Coba tebak! Bahan masakan apa yang tidak begitu enak tapi penting, dan harganya meroket saat menjelang lebaran?
Petai!
Iya, petai!
Duh, sayur (atau buah?) yang satu ini tampaknya jual mahal sekali saat lebaran hampir tiba. Mungkin karena semua orang mencarinya. Juga, membutuhkannya.
Meskipun baunya tidak enak, petai digunakan sebagai penyedap masakan yang sangat penting. Petai juga diperlukan sebagai bumbu sayur godog atau bahan penyedap sambal.
Menjelang lebaran begini, saya pun perlu petai untuk pelengkap masakan. Tidak perlu banyak, sih. Cukup dua atau tiga buah.
Ketika berbelanja keperluan memasak hidangan lebaran di supermarket, saya tidak menemukan petai. Wah, tempat belanja sebesar itu kok, bisa tidak menyediakan petai?
Saya pun berusaha mencari di pasar. Waduuh, petai tidak juga ditemukan.
Lalu, harus cari benda yang satu ini di mana lagi?
Atau, terpaksa tidak usah menggunakan petai? Hmm … sambal goreng dan sayur godog tanpa petai kok, rasanya kurang sedap, ya. Pokoknya harus tetap pakai petai.
Saya pun putar otak. Sempat terpikir untuk membeli sambal goreng yang sudah jadi. Tapi, sudah telanjur belanja kentang dan hati ayam. Berarti ide itu tidak bisa dilaksanakan. Lagipula, sayur godog tetap butuh petai.
Bagaimana, dong?
Akhirnya, saya minta bantuan suami. Kebetulan dia sedang ada perlu ke daerah Pondok Gede. Dia sendiri yang menawarkan akan mencari petai di Pasar Pondok Gede. Ide bagus, nih!
Jadilah suami berburu petai sampai ke Pasar Pondok Gede. Oh ya, sebelumnya, ibu mertua sempat cerita, harga petai yang biasanya Rp10rb untuk 3 buah, sekarang jadi Rp12rb/buah! Walah! Itu petai, lho! Bukan bahan makanan utama. Kenapa harganya bisa segitunya?
Malam, suami benar-benar mampir di Pasar Pondok Gede. Katanya, susah juga cari petai. Harus masuk agak ke dalam pasar untuk mencarinya. Padahal, biasanya buah itu berjajar di setiap lapak pedagang.
Ternyata, masih rezeki. Benda most wanted itu ada di salah satu lapak! Aha! Jadi juga saya bikin sambal goreng dan sayur godog pakai petai.
Eh tapi, harganya gimana? Oh, syukurlah, harganya masih bersahabat. Rp10rb/buah. Meskipun petai kemarin, ukurannya tidak terlalu besar, dan wujudnya tidak benar-benar fresh, masih masuk akal dan fungsional, deh.
Menurut suami, penjual petai ini menawarkan petai yang kondisinya benar-benar fresh. Tapi, adanya sekitar jam 2 malam, dan harganya Rp20rb/buah.
What? Hahaha … rupanya inilah masa-masa kejayaan petai. Masa-masa di mana petai bisa jual mahal. Dicari orang, sehingga harganya selangit.
Diam-diam, saya merasa lega. Petai 2 buah cukup untuk membuat 2 jenis masakan.
Ani Berta says
Aku suka petai, kalau lagi banyak, aku bisa makan 2 papan sekaligus dengan satu piring nasi dan lauk pauk saja hehehe… 😀
Nunik Utami says
Huaaa banyak amat, 2 papan :)). Aku juga suka. Apalagi kalau petainya digoreng, trus dicolekin ke sambal terasi.
Keke Naima says
iya, pete llagi mahal pas lebaran lalu. Di Bandung malah 15 ribu/papan. Untungnya saya gak suka, sih. Jadi cuek aja walopun tahun ini lebaran tanpa pete hehehe
Nunik Utami says
Aku butuhnya kalau lebaran aja, eh, malah pas mahal, ya.