Pekan ASI Sedunia (PAS) diselenggarakan setiap minggu pertama bulan Agustus. PAS 2019 ini tema pembahasan nasionalnya adalah “Ayah dan Ibu Kunci Keberhasilan Menyusui”. Sementara, tema globalnya yaitu “Empowering Parents Enable Breastfeeding”. Acara peringatan PAS 2019 diselenggarakan di kantor Kemenkes, Rabu, 7 Agustus 2019. Pesertanya adalah 500 orang perwakilan Dinas Kesehatan dan Penggerak PKK dari 34 provinsi.
Tema acara PAS 2019 adalah ondel-ondel dari DKI Jakarta. Di seluruh tempat, dihias dengan tema tersebut. Ondel-ondel pun bertebaran di mana-mana. Panitia tidak ketinggalan. Mereka mengenakan kebaya encim dan batik Betawi.
Selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ibu Nila Moeloek hadir meresmikan acara ini. Bu Nila menyampaikan bahwa semua pihak harus turut berperan dalam upaya pemberdayaan keluarga, terutama ayah dan ibu, agar ibu dapat memberikan ASI sesuai rekomendasi Pemberian Makan Bayi dan Anak.
ASI Mencegah Stunting
ASI itu sangat penting bagi bayi, karena akan berdampak panjang pada kehidupan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI pun seharusnya dilakukan secara ekslusif selama enam bulan. Eksklusif di sini maksudnya adalah tidak memberikan makanan atau minuman lain sepain ASI. Setelah lulus masa ASI eksklusif, pemberian ASI diteruskan hingga anak berumur dua tahun, dengan tambahan pemberian makanan pendamping ASI (MPASI).
Dampak buruk dari kurangnya gizi anak akibat kurang ASI adalah anak bisa mengalami stunting. Stunting adalah kondisi di mana anak tumbuh kerdil, tidak sesuai dengan pertumbuhan pada usia yang seharusnya. Perkembangan otak pun bisa terhambat, yang membuat kecerdasan anak tidak maksimal.
Masalahnya, ibu memberikan ASI itu tidak semudah yang dibayangkan. Ibu butuh dukungan dari semua pihak, seperti ayah, keluarga, serta lingkungan sekitar seperti tempat kerja dan tempat-tempat umum. Mengapa ibu perlu dukungan? Setelah melahirkan, fisik ibu butuh pemulihan. Semua orang sudah tahu bahwa melahirkan itu penuh perjuangan, bahkan bertaruh nyawa, tapi tidak semua orang bisa mengerti bahwa setelahnya, ibu butuh istirahat, butuh makanan yang bergizi, serta butuh dukungan mental dan emosional. Ibu yang baru melahirkan itu bingung, lho. Di satu sisi, diri sendiri butuh pemulihan. Di sisi lain, harus memberikan ASI. Ini mengharuskan ibu begadang. Belum lagi, harus adaptasi. Yang tadinya belum ada bayi, sekarang ada bayi yang segala sesuatunya harus disiapkan. Kebayang kan, betapa lelahnya?
Jadilah Ayah ASI
Orang pertama yang harus mendukung agar ibu bisa memberi ASI dengan baik adalah ayah. Ibaratnya, bikin berdua yang ngurusnya juga harus berdua. Saya senang di acara ini ada Sogi Indra Dhuaja yang aktif menggerakkan “Ayah ASI”.
Jadi, para ayah bisa mendukung ibu memberikan ASI dengan cara:
- Membiarkan ibu beristirahat, memastikan ibu istirahatnya juga cukup, serta cukup makan dan tidak mengalami stres.
- Ikut bangun saat ibu menyusui. Ini membantu banget dari sisi mental, karena ibu akan merasa diperhatikan dan didukung, sehingga lelahnya berkurang.
- Bantu mengganti popok. Ini juga membantu banget bagi ibu. Apalagi, mengganti popok itu nggak sesulit mengganti spare part kendaraan, lho.
- Bantu sendawakan bayi setelah menyusui. Sementara ibu istirahat setelah menyusui, ayah bisa bantu pegang bayi dan membuatnya bersendawa. Caranya, angkat bayi dengan wajah menghadap bahu ayah. Tepuk-tepuk punggung bayi hingga dia bersendawa. Sendawa ini mencegah bayi muntah setelah minum susu. Ya, seperti orang dewasa saja, kalau sudah bersendawa setelah makan kan, rasanya lega.
- Bantu ibu membersihkan rumah. Ayah pasti pusing kan, kalau rumah berantakan? Begitu juga ibu. Apalagi dalam masa menyusui, pasti lebih capek daripada biasanya. Makanya, ayah yang membantu membersihkan rumah, bikin ibu happy banget.
- Selalu jadi supporter no satu. Intinya adalah selalu mendukung ibu mmeberikan ASI di mana pun berada. Bisa juga jadi ayah antar jemput ASI, dari kantor ibu ke rumah.
Penghargaan Ibu ASI 2019
Di acara PAS 2019 juga ada pemberian penghargaan bagi ibu bekerja yang lulus memberikan ASI eksklusif selama enam bulan. Peserta adalah ibu-ibu yang bekerja di kantor di bawah naungan seluruh kementerian di Indonesia.
Inilah para pemenangnya:
Leave a Reply