Saya sengaja menulis ini di blog, agar anak-anak sekarang “kenal” dengan sosok H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beliau adalah presiden ke-4 Republik Indonesia. Disebut dengan panggilan “Gus” karena beliau asli Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. “Gus” berarti “mas”, yang merupakan panggilan kehormatan untuk anak seorang kyai yang umum dilakukan di pesantren.
Gus Dur wafat tanggal 30 Desember 2009 di Jakarta. Itu berarti beliau telah berpulang selama 9 tahun. Karenanya, saat inilah kita melaksanakan haul ke-9 Gus Dur.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaan haul Gus Dur selalu ramai. Sebagai ulama, terlebih mantan presiden RI, Gus Dur memiliki banyak “penggemar”. Sosok ini memang menjadi panutan banyak orang. Kata-kata dan sikapnya begitu menginspirasi dan menjadi contoh teladan bagi rakyat Indonesia.
Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang sangat ramai dikunjungi. Sebagian besar adalah para santri yang pernah belajar di pondok pesantren tersebut. Sebagian lagi adalah para penduduk setempat serta orang-orang hebat yang dan tokoh masyarakat yang dekat dengan Gus Dur. Semua ingin mengikuti haul Gus Dur. Selain di Tebuireng, haul Gus Dur juga dilaksanakan di kediaman Gus Dur di Ciganjur, dan di Balai Sarbini, Jakarta.
Haul Gus Dur di Balai Sarbini
Saya sendiri berkesempatan hadir di haul ke-9 Gus Dur, yang diselenggarakan di Balai Sarbini. Baru kali ini saya hadir di acara seperti ini. Seperti yang saya duga, namanya juga acara mengenang tokoh yang sudah berpulang, pasti acaranya lebih banyak diisi dengan pembacaan doa. Benar saja. Dari seluruh sudut terdengar lantunan ayat suci yang dikirimkan sebagai doa untuk almarhum. Saya sangat menikmati suasaha seperti ini dan ikut melantunkan doa untuk Gus Dur. Tanpa sadar, saya mengingat kembali perjalanan kyai ternama ini semasa hidupnya.
Seperti pada acara-acara resmi kenegaraan atau kementerian pada umumnya, haul Gus Dur ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya paling suka sesi ini. Mendengar lagu Indonesia bergemuruh di seluruh aula, membuat saya merinding dan terharu. Lalu, K.H. Syihabuddin Ahmad tampil untuk membacakan doa.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh dan pejabat, seperti Jokowi (Presiden RI), Hanif Dhakiri (Menteri Tenaga Kerja), Eko Putro Sandjojo (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi), serta tokoh-tokoh lain seperti Pramono Anung, Imam Nahrawi, dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Saya setuju dengan pernyataan Cak Imin bahwa Gus Dur adalah sosok yang gigih memperjuangkan keyakinannya, baik dalam hal agama, cita-cita, maupun soal kemanusiaan. Beliau juga sosok yang tidak pernah kendur dalam berjuang dan menghadapi tantangan, meskipun memiliki keterbatasan. Nggak heran, Gus Dur kan, memang tokoh yang dikenal sebagai politikus sekaligus tokoh agama yang menjunjung tinggi toleransi dan kenyamanan hidup warga negara.
Pada era pemerintahan Gus Dur pula, zaman otoriter berubah menjadi zaman reformasi. Di era tersebut, nilai kemanusiaan kembali dijunjung tinggi. Dalam menjalankan pemerintahan, Gus Dur mengedepankan ketuhanan, kemakmuran, persamaan hak teurtama hak asasi manusia, serta kebijakan hukum.
Gus Dur dan Program Pedesaan
Ketika mulai memimpin negeri ini, Gus Dur sudah langsung dihadapkan pada banyak masalah, terutama di bidang ekonomi. Gus Dur pun langsung mulai memperbaiki perekonomian negeri ini dengan membangun sebuah jaringan perbankan pedesaan. Beliau memberi perhatian khusus pada masalah pertanian. Tujuannya adalah untuk mensejahterakan kehidupan para petani. Tidak hanya itu. Gus Dur yang peduli pada masyarakat kelas bawah pun fokus pada masalah kelautan. Tujuannya tidak lain untuk mensejahterakan kehidupan nelayan.
Pemikiran-pemikiran Gus Dur tersebut kemudian dilaksanakan di masyarakat. Beberapa dilaksanakan oleh Kementerian Desa. Misalnya, program Dana Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Tujuan utama dari semua program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pedesaan.
Berkat pemikiran Gus Dur, Kementerian Desa terus bekerja dan berupaya untuk merealisasikan program ini. Terhitung sejak 2015 hingga 2018, Kementerian Desa telah menggelontorkan biaya sebesar Rp187 triliun untuk Dana Desa. Biaya ini sudah digunakan untuk membangun sekitar 74 ribu desa yang ada di seluruh Indonesia. Ada empat 4 program unggulan yang diusung Kemendes, yaitu Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (PRUKADES), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Embung Desa, dan Sarana Olahraga Desa. Semua ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan membangun Indonesia kembali dari carut marutnya perekonomian pada saat awal kepemimpinan Gus Dur.
Meneladani dan Melanjutkan Perjuangan Gus Dur
Selaku Presiden RI, Jokowi menyampaikan kepada masyarakat untuk terus meneladani sikap Gus Dur. Segala sesuatu yang telah dicapai pada era pemerintahan Gus Dur, hendaknya terus ditingkatkan. Sebab, pemerintah butuh dukungan semua pihak agar segala sesuatu yang telah dicapai oleh pemerintah dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
Saat ini, pemerintah telah menggagas beberapa program, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dapat membantu 19 juta siswa dari keluarga prasejahtera untuk bisa menikmati pendidikan di bangku sekolah, Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang telah membantu sekitar 92,3 juta penduduk untuk mendapatkan akses kesehatan, serta program Dana Desa yang dapat membantu menurunkan angka kemiskinan di Indonesia.
Pencapaian program pemerintah ini dapat dilihat dari data Biro Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa penduduk miskin di Indonesia per Maret 2018 berada di angka 9,82 persen. Angka ini merupakan angka terendah dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Dengan adanya Dana Desa, diharapkan tahun berikutnya angka kemiskinan di Indonesia bisa berkurang lagi.
Program Kementerian Desa
Pada pelaksanaannya, Kementerian Desa juga terus melanjutkan perjuangan Gus Dur melalui programnya. Salah satunya adalah Kemendes sudah bekerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk memantau sistem keuangan agar penggunaan Dana Desa dapat dilaksanakan dengan benar dan tepat sasaran.
Kemendes juga sudah membentuk Akademi Desa 4.0 dalam program BUMDes. Tujuannya adalah agar BUMDes dapat meningkatkan kemampuan sehingga bisa menjadi desa mandiri. Harapan lain adalah banyaknya bibit baru yang berbakat dan bisa mendulang prestasi, dari desa, terutama dalam bidang olahraga.
Selain itu, Kemendes telah membangun infrastuktur di desa, dengan jumlah yang banyak. Program unggulan ini tidak main-main, sehingga berhasil meraih rekor Muri dalam hal pembangunan insfrastruktur terbanyak dalam waktu 3 tahun, serta penandatanganan perjanjian kerja sama terbanyak, dengan pihak swasta dan pemkab, secara serempak.
Tentu saja pencapaian-pencapaian ini bukan yang terakhir. Masih akan ada pencapaian lainnya yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Desa. Semua ini adalah demi Indonesia, sekaligus melanjutkan perjuangan Gus Dur semasa hidupnya.
Leave a Reply