Kalau mendengar kata Banjarnegara, kebanyakan orang pasti langsung teringat dawet ayu-nya. Minuman cendol yang enak itu memang terkenal banget. Belum banyak orang yang tahu bahwa selain dawet ayu, Banjarnegara ternyata sangat terkenal sebagai pengrajin keramik.
Sebut saja di Jalan Raya Klampok, Banjarnegara. Di sini banyak terdapat industri keramik yang sangat besar. Bahkan nama Keramik Klampok sudah menjadi nama khas keramik asal Banjarnegara. Salah satunya adalah Usaha Karya, Keramik Klampok milik Bu Yanti.
Perempuan paruh baya ini sudah menjadi pengusaha keramik sejak puluhan tahun yang lalu. Sebagai pemilik industri keramik, Bu Yanti pandai membuat keramik dan paham semua seluk beluk tentang keramik. Mulai dari pencarian bahan baku, cara mengolah bahan baku, teknik pembuatan keramik dari yang klasik hingga mutakhir, sampai pada segi marketingnya.
Bu Yanti selalu memelajari semua hal keramik. Beliau juga terus memantau perkembangannya, baik keramik di dalam negeri maupun luar negeri. Nggak heran kalau usaha keramiknya melesat dan terkenal hingga ke seluruh penjuru dunia.

Perjalanan Panjang Keramik Klampok
Sebenarnya industri Keramik Klampok sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Perusahaan ini dipegang oleh pemerintah Belanda, dengan para pekerja orang pribumi. Hingga akhirnya tahun 1969 Keramik Klampok kembali dikelola oleh orang Banjarnegara.ย Keramik Klampok Usaha Karya, dikelola oleh Bapak Masrundari Sunarno. Beliau adalah ayah Bu Yanti. Sepeninggal ayahnya, tahun 1994 Bu Yanti melanjutkan usaha ini.



Usaha Karya milik Bu Yanti benar-benar berkembang pesat. Usaha ini memproduksi berbagai jenis keramik. Misalnya, pot bunga, hiasan, dan berbagai perlengkapan rumah tangga. Semuanya diproduksi dalam berbagai ukuran.
Bu Yanti memiliki 100 pekerja. Dalam sebulan, industri ini memproduksi 40.000 poci. Tahu poci, kan? Itu lho, teko dari keramik, yang warnanya biasanya sengaja dibuat seperti warna tanah liat. Itu baru poci. Belum jenis yang lain. Di dalam negeri, pemesannya berasal dari kota-kota besar seperti Yogyakarta, Solo, Wonosobo, dan Tegal. Sementara, di luar negeri, negara-negara yang sampai saat ini memesan keramik dari Usaha Karya adalah Arab, Amerika, negara di Eropa, dan tentu saja nebara di kawasan Asia.



Ketika saya datang ke sini, beberapa pekerja sedang mengerjakan asbak keramik pesanan dari India. Seperti ciri khas pernak-pernik India pada umumnya, asbak ini berwarna terang. Luar biasa, ya, asbak saja pesan dari Banjarnegara. Kurang hebat apa lagi, coba?


Belajar Membuat Keramik di Klampok
Keramik Klampok milik Bu Yanti memiliki show room dan pabrik yang lokasinya saling berdekatan. Ketika main ke pabriknya, saya berkesempatan mencoba membuat keramik. Iya, tanah liat yang diputar-putar pakai piringan itu, lho. Ternyata membuat keramik itu susah. Saya lihat Bu Yanti bikin keramik, tampaknya mudah. Begitu saya nyoba langsung, eh, hasilnya nggak karu-karuan. Tanah liat yang seharusnya terbentuk rapi malah mleot sana sini. Udah gitu mutar piringannya itu berat banget! Salut buat pengrajin yang menekuni pekerjaan ini selama bertahun-tahun.


Proses Pembuatan dan Ciri Khas Pemesan
Selain belajar membentuk keramik, saya senang banget melihat proses keramik-keramik ini dibuat. Mula-mula tanah liat dipadatkan. Lalu, dibentuk menggunakan piringan. Selanjutnya, keramik didiamkan hingga kering. Kalau cuaca sedang panas, keramik-keramik yang sudah berbentuk ini dijemur. Yang masih diproses dengan cara dijemur ini warnanya masih abu-abu. Masih warna tanah liat asli. Setelah itu baru kemudian dipanggang menggunakan oven. Pemanggangannya ini memerlukan waktu belasan jam, lho. Keramik yang sudah dipanggang, warnanya menjadi cokelat. Selanjutnya, keramik pun dihias.
Oh iya, saya takjub banget lihat oven untuk memanggang keramik ini. Ovennya besar banget sehingga bisa memuat ratusan, bahkan ribuan keramik dalam sekali panggang. Menurut saya sih, ovennya jadi tampak seperti kamar. Beruntungnya, ketika saya ada di tempat ini, oven pemanggang keramik sedang dibuka. Itu berarti keramik-keramik ini telah selesai dipanggang. Jarang banget pintu oven dibuka. Sebab, ya itu tadi, pemanggangan keramik perlu waktu lama.

Ada keramik yang dibiarkan berwarna cokelat, ada juga yang diberi warna. Menurut Bu Yanti, semua warna juga tergantung permintaan pemesan. Masih menurut Bu Yanti, masing-masing daerah pemesan memiliki ciri khas dalam memesan keramiknya. Misalnya, Jepang selalu memesan keramik yang mementingkan segi fungsional. Desainnya biasanya minimalis dengan warna bersih, terang, dan cenderung monochrome. Sementara, negara-negara di Eropa senang memesan keramik yang cantik, karena akan digunakan sebagai hiasan.


Poci Kebanggaan
Main di sini rasanya menyenangkan banget. Para pekerja yang sedang membentuk tanah liat menjadi model keramik sesuai pesanan, pekerja-pekerja yang menghias keramik, menjemur dan mengangkat keramik, menjadi pemandangan unik yang baru kali ini saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Saya pun mencoba ikut membantu mereka. Yaaah, angkat-angkat keramik sedikit, masih kuat lah saya.
Puas menjelajah pabrik dan show room-nya, saya beli beberapa keramik. Poci dan cangkir-cangkirnya serta tempat wajan kecil untuk membuat serabi, adalah beberapa yang saya pilih. Sebenarnya sih, kalau dituruti, mau beli beberapa model lainnya juga, tapi bawanya itu lho, agak repot. Takut pecah di kereta.
Mungkin kapan-kapan saya akan ke sini lagi. Bisa sekadar menikmati seluruh pemandangan tentang keramik, sekadar foto-foto, atau sekalian saja beli keramiknya. Kamu mau ikut?

kalau udah dihias cantik cantik semua jadinya. Nggak nyangka karyawannya ternyata 100 pekerja dan produksinya go internasional. keren ini bu yantik
Seru ya Mbak, bisa main ke tempat pembuatan keramik kayak gini. Jadi satu pengalaman yang tak terlupakan ๐
Kenapa ya mba, tuk produk2 seperti ini (kesenian/ kerajinan) lebih laku di luar negeri dari pada di dalam negeri.
Saya pernah juga dapat pengerajin lukisan di Jogja, tapi pembelinya mayoritas dr luar negeri.
wow banyak sekali kramiknya… luar biasa industri nya…
www,monstanima,web,id