• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Working / Lebih Mudah Menulis Naskah Buku atau Blog?

Lebih Mudah Menulis Naskah Buku atau Blog?

June 22, 2017 Nunik Utami 11 Comments

Kalau ditanya lebih mudah mana, menulis naskah buku atau blog? Jawaban saya adalah ….

Jadi, gini. Saya menulis blog sejak 2005. Pada saat itu tujuan utama saya membuat blog adalah untuk belajar membuat tulisan liputan. Isi blog saya ya liputan hal-hal yang saya lihat, dengar, dan rasakan. Temanya random banget. Sekali waktu saya nulis tentang pasar pagi kagetan yang hanya ada di Minggu pagi, kali lain saya nulis curhatan tentang jalanan macet yang tiap hari saya lewati saat berangkat dan pulang dari kantor, besoknya saya nulis tentang makanan. Nggak penting banget, sih, tapi, saya merasa nyaman.

Nulis blog itu santai dan terserah saya. Maksudnya, kita bisa bebas menggunakan gaya bahasa apa pun yang cocok dengan kita. Bisa menggunakan kata aku-kamu, saya-kamu, bahkan, lo-gue. Satu-satunya “beban” menulis blog adalah, informasinya harus akurat. Misalnya, kalau nulis tentang Asemka, lokasinya kan, di kawasan Kota, jadi kita ngasih info angkutan umumnya ya yang jurusan ke Kota. Jangan sampai salah.

Setahun kemudian, di sebuah grup khusus blogger ada lomba nulis cerita anak. Saya ikutan dan dapat juara 2. Sejak itulah beberapa penerbit minta saya nulis buku. Akhirnya saya keasyikan nulis buku dan nulis blog-nya agak terpinggirkan dulu. Saat tekun nulis buku inilah saya merasakan banget bahwa nulis naskah untuk buku dan nulis naskah blog itu beda banget. Seratus delapan puluh derajat!

Sumber: Pixabay

Nulis naskah buku itu harus mikirin kaidah-kaidah kepenulisan. Gaya bahasanya harus disesuaikan dengan pembaca. Kalau nulis buku buat anak-anak ya bahasanya harus bisa dimengerti anak. Jadi, saya harus membayangkan, kalimat-kalimat yang saya buat kira-kira dimengerti anak-anak atau nggak. Begitu juga jika menulis naskah buku untuk remaja. Nggak mungkin kan, kalimat untuk bacaan remaja dibikin ala anak-anak?

Susunan kalimat juga harus diperhatikan. SPOK yang saya pelajari waktu sekolah dan sempat jadi momok para pelajar sekaligus diangggap sepele, saat nulis naskah buku harus diperhatikan banget. EYD (yang sekarang istilahnya diganti EBI) juga harus dikuasai banget. Bahasa baku, tidak baku, elipsis, tanda baca, semua harus dikuasai. Bukan cuma itu. Sebagai penulis, saya juga harus memahami gaya selingkung masing-masing penerbit. Beda penerbit, beda juga gaya selingkungnya. Kalau penulis nggak menguasai ini semua, bakalan stres karena editor akan ngacak-acak, minta revisi, komen ini itu, sampai saya menyelesaikan tulisan dengan baik. Satu hal lagi, gaya menulis kita akan dikenali sebagai ciri khas. Ini penting. Ironisnya, kalau nulis novel, saya disarankan untuk keluar dari diri sendiri, terutama saat menggarap tokoh dengan karakter tertentu.

Dari sini sudah kelihatan kan, ya, bahwa nulis naskah buku itu jauh lebih ribet, rumit, dan memerlukan ketekunan serta keseriusan. Nulis blog juga nggak bisa asal sih, tapi juga nggak “sesempurna” nulis buku.

Sampai sini kesimpulannya adalah, nulis buku jauh lebih sulit daripada nulis blog.

Eh, tunggu dulu!

Sekarang, coba kalau diminta ikutan lomba nulis.

Pertama kita bicarakan lomba nulis naskah buku atau cerpen, deh. Dengan berbekal ilmu kaidah-kaidah kepenulisan, saya sudah bisa sedikit menebak. Tulisan yang alurnya rapi, tanda bacanya betul, nggak ada yang typo, SPOK-nya diterapkan, Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)-nya oke banget, tulisan enak dibaca, dan semua persyaratan lomba terpenuhi, sudah pasti akan masuk hitungan juri. Setelah itu kita tinggal membidik sasaran melalui juri. Kalau jurinya adalah sastrawan, buatlah tulisan yang agak sastra, berbau filosofi, dan temanya dalam. Sebaliknya, kalau jurinya adalah penulis bacaan bergaya pop, buatlah tulisan yang gaul, kekinian, dan menggunakan bahasa lugas. Sampai sini kita sudah bisa memegang dua poin. Sisanya tinggal kerja keras, tekun, niat ikut lomba, dan faktor keberuntungan. Kalau semua sudah dikuasai, kesempatan untuk menang menjadi semakin besar.

Kedua, kita bicarakan lomba blog. Ciri khas tulisan ala blogger adalah jujur alias menulis secara apa adanya, sesuai dengan pengalaman. Penuhi dulu syarat ini. Lalu, tulisan rapi, enak dibaca, berbobot, serta informatif. Nah, sampai sini sudah tampak tantangannya, kan? Blogger harus cerdas dalam menuangkan tulisan, harus kreatif dalam menyampaikan isi tulisan, dan tulisan harus berisi. Kita bisa mengusahakan hal ini dengan cara memelajarinya. Sulit, tapi bisa dipelajari.

Coba perhatikan! Kalau lomba nulis naskah buku atau cerpen, kita bisa memelajari gaya selera para juri. Kalau nulis blog, mana bisa? Sebab, kebanyakan lomba blog kan diselenggarakan oleh brand. Kita bisa membidik dari segi ciri khas brand, tapi sangat sulit menebak selera juri. Kan, kita nggak tahu siapa jurinya. Ya, nggak?

Dari sinilah saya menyadari bahwa, bagi saya, memenangi lomba menulis buku atau cerpen itu sulit, tapi menjadi pemenang lomba menulis blog itu jauh lebih sulit.

Menurut kamu sendiri, bagaimana?

 

Working, Writer lomba menulis blog, lomba menulis cerpen, lomba menulis novel, Writer, writing

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. Maya Siswadi (bunda3f) says

    June 22, 2017 at 09:56

    Betool. Memenangkan lomba blog itu kesulitannya kita ga bisa nebak selera juri, karena orangnya bisa beda2

    Reply
    • Nunik Utami says

      June 22, 2017 at 10:42

      Jadi mbidiknya sulit ya, Mbak 😀

      Reply
  2. endang cippy says

    June 22, 2017 at 10:13

    karena aku penikmat dan pembaca buku aktif.
    jadi, menurutku.. menulis buku lbh sulit dibandingkan blog.
    meriset bahan untuk tulisan lebih detail dan dituangkan ke dlm buku itu butuh perjuangan
    dan aku sbg pembaca akan sgt2 menikmati ketika riset dr penulisnya terjalin dgn baik di dlm cerita. ini membuat uang yg aku keluarkan utk membeli buku tersebut tdk sia2 dan penilaian yg aku berikan pun sgt tinggi ?

    iyoo..selikung tiap penerbit beda-beda hahaha

    apapun bentuk tulisannya. di blog atau dituangkan ke dalam buku semuanya bisa dipelajari ?

    yg penting : niat utk maju dan belajar ?

    Reply
    • Nunik Utami says

      June 23, 2017 at 10:51

      Nulis blog juga harus riset dulu sih, Ndang. Tapi memang nggak seluas buku, karena nulis blog juga nggak sepanjang buku. Btw kamu nggak minat nulis buku? Referensi bacaanmu udah banyak banget 😀

      Reply
      • endang cippy says

        August 3, 2017 at 12:10

        Gak berani Mba hahahaha
        masih lari-lari dalam menuangkan alur cerita ?
        perlu disiplin tinggi untuk melahirkan sebuah buku yang baik ?

        Reply
  3. Anisah Ku says

    July 3, 2017 at 01:56

    Kalau untuk mudahnya tentu Blog bisa menjadi pilihan. Sementara untuk penulis buku terbilang sangat – sangat susah. Bahasa Yang digunakan benar – benar harus jelas, sementara untuk blog sendiri bisa bebas, bahkan bahasa gaul pun boleh kita masukkan…

    Reply
  4. Dianisa says

    July 13, 2017 at 20:24

    kalau menurutku jelas lebih mudah di blog, soalnya kata – katanya bisa bebas,,, heheh

    Reply
  5. syuhada says

    July 15, 2017 at 08:35

    Kalau blogger tentu pendapatnya lebih mudah nulis blog. Bahasanya bisa lebih bebas, dan referensi lebih mudah.

    Reply
  6. Triani Retno A says

    August 14, 2017 at 05:05

    Nuniiiiik….ajarin dong cara ngeblog pake mesin ketiiiiik. ? ? #ngerusuh

    Kalo aku bikin blog tahun 2009 karena disuruh sama Mas Benny. Disuruhnya sih dari tahun 2006 (semoga blio nggak mampir ke sini :D) Udah punya blog pun dianggurin aja karena keasikan nulis buku. Baru tahun 2014 dapat hidayah buat ngeblog.

    Reply
  7. Rancah Post says

    November 3, 2017 at 19:50

    Blog lah, bebas meski gak bebas banget, tapi setidaknya bisa mencurahkan lebih banyak dan lebih bebas dibanding menulis buku.

    Reply
  8. Teknolime says

    September 8, 2018 at 23:11

    Sebetulnya sama aja sih, gimana Mood dan juga skill dalam hal penulisan nya aja, tapi keren sih hehe

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong
  • Kulkas 2 Pintu Terbaru dari Panasonic, Ini Kelebihannya
  • Paxel, Kirim Paket Dalam Waktu Singkat

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Langsung belanja ahh besok! . Reposted from atome. Langsung belanja ahh besok!
.
Reposted from atome.id
.
Siapkan Valentine yang berkesan buat doi dengan atome.id !
.
Reposted from amandacaesaa
.
Happy Valentine!
.
Buat kamu yang lagi menyiapkan kado spesial untuk orang kesayangan kamu atau kado untuk diri kamu sendiri, kebetulan banget nih!
.
Masih ada promo spesial di store sephoraidn dan markandspencer_id khususnya di Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
.
Kalau kamu belanja pakai atome.id senilai minimal 500 ribu, kamu langsung dapat voucher diskon MAP senilai 100 ribu.
.
Tapi promo ini berlaku cuma sampai hari Minggu 14 Februari. So, jangan sampai terlewatkan ya!
.
Oh iya! Pembayaran pakai Atome itu bunganya 0%, bisa cicilan 3 dan 6 bulan, tanpa perlu DP juga.
.
Belanja kado spesial pakai atome.id dan nikmatin promonya.
.
#Atome
#SephoraIDN
#MarkAndSpencer
#TimeToOwnit
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis