Saya senang banget membahas masalah kesehatan. Paling tidak, saya bisa menerapkannya baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun orang lain yang ada di sekitar saya.
Kali ini saya hadir di acara diskusi yang diselenggarakan oleh RS. Royal Progress, yaitu sebuah rumah sakit yang ada di Jakarta Utara. Tema diskusi dari RS Jakarta Utara ini adalah obesitas pada anak. Meskipun anak saya tidak mengalami obesitas, bahkan cenderung kurus, saya punya keponakan yang badannya besar-besar. Dulu, adik bungsu saya juga tumbuh subur. Tubuhnya jauh lebih besar daripada saya. Anak-anak ini memang tidak sampai obesitas, tapi saya jadi tertarik mengamati masalah kelebihan berat badan pada anak. Tujuannya untuk mencegah mereka menjadi ke arah obesitas.
Obesitas adalah kondisi tubuh yang mengalami tumpukan lemak berlebih, sehingga berat badannya jauh di atas normal. Obesitas bisa terjadi ketika asupan energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Obesitas bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, Anak-anak yang sudah mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami obesitas di masa dewasa nanti, dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami obesitas.
Penyebab Obesitas Pada Anak
Sebenarnya kenapa sih, anak-anak bisa mengalami obesitas? Ya itu tadi. Energi yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dariada energi yang keluar. Hal ini sangat mungkin terjadi pada anak-anak yang jarang mau bergerak, sementara, dianya makan melulu.
Saya jadi ingat anaknya seorang teman. Dari kecil, anak itu makannya sudah banyak. Bahkan, setika digendong dan dia ketiduran pun disuapin makanan masih tetap mangap dan lalu mengunyah makanan itu, padahal matanya terpejam. Saat beranjak besar, berat badan anak ini pun melonjak. Di sinilah saya baru sadar bahwa dia ternyata juga tidak aktif bergerak.
Jadi, selain asupan energi yang lebih banyak, ada faktor lain yang menyebabkan anak mengalami obesitas, yaitu:
Kurangnya aktivitas fisik
Tahu sendiri kan, hari gini zamannya anak-anak udah pada kenal gadget. Anak-anak bisa betah banget duduk diam selama berjam-jam, mainan gadget. Akibatnya, anak jadi malas bergerak. Hal kayak ginilah yang memicu anak menjadi obesitas. Beda banget dengan zaman saya kecil. Anak-anak mainnya di luar, lari-larian, lompat-lompatan, atau aktivitas lain yang mengandalkan fisik. Nggak heran deh, kalau dulu teman sepermainan saya kurus-kurus. Termasuk saya, sih.
Namun kondisi ini nggak bisa sepenuhnya menyalahkan anak. Anak nggak mau main di luar yang melibatkan fisik, kadang-kadang bukan karena anaknya yang benar-benar nggak mau tapi memang nggak ada lahan untuk bermain. Dulu waktu saya kecil sih, di lingkungan di mana pun saya berada, selalu ada lahan luas untuk bermain. Sekarang? Semua lahan kosong itu sudah menjelma menjadi bangunan beton.
Pola makan dan perilaku makan
Pola makan sudah jelas ya, Kalau makan banyak tapi aktivitas sedikit, bisa memicu obesitas. Satu lagi, perilaku makan. Kayaknya perilaku makan yang buruk ini tidak hanya terjadi pada anak-anak tapi juga orang dewasa. Terlalu sering makan makanan “sampah” (junk food) seperti makanan siap saji dan minuman manis dan atau bersoda, membuat anak menjadi lebih mungkin untuk mengalami obesitas. Apalagi makan makanan seperti itunya dalam jangka waktu lama. Sebab, junk food hanya mengandung tinggi karbohidrat, garam, dan gula, yang dapa menyebabkan berat badan berlebih. Padahal anak-anak butuh makanan yang mengandung protein, vitamin, mineral, dan zat-zat lain yang diperlukan oleh tubuh.
Faktor genetik
Mungkin ini faktor yang paling sulit dihindari. Seperti keponakan saya, mereka berbadan gemuk karena orangtuanya memang gemuk-gemuk. Begitu juga obesitas. Orangtua yang mengalami obesitas, anaknya memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena obesitas dibandingkan anak-anak yang orangtuanya tidak mengalami obesitas.
Dampak Buruk Anak-Anak Obesitas dan Cara Menanganginya
Lalu, apa sih, dampak yang mengintai anak-anak obesitas?
Anak-anak itu masih harus tumbuh dan berkembang secara optimal. Pertumbuhan dan perkembangan ini tentunya untuk membentuk kepribadian yang baik untuk kelangsungan hidupnya di masa dewasa nanti.
Menurut dr. Lucie dari RS. Royal Progress, Jakarta Utara, anak-anak yang mengalami obesitas kemungkinan akan mengalami berbagai penyakut seperti:
- Gangguan fungsi saluran napas obstruktif sleep apnea (OSA),
- Sindrom metabolik, yaitu terjadinya tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi,
- Gejala asma,
- Gangguan pada hati karena adanya penumpukan lemak,
- Pubertas lebih awal karena adanya ketidakseimbangan hormon,
- Gangguan pertumbuhan tulang dan sendi,
- Masalah interaksi sosial.
Obesitas pun dapat menyebabkan gangguan emosional sosial. Misalnya:
- Kurang percaya diri,
- Merasa terasing,
- Segan bergaul dengan teman atau lingkungan,
- Sering mengeluh,
- Mudah murung,
- Mudah tersinggung,
- Sering gugup,
- Sering melarikan diri dari tanggung jawab.
- Sering merasa cemas,
- Merasa rendah diri,
- Mengalami gangguan belajar,
- Berkaitan dengan bullying.
Melihat dampak yang serius seperti itu, tentu saja lebih baik mencegah agar anak tidak mengalami obesitas. Jika anak sudah dalam kondisi obesitas, segeralah ditangani untuk mengurangi dampak buruknya.
DR. dr. I. Rika Haryono, Sp. KO, juga dari RS. Royal Progress, Jakarta Utara, menegaskan bahwa anak obesitas dapat ditangani dengan cara melakukan latihan fisik. Di sini diperlukan peran orangtua untuk mengajak dan membimbing anaknya dalam melakukan latihan fisik.
Berikan latihan fisik berupa aerobik, latihan kelentukan, dan kekuatan otot secara rutin. Lakukan secara bertahap, mulai dari intensitas rendah kemudian ditambah secara bertahap. Berikan latihan tiga hingga lima kali seminggu selama 30 menit hingga satu jam.
Tentu saja ada tantangan dalam melatih anak-anak obesitas. Mereka biasanya akan kembali tergiur bermalas-malasan dan kembali bermain gadget. Karenanya, ajaklah anak berlatih fisik yang sifatnya bermain agar mereka senang dan tidak meras sedang berlatih fisik.
Di penghujung acara diskusi tentang anak obesitas ini ada demo memasak. Para chef dari In Smoked Restaurant memasak menu makanan sehat yang pas sebagai menu sehari-hari untuk anak obesitas.
Asyik, ya. Saya memang tidak punya anak yang obesitas, tapi ilmu ini membuat saya jadi tahu dan bisa mencegah agar anak tidak mengalami obesitas.
Kalo udah dewasa, disebut obesitas kah?
Jangankan anak-anak. Aku pun lebih suka olahraga yang gerakannya seperti permainan. Soalnya gak bosan sih dan pastinya tubuh jadi bergerak 🙂