Kalimantan Timur adalah salah satu wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam melimpah. Sayangnya, kekayaan alam ini semakin tergerus karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab. Banyak pihak melakukan perambahan hutan ilegal dan penebangan liar sehingga membuat alam rusak.
Sumber: Pixabay
Jika kerusakan tersebut tidak segera ditangani dengan serius, maka akan berdampak fatal. Misalnya, terjadi bencana banjir dan tanah longsor ekstrem. Bahkan Kalimantan terancam kehilangan puluhan hingga jutaan spesies fauna dan flora endemik serta spesies langka.
Di tengah kondisi yang tak kunjung mendapat solusi, ada sosok pahlawan lingkungan yang gigih menjaga dan melindungi hutan Berau, Kalimantan timur. Dialah Franly Aprilano Oley.
Jaga Kelestarian Hutan Berau
Franly Aprilano Oley merupakan pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara tahun 1992. Dia sangat cinta terhadap alam dan ingin menjaga kelestarian hutan Berau. Sejak kecil, Franly sangat peduli terhadap lingkungan, apalagi hutan sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar. Franly memulai semuanya ketika pindah ke Berau, Kalimantan Timur, tahun 2012.
Sumber: Kompasiana
Setelah tamat SMA, Franly menjadi pemandu wisata di Taman Nasional Kutai. Selanjutnya Franly memutuskan menjadi penjaga hutan di Kampung Merabu, pada 2015. Perjuangan Franly dimulai dengan bergabung dalam sebuah organisasi lingkungan di Berau dan aktif melakukan patroli di hutan untuk mencegah perambahan hutan ilegal. Perjuangan tersebut membuktikan bahwa Franly sudah memberikan kontribusi besar terhadap kelestarian lingkungan.
Membangun Merabu sebagai Kampung Wisata
Franly yang bertugas sebagai penjaga hutan tidak hanya memastikan aktivitas ilegal, tetapi juga membantu masyarakat dalam mengembangkan desa wisata di Kampung Merabu. Sayangnya perjuangan Franly kurang mendapat dukungan dari pemerintah dan masyarakat sekitar. Padahal Kampung Merabu punya potensi besar yang dapat dikembangkan menjadi lebih baik dan menguntungkan masyarakat sekitar.
Sumber: Kemenparekraf
Masyarakat asli Merabu sebagian besar bekerja sebagai petani, pencari madu, dan pemetik sarang burung. Beberapa lainnya mencari kayu gaharu dengan memanfaatkan hutan kapur atau karst di sekitarnya. Jika pekerjaan tersebut terus dilanjutkan tanpa memikirkan alam, maka lama kelamaan kekayaan alam akan habis. Hal ini yang membuat Franly berinisiatif menyelamatkan alam Merabu.
Franly ingin membangun desa tempat tinggalnya dengan mengedepankan prinsip konservasi alam. Inovasi tersebut perlahan-lahan terlaksana sejak Franly terpilih menjadi kepala desa tahun 2011. Jabatan kepala desa membuat tekad Franly dalam membangun dan mengelola kawasan hutan Merabu menjadi wisata alam berkelanjutan, semakin kuat. Meski tergolong sebagai kepala desa muda, Franly berhasil menggandeng pemerintah setempat dan kemudian mendirikan lembaga Kerima Puri untuk mengelola kawasan wisata Merabu.
Franly sangat gigih dalam memperjuangkan pengelolaan hutan seluas 8.245 hektar. Perlahan-lahan warga sekitar memberikan respon positif dan turut membantu pengelolaan ini. Setelah menunggu selama dua tahun lebih, akhirnya Franly berhasil mendapatkan SK Hak Pengelolaan Hutan Desa (HPHD). Dalam membenahi kampung tersebut, Franly juga didukung stakeholders terkait. Mereka membantu memetakan seluruh potensi wisata alam yang ada. Franly juga mengedukasi warga setempat agar bisa mengelola lahan Merabu dengan baik, demi tercipta lingkungan berkelanjutan.
Batasi Pengunjung Demi Kelestarian
Perjuangan Franly yang awalnya diabaikan masyarakat, kini berhasil mendapat dukungan positif dari seluruh lapisan masyarakat. Hal ini membuat Merabu semakin dikenal. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang tertarik mengunjungi Merabu untuk menikmati suasana alam yang sangat asri. Banyak kegiatan alam yang bisa dilakukan wisatawan, mulai dari berenang, snorkeling, hiking, menikmati sunset dan sunrise, serta menginap dengan pemandangan alam hijau yang menawan. Merabu tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga memiliki lokasi bersejarah dengan banyak lukisan era purbakala.
Peningkatan jumlah wisatawan nyatanya tidak membuat Franly lengah. Dia tetap membatasi jumlah pengunjung demi menjaga kelestarian alam sekitar. Misalnya, kunjungan wisata ke Goa Beloyot dibatasi maksimal 10 orang. Kunjungan ke Kampung Merabu, maksimal 30 orang sekali berkunjung. Franly dan tim juga selalu memberikan arahan kepada wisatawan terkait adat dan larangan. Tentu saja hal tersebut sengaja dilakukan demi keselamatan dan kenyamanan bersama.
Kenalkan Merabu pada Dunia
Perjuangan Franly dalam menjaga hutan dan lingkungan tidak luput dari perhatian dunia. Sepak terjang pemuda tersebut akhirnya mendapat pengakuan dari berbagai media dan organisasi. Tahun 2018, Franly dan pesona pegunungan karst di Merabu, Berau, diliput salah satu media online, Lonely Planet.
Sumber: Kompasiana
Franly juga berhasil menerima penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2018 kategori lingkungan, sebuah program yang diselenggarakan oleh PT Astra International, Tbk.
Perjuangan besar Franly telah mengantarkan Kampung Merabu menjadi dikenal masyarakat luas hingga tingkat dunia. Perlahan tetapi pasti, perjuangan ini memberikan peningkatan terhadap ekonomi masyarakat sekitarnya.
Leave a Reply