Kalau ditanya, apakah kamu bahagia?
Mungkin jawaban setiap orang berbeda-beda. Bahkan hampir semua orang setuju bahwa bahagia itu relatif. Ada orang yang sudah bahagia karena mendapatkan pekerjaan di pabrik, ada juga orang kantoran yang baru akan merasa bahagia apabila resign dari kantor.
Jawaban dari pertanyaan tersebut sungguh sangat normatif dan cenderung stereotip. Merasa bahagia kalau sudah mencapai A. Akan bahagia kalau sudah mendapatkan B. Pasti bahagia kalau nanti sudah punya C. Jadi, sekarang nggak pernah merasa bahagia, dong? Kan, belum mendapatkan itu semua yang diinginkan?
Dulu saya juga berpikir begitu. Sekarang, saya sudah berhasil mengubah mindset. Saya sudah membuka pikiran, bahwa segala sesuatu yang sudah saya miliki, lebih dari cukup untuk membuat bahagia. Bahkan, di tempat lain yang tidak saya ketahui, sangat mungkin ada orang yang menginginkan sesuatu yang saya miliki.
Saya tidak kekurangan, meskipun tidak berlebihan. Saya sehat, meskipun tidak memiliki tubuh indah bak peragawati. Saya selalu makan enak dan kenyang meskipun tidak mewah. Itu semua sudah membuat saya bahagia.
Berbahagia dengan Cara yang Berbeda
Memberi itu membuat kita bahagia.
Pernyataan itu terdengar abstrak ya. Mosok sih, memberi itu bikin kita bahagia? Bukankah dengan memberi berarti sesuatu milik kita jadi berkurang?
Nah, tadi sore saya ikutan webinar yang diselenggarakan oleh JNE. Temanya adalah “Bahagia Bersama”. Acaranya dikemas santai, tapi tema yang diangkat bisa dikatakan tema yang maknanya dalam banget, yaitu tentang berbahagia dengan cara memberi.
Saya asyik banget nyimak pengalaman para narasumber yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan hidup. Para narasumber ini adalah:
M. Feriadi Suprapto
Beliau adalah President Direktur JNE. Pak Feri bercerita bahwa 31 tahun yang lalu ketika ayahnya mendirikan JNE, ada sesuatu yang janggal. Biasanya orang mendirikan dan menjalankan perusahaan itu di awal pasti mengharapkan keuntungan terlebih dahulu. Kalau sudah dapat penghasilan dan keuntungan dan jumlahnya lebih, barulah memberikan santunan kepada orang-orang yang berhak menerima.
JNE ini terbalik. Ketika baru saja akan beroperasi dan perusahaan belum mendapatkan penghasilan, ayah Pak Feri malah melakukan santunan terlebih dahulu. Baginya, perusahaan ini harus berlandaskan rasa kebersamaan dan terus berbagi. Perkara dapat untung atau tidaknya bagi perusahaan, itu biarlah Sang Pencipta yang memberi keputusan.
Saya terhenyak dengan cerita ini. Benar, sesuatu yang kita berikan kepada orang lain, akan Allah kembalikan ke kita berkali-kali lipat. Dengan berbagi dan melihat orang lain senang, hati kita juga lebih terasa hangat dan merasa bahagia.
Ivan Gunawan
Siapa sih, yang nggak kenal Igun? Cowok ini sudah sejak kecil bercita-cita menjadi desainer. Igun sangat senang kalau orang minta foto bersamanya. Itu berarti orang tersebut sudah berkorban waktu. Saat ini, semua orang tentu saja sangat sibuk, tapi masih ada saja orang yang rela meluangkan waktu untuk minta foto bersama Igun.
Di sinilah Igun merasa bersyukur karena bisa membahagiakan orang lain. Makanya, setiap kali ada orang yang meminta foto bersama, Igun akan mengucapkan terima kasih, setelahnya.
Melani Subono
Melani punya sebuah usaha bernama Rumah Harapan Melani. Ini adalah sebuah wadah untuk aktivitas sosial. Melani menggerakkan orang untuk mengabulkan permintaan masyarakat yang membutuhkan. Permintaan itu biasanya adalah keinginan sederhana dari orang yang sangat membutuhkan atau orang yang sedang sakit kritis dan mungkin waktu hidupnya sudah tidak lama lagi.
Awal mendirikan Rumah Harapan Melani karena dulu Melani mendapati seorang ibu yang habis melahirkan, tapi nggak bisa membawa pulang bayinya. Sebab, ibu itu masih menunggak bayar biaya rumah sakit sebesar Rp120 ribu. Kemungkinan uang segitu nilainya sangat besar pada saat itu.
Akhirnya Melani dan teman-teman membantu, sampai akhirnya ibu itu bisa membawa pulang bayinya.
Saya nyesek juga dengarnya. Banyak orang dengan mudahnya mengeluarkan uang dengan nilai tersebut, tapi ternyata ada orang yang, karena tidak punya uang dengan nilai segitu, tidak bisa membawa pulang bayinya.
Dari sini saya tahu bahwa sekecil apapun bantuan yang kita berikan, akan sangat berarti buat orang yang menerima.
Andi Noya
Penuturan Andi Noya juga membuat saya terharu. Menurut Pak Andi, banyak orang yang menunggu mapan dahulu baru mau berbagi. Padahal berbagi itu nggak perlu menunggu apa-apa. Sebab, berbagi itu tidak akan membuat kita jatuh miskin. Justru, jika kita sedang dalam kekurangan tapi mau berbagi, itu pasti nilainya menjadi luar biasa.
Coba bayangkan! Misalnya kita hanya punya uang Rp100 ribu. Lalu, kita donasikan Rp25 ribu. Itu kan, nilainya sudah seperempat dari harta yang kita miliki. Di situlah luar biasanya.
Dengan memberi, berarti kita juga membuka peluang pada orang lain untuk bahagia. Hidup kita bukan untuk kita saja, tapi juga untuk orang lain.
Buku Bahagia Bersama
JNE sudah beroperasi sejak 1990. Menginjak tahun ke-31 ini JNE ingin berbagi cerita kebahagiaan melalui sebuah buku. Jadi, webinar ini juga menandakan sebagai Hari Bahagia Bersama sekaligus launching-nya buku yang berjudul Bahagia Bersama ini.
Selama menjalankan bisnis, JNE mengusung tagline “Connecting Happiness”. Bisnisnya bukan hanya soal mengantar paket, tapi juga mengantar dan menyebarkan kebahagiaan. Ke depannya, JNE akan terus bergerak dengan prinsip yang selama ini sudah dijalani, yaitu berbagi, memberi, dan menyantuni.
Buku Bahagia Bersama ditulis oleh Kang Maman Suherman. Tahu sendiri kan, ya, selama ini Kang Maman memang aktif menulis buku. Kang Maman merasa sangat senang karena buku ini selesai hanya dalam waktu tiga bulan. Tentunya senang juga dong, karena dipercaya oleh JNE untuk menulis buku ini.
Lalu, ada Mas Mice yang bernama lengkap Muhammad Misrad. Mas Mice adalah kartunis yang membuat ilustrasi buku Bahagia Bersama. Mas Mice mengatakan bahwa membuat kartun untuk buku ini adalah sebuah tantangan. Pesan yang ada di dalam buku ini juga pas banget disampaikan dengan cara yang berbeda, agar pesan tersebut bisa diterima oleh semua usia dan kalangan.
Kamu yang penasaran dengan buku ini, bisa beli secara offline di Toko Buku Gramedia, ya atau secara online di gramedia.com dan toko-toko resmi JNE di Tokopedia dan Shopee.
Leave a Reply