Langit cerah ketika saya tengah berjalan di luar rumah bersama Bapak. Saya merasakan sesuatu yang aneh. Sebab, Bapak terus menerus memayungi saya dengan bentangan surat kabar. Bapak mewanti-wanti agar saya tidak mendongak menatap langit, apalagi sampai melihat matahari. Berbahaya, katanya. Mata bisa buta, tambahnya. Saya sungguh penasaran dengan sikap Bapak. Mengapa saya harus terus menerus menunduk ketika berjalan? Mengapa saya tidak boleh melihat langit? Mengapa saya harus berjalan sembunyi-sembunyi di antara bayangan pagar demi pagar agar terhindar dari cahaya matahari? Mengapa tangan Bapak tak henti-henti membentangkan surat kabar di atas kepala saya?
Ternyata, saat itu sedang terjadi gerhana matahari. Saya tahu, itu tahun 1988. Yang saya tidak tahu, mengapa fenomena alam ini terasa begitu mencekam? Sebegitu bahaya kah gerhana matahari total bagi manusia? Begitu banyak pertanyaan yang tersangkut di pikiran saya yang saat itu masih berusia sembilan tahun.
Sesampainya di rumah, saya menyaksikan berita di TV. Larangan untuk menatap langit, begitu gencar. Matahari yang sedang mengalami gerhana, begitu “dimusuhi”, sehingga menjadi benda yang sangat menakutkan. Siapa saja yang melanggar larangan, konon seketika menjadi buta dan akan menyesal seumur hidup. Bahkan, banyak yang mengatakan bahwa pada saat itu raksasa sedang marah besar, sehingga makhluk mengerikan itu menelan matahari. Ibu saya sempat cerita, di kampungnya, bila terjadi gerhana matahari, semua orang harus pura-pura menumbuk padi agar raksasa itu takut dengan bunyi-bunyiannya, sehingga segera memuntahkan matahari kembali. Ada juga yang mengatakan, cara paling ampuh dalam menakut-nakuti raksasa itu adalah dengan mengetuk-ngetuk kuku ibu jari tangan kanan, ke kuku ibu jari tangan kiri.
Sementara itu, orang-orang yang penasaran dengan gerhana matahari total, menyiapkan air yang ditempatkan di baskom atau ember, lalu melihat pantulan bayangan matahari dari air tersebut.
Begitu hebohnya kejadian itu, hingga sangat membekas dalam ingatan saya, sampai detik ini.
Pengetahuan saya tentang gerhana matahari total semakin jelas ketika saya masuk program IPA di SMA. Di sinilah saya mendapat pelajaran penting tentang gerhana matahari. Peristiwa itu bisa terjadi karena bulan berada di antara bumi dan matahari. Pada saat itu, matahari tertutup bulan, sehingga orang-orang di bumi akan merasakan kegelapan sementara. Pada gerhana matahari total, matahari tampak hanya bagian tepinya, sehingga kelihatan seperti cincin.
Ah, saya sudah tahu, gerhana matahari total ini benar-benar fenomena alam yang wajar. Bahkan, kejadian alam ini seharusnya dinikmati dan diamati dengan sebaik-baiknya. Apalagi, di Indonesia gerhana matahari total hanya terjadi 33 tahun sekali.
Saya hanya ingat pada saat gerhana matahari tahun 1988. Sebelumnya, pada gerhana matahari total tahun 1983, saya belum mengerti soal ini. Gerhana matahari total akan terjadi lagi tahun 2016 ini, dan akan menjadi kesempatan emas bagi saya untuk menyaksikannya.
Sunset , Fenomena Matahari Terindah
Mengenai matahari, saya paling senang melihat sunset. Matahari terbenam menandakan bahwa hari akan segera berganti. Matahari akan istirahat sejenak, untuk kembali bertugas esok harinya. Tempat paling ideal untuk menyaksikan tenggelamnya Sang Raja Siang menurut saya adalah pantai. Detik-detik menjelang matahari terbenam di pantai membuat suasana berubah syahdu. Langit berangsur-angsur gelap dengan didahului perubahan warna yang sangat indah. Burung-burung kembali pulang. Suara ombak terdengar lebih teratur. Semuanya dalam rangka mengiringi matahari kembali ke peraduan.
Hebatnya, berbeda tempat, berbeda pula warna langitnya. Traveling adalah salah satu kegiatan yang membuat saya berkesempatan menikmati sunset dengan suasana yang berbeda-beda.
Pertama, di Pantai Widuri, Pemalang, Jawa Tengah. Pantai ini memang tidak berpasir putih, tidak seindah pantai-pantai yang sudah punya “nama”. Tapi, suasana sunset di sini benar-benar tak terlupakan. Ketika matahari terbenam, pantai malah semakin ramai. Para muda-mudi yang awalnya berada jauh dari pantai, justru mendekat untuk menikmati suasana. Saya pun tidak ketinggalan, segera berfoto untuk mengabadikan suasana ini.
Kedua, di Bangkok, Thailand. Saya berkesempatan menyaksikan pemandangan sunset yang luar biasa menakjubkan. Saat itu saya sedang menyusuri Sungai Chao Phraya di sore hari. Matahari yang tenggelam di antara kuil-kuil yang berdiri tegak, seakan menyihir siapa saja yang berada di perahu. Satu foto suasana sunset yang berhasil saya jepret, seakan bercerita tentang sejuta keindahan langit saat mengantar matahari beristirahat.
Ketiga, di Pantai Tanjung Tinggi, Belitung. Saya nyaris tidak berkedip ketika menyaksikan terbenamnya matahari di pinggir pantai ini. Suasana yang sepi, damai, tentram, langsung menyelimuti begitu matahari bergerak hilang di antara batu-batu di pantai ini.
Matahari memang hanya benda langit yang biasa kita saksikan sehari-hari. Namun, dapat melakukan fenomena yang sangat menakjubkan.
Gerhana Matahari Total Tahun 2016 di Indonesia
Tahun ini, Indonesia akan menjadi semakin instimewa dengan hadirnya gerhana matahari total. Fenomena yang hanya terjadi 33 tahun sekali ini akan datang lagi pada 9 Maret 2016 mendatang. Daerah-daerah di Indonesia yang akan dilalui gerhana matahari total ini ada 11 provinsi, yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka-Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.
Andai bisa menyaksikan gerhana matahari secara langsung, ingin sekali menceritakannya di blog ini agar semua yang baca, dapat ikut merasakan suasana saat fenomena ini berlangsung. Peristiwa langka itu pasti sangat indah dan bisa menjadi salah satu pengalaman paling menyenangkan bagi yang menyaksikan. Terlebih, Indonesia akan menjadi tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi, pada saat berlangsungnya gerhana matahari total nanti.
Ah, rasanya tidak sabar menanti peristiwa langka itu.
Sumarti Saelan says
Matahari memang aslinya sangat memikat, kecuali siang bolong yak, kudu berlindung deh biat ga mencoklat kulit hehe…
Nunik Utami says
Hihihi iya, meskipun mendung, tetap aja sinar matahari bikin kulit jadi cokelat ya
Lidya says
menunggu pengumuman ya
bisot says
33 tahun sekali? bukannya sering yah gerhana matahari? 😀
jadi ingat kalau dulu pernah mengalami saat kecil… ibu-ibu hamil dianjurkan bersembunyi di bawah kasur hehehe. Trims kak infonya
Nunik Utami says
Yang 33 tahun sekali itu gerhana matahari total, Om. Hehehe
fee says
Gerhana memang dinanti.
Bisa jadi obyek wisata.
Tapi kalau bulannya ga gerak-gerak lagi gimana?
Nunik Utami says
Berarti gerhana permanen. Hihihi
Pritahw says
Hai mbak, wah ternyata mbak Nunik salah satu saksi hidup bgmn masyarakat percaya legenda yg diceritakan lwt buku dongeng ya, keren keren. Haha..
Nunik Utami says
Hahaah iya, aku saksi hidup 😀