Batam!
Ini bukti bahwa kita harus lebih hati-hati dalam memilih keinginan. Ya, beberapa minggu yang lalu (mungkin paling lama adalah sebulan), saya berangan-angan mengunjungi Batam. Satu-satunya tempat di Sumatera yang pernah saya kunjungi adalah Belitung. Gara-gara seorang teman membicarakan Batam dan segala kelebihannya, tiba-tiba saya sangat ingin menginjakkan kaki di sana. Saya tercengang ketika Allah begitu cepat mengabulkan keinginan saya. Ini namanya rezeki besar. Apalagi, cara memperolehnya adalah melalui seleksi ketat.
Berkat program Nusantara Sehat dari Kementerian Kesehatan, keinginan saya untuk ke Batam, terlaksana. Benar-benar tidak terbayang betapa bahagianya saya menjadi salah satu blogger yang terpilih untuk menengok Tim Nusantara Sehat yang ada di Batam, tepatnya di Kecamatan Belakang Padang.

Berhubung jadwal pesawatnya pagi, malam sebelum keberangkatan saya agak sulit tidur. Saya tidak berani tidur terlalu nyenyak karena takut terlambat. Jam 3.30, saya terbangun dan terkejut karena saat itu Jakarta diguyur hujan sangat deras. Saya langsung mengubungi Ririn, salah satu peserta yang tinggalnya lumayan dekat dengan saya, untuk ganti strategi. Awalnya saya dan Ririn janjian berangkat bareng ke Kampung Rambutan untuk naik Damri, menggunakan motor. Berhubung hujan tidak kunjung reda dan koper kami lumayan berat dan tidak memungkinkan untuk dibawa menerobos hujan, akhirnya kami pakai mobil ke Kampung Rambutan.
Perjalanan ke bandara dan selama di pesawat terasa lebih lama (padahal waktu tempuh hanya 1 jam 17 menit), karena saya benar-benar sudah tidak sabar untuk sampai di Batam. Sesampainya di Bandara Hang Nadim, rombongan yang terdiri atas 12 blogger, 26 jurnalis, dan staf Kementerian Kesehatan (total 60-an orang), mengunjungi Kantor Kesehatan Pelabuhan.
Di sini saya dan teman-teman disambut oleh Bapak Abdul Salam (Kabid Pengendalian Karantina Surveilance Epidimologi Kelas I) dan Bapak Romer Simanungkalit (Kasi Karantina KKP). Pak Salam dan Pak Romer menjelaskan tentang tugas-tugas mereka. Awalnya saya pikir kantor ini hanya sebagai ruang rawat bagi pasien yang mendadak sakit ketika berada di bandara. Namun, tugas staf-staf di sini jauh lebih berat. Tidak hanya merawat pasien yang sedang sakit, mereka juga harus memberlakukan cegah tangkal pada penyakit menular.

Maksudnya, seluruh penumpang pesawat yang akan bepergian ke luar kota atau luar negeri, harus benar-benar dalam keadaan sehat. Apabila ada penumpang yang sedang mengidap penyakit menular, tidak diperbolehkan melakukan perjalanan ke luar kota/negeri, untuk mencegah semakin menyebarnya penyakit menular ke daerah yang dituju. Sebaliknya, apabila ada penumpang dari luar negeri yang datang dan diduga mengidap penyakit menular, tidak diperbolehkan melanjutkan perjalanan di Indonesia. Mereka harus melakukan pengobatan terlebih dahulu sampai penyakitnya sembuh. Hal ini dilakukan untuk menangkal masuknya penyakit menular di wilayah Indonesia.
Batam memang agak rentan terhadap keluar masuknya penyakit menular karena daerah ini berbatasan langsung dengan luar negeri, Singapura dan Malaysia. Kemungkinan datangnya penyakit menular lebih besar karena arus lalu lintas penerbangan internasional.

Ketika ada wabah atau kejadian luar biasa di luar negeri, pengamanan lebih ketat lagi. Perlakuan penumpang dari negara yang terkena wabah atau kejadian luar biasa dalam hal penyakit menular, akan berbeda dibandingkan perlakuan dari negara yang tidak terjadi wabah. Penumpang dari negara tersebut harus melalui proses screening, sehingga jika terbukti mengidap penyakit, tidak diperbolehkan melanjutkan perjalanan.
Perlakuan kesehatan ini bukan hanya berlaku pada penumpang berpenyakit menular, tetapi juga kepada ibu hamil yang kehamilannya berisiko. Misalnya, ibu yang tengah hamil tua atau ada masalah dengan kehamilannya, tidak diperbolehkan melakukan perjalanan udara. Ibu ini harus dirawat terlebih dahulu sampai benar-benar sehat, barulah diizinkan lagi bepergian melalui udara, sesuai prosedur penerbangan yang berlaku.
Jadi, semua pintu masuk ke Indonesia, baik melalui darat, laut, dan udara, dijaga ketat agar penyakit menular tidak mudah masuk. Sayangnya, menurut Pak Romer, mereka hanya bisa mengawasi melalui pintu masuk resmi. Sementara, terdapat banyak “pelabuhan tikus” yang masih memungkinkan keluar masuknya penyakit.
Meskipun demikian, saya salut dengan kinerja para petugas KKP yang selalu berkomitmen penuh terhadap keselamatan bangsa ini. Oh ya, omong-omong soal peduli terhadap bangsa, saya dan blogger-blogger cewek janjian mengenakan kebaya. Kegiatan di Batam ini membuat rasa nasionalisme kami semakin tinggi. Apalagi saat ini bertepatan dengan Hari Kartini, 21 April 2016. Seperti yang pernah saya sampaikan di artikel sebelumnya, kegiatan menengok Tim Nusantara Sehat dan rangkaian acara di Batam adalah hal kecil yang dapat kami berikan untuk bangsa Indonesia.

Selesai mengunjungi KKP, saya dan rombongan Kementerian Kesehatan melanjutkan perjalanan. Kali ini, kami menelusuri Kota Batam. Tunggu cerita selanjutnya, ya!

Senangnyaa main ke batam sambil dapet ilmu banyak tentang kesehatan 😀
Pas balik ke Jakarta, move on-nya lamaa banget. Wkwkwkwk….
Perasaan baru semingguan berlalu tapi kenapa move on-nya susah bener nih. Baca ini jadi keingetan pagi-pagi di bandara, huhuhu.