumen. Monumen pertamanya berada di alun-alun Jember yang diresmikan pada 5 Desember 1969. Kejadian saat beliau tertembak peluru juga diabadikan dalam sebuah monumen lain. Monumen tersebut menggambarkan Letkol. dr. Subandhi yang sedang memapah sahabatnya, Letkol. Sroedji ketika beliau baru saja tertembak. Monumen kedua Letkol. Moch. Sroedji berada di alun-alun Kota Jember, tepatnya di depan kantor bupati Jember. Monumen ini diresmikan pada 14 Agustus 1975.
Tidak hanya itu. Selain menjadi nama universitas di Jember, nama Letkol. Moch. Sroedji juga diabadikan sebagai nama jalan sepanjang 500 km di daerah Jawa Timur. Daerah tersebut adalah di Situbondo, Lumajang, Kediri, dan Jember.
Buku Sang Patriot
Pada acara diskusi “Penelusuran Jejak Perjuangan Letkol. Moch. Sroedji” juga diperkenalkan sebuah buku karya Irma Devita yang berjudul Sang Patriot. Buku ini berisi kisah tentang Letkol Moch. Sroedji, sejak kecil hingga akhir hayatnya.
Saya ikut tersenyum saat membaca kisah Sroedji ketika masih kecil. Kehidupannya sederhana dan penuh keceriaan layaknya kehidupan anak-anak. Bedanya, pada masa penjajahan saat itu, anak-anak sudah dihadapkan pada kenyataan bahwa orangtua mereka harus berjuang merebut kemerdekaan. Bahkan, anak-anak pun tak jarang harus ikut merasakan penderitaan.
Sroedji kecil adalah anak yang cerdas, baik hati, dan ringan tangan. Tak heran, saat beranjak remaja dia disegani oleh teman-temannya. Pada usia yang masih belia pun hatinya sudah terpanggil untuk membela negeri ini. Dia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang lulus dengan pangkat chuudanchoo (kapten).
Pria yang awalnya bekerja sebagai mantri malaria di Jawatan Kesehatan RS. Kreongan, Jember, memiliki banyak prestasi. Sroedji turut menjadi pelopor dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Sroedji pun dikirim untuk menjadi pemimpin pada pertempuran di Sidoarjo. Berkat kecakapannya dalam memimpin, pasukan Sroedji berhasil memenangkan pertempuran. Sroedji pun naik pangkat menjadi letnan kolonel.
Sayangnya Sroedji tidak berumur panjang. Setelah pertempuran demi pertempuran dijalani, akhirnya beliau menghembuskan napas terakhir saat dada kirinya tertembus peluru tentara Belanda. Saat itu Sroedji tengah bertempur habis-habisan di jalur Lumajang – Klakah – Jember – Banyuwangi. Beliau wafat tanggal 8 Februari 1949, di usia yang masih sangat muda, yaitu 34 tahun.
Ada hal lain yang unik pada buku Sang Patriot. Cover buku ini menampilkan gambar seorang pejuang yang menghadap ke belakang. Tampilan cover ini berbeda dari buku-buku lain yang biasanya menampilkan gambar tokoh yang tampak muka. Irma Devita, penulis buku ini, menjelaskan makna gambar ini. Pejuang yang tampak belakang ini berarti bahwa seorang pemimpin itu selalu berada di depan. Semua anak buahnya selalu berada di belakang dan sosok si pemimpin tentu saja tidak tampak depannya melainkan belakangnya. Hal ini menggambarkan bahwa Letkol. Sroedji adalah pemimpin yang benar-benar berada di garda terdepan. Beliau bukan orang yang hanya menyuruh anak buahnya melakukan sesuatu, melainkan mencontohkan anak buahnya dan bersama-sama melakukan segala sesuatu, terutama dalam bertempur melawan tentara Belanda.
Irma Devita begitu dalam mengisahkan perjalanan hidup Letkol. Sroedji. Sampai-sampai saya ikut merinding saat membaca di bagian Letkol. Sroedji dan sahabatnya gugur dalam pertempuran di penghujung hidup mereka. Ini bukan hanya karena Irma Devita adalah cucu kandung dari Letkol. Sroedji, tapi juga karena Irma gigih menggali cerita tentang pahlawan tersebut di kalangan keluarga hingga daerah-daerah yang pernah menjadi tempat pertempurannya.
Jawa Timur dan Potensi Wisata Sejarah
Melihat banyaknya tokoh masyarakat Jawa Timur yang berperan penting dalam perebutan kemerdekaan RI, Jawa Timur sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat wisata sejarah. Kita bisa menyaksikan tempat-tempat yang dahulu menjadi medan pertempuran para pejuang. Salah satunya adalah daerah jalur pertempuran yang ditempuh oleh Letkol. Moch. Sroedji.
Selain wisata sejarah, tentu saja ada potensi wisata lain. Misalnya, wisata alam dan budaya. Daya tarik wisata sejarah adalah bisa menambah pengetahuan, mendapatkan aktualisasi nilai sejarah, menghargai nilai perjuangan, merasakan semangat perjuangan, dan menikmati kearifan lokal.
Buat saya pribadi, Jawa Timur punya daya tarik tersendiri. Banyak hal yang bisa digali di semua daerah yang ada di sini. Suatu saat nanti, pokoknya saya harus meng-eksplore provinsi ini sampai tuntas. Apalagi sekarang saya sudah tahu, ada pejuang bernama Letkol. Moch. Sroedji yang sepak terjangnya tidak main-main dalam merebut kemerdekaan negeri ini dari tangan penjajah.
Leave a Reply