Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa membicarakan seksual pada anak adalah hal yang tabu. Padahal, anak dan remaja Indonesia membutuhkan edukasi tentang hal ini. Tujuannya agar mereka mengerti bahwa kegiatan seksual harus dilakukan berdasarkan pengetahuan, tidak boleh asal saja, karena berhubungan dengan kesehatan dan norma yang berlaku, baik norma agama maupun masyarakat.
Sumber: Tata
Anak atau remaja yang tidak mengerti tentang edukasi seksual bisa “salah jalan”. Kalau sudah telanjur “salah jalan”, kesehatan dan masa depan lah yang terancam. Banyak anak dan remaja Indonesia yang mengalami hal buruk seputar seksual, karena tidak mengerti edukasinya. Sudah seharusnya kondisi ini berhenti sampai di sini saja agar Indonesia memiliki generasi muda yang sehat.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang tidak mengajarkan edukasi seksual pada anaknya. Selain karena masih merasa tabu dalam membicarakannya, banyak juga orangtua yang malu atau tidak tahu cara menyampaikannya pada anak.
Tata, Penggerak Edukasi Seksual untuk Anak dan Remaja NTT
Adalah Mariana Yunita Hendriyani Opat atau biasa dipanggil Tata, perempuan kelahiran Kiupukan, Nusa Tenggara Timur (NTT), 3 Juli 1992. Tata melihat kondisi di daerahnya, yang memprihatinkan. Sebagian besar remaja NTT tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual, sehingga tidak mendapatkan edukasi tentang hal ini. Bahkan masih banyak remaja di suatu tempat di daerahnya yang menggunakan pembalut dari koran atau kardus bekas.
Sama seperti kebanyakan masyarakat Indonesia, orangtua di NTT menganggap membicarakan seksual adalah hal yang tabu. Tidak semua orangtua menyadari pentingnya memberikan pendidikan seksual sejak dini. Dalam pandangan mereka, memberikan edukasi seksual pada anak berarti mengajak anak melakukan hubungan seksual.
Sumber: GNFI
Padahal, edukasi seksual mengajarkan anak-anak tentang konsep Kesehatan seksual, hubungan dengan orang sekitarnya, serta tanggung jawab diri sendiri. Apabila edukasi seksual sudah diterapkan pada anak-anak sedini mungkin, mereka mengerti dan bisa menghindari perilaku pelecehan seksual atau penyimpangan seksual.
Kondisi masyarakat yang masih belum bisa menerima edukasi seksual membuat anak-anak tidak memiliki tempat bercerita. Mereka tidak bisa bicara kepada siapa pun, kalau mengalami pelecehan seksual. Mereka merasa malu apabila mengadukannya pada pihak lain seperti keluarga atau orang di sekitarnya, karena dianggap membuka aib sendiri. Jadilah mereka menutup mulut rapat-rapat. Banyak juga anak yang dikeluarkan dari sekolah karena mengalami hamil di luar nikah, akibat ketidaktahuan tentang pendidikan seksual.
Apabila hal ini didiamkan, bisa-bisa perilaku pelecehan seksual merasa bebas mengulangi lagi. Para korban pun semakin terpuruk. Bukan tidak mungkin korban semakin banyak dan anak-anak serta remaja, kehilangan masa depannya.
Tata tidak ingin hal ini terjadi terus menerus. Dari sinilah Tata bergerak untuk mencari solusinya.
Hampir Menjadi Korban Kekerasan Seksual
Bergeraknya Tata dalam hal edukasi seksual juga disebabkan karena masa lalunya yang pahit. Saat masih kanak-kanak, Tata hampir mengalami kekerasan seksual. Ancaman ini juga menghantuinya hingga masa kuliah, Dia sangat berharap tidak ada lagi korban seperti dirinya. Oleh karena itu, ketika duduk di perguruan tinggi, Tata bergerak cepat mencari solusi.
Tata yang tidak memiliki latar belakang di bidang ini pun menggaungkan isu mengenai Hak Kesehatan Reproduksi Sosial (HKSR). Isu ini disosialisasikan kepada anak-anak dan remaja di Kupang, terutama yang berasal dari keluarga yang terpinggirkan secara sosial dan keluarga miskin.
Sumber: Tata
Tata dan teman-temannya mendirikan komunitas bernama Tenggara Youth Community (Tenggara NTT). Kegiatan komunitas ini kali pertama dilakukan pada 30 Agustus 2016. Salah satu program utamanya adalah Bacarita Kespro, yang diambil dari kata “bercerita”. Program ini memberi edukasi kesehatan yang membuat anak-anak dan remaja berani bercerita pada orangtua, seputar hal seksual. Sebaliknya, orangtua pun diberikan pengetahuan agar bisa memberi penjelasan pada anak.
Tata dan tim juga membuka jasa untuk remaja. Apabila ada remaja yang mengalami pelecehan atau kekerasan seksual, bisa mendapatkan konseling secara gratis. Apabila kasusnya berlanjut dan remaja tersebut membutuhkan pendampingan, Tenggara NTT juga bisa membantu memberikan jalan mendapatkan pendampingan dari Lembaga hukum seperti LBH Apik.
Metode Pembelajaran Inovatif
Dalam melaksanakan programnya, Tata menggunakan metode pembelajaran inovatif. Sosialisasinya menggunakan games dan kegiatan yang disukai anak-anak. Terbukti, kegiatan ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat. Mereka mengatakan kegiatan ini tidak membosankan sehingga bisa diikuti dan dimengerti dengan baik.
Tenggara NTT selalu menciptakan metode sosialisasi tersendiri dan disesuaikan dengan kelompok yang dikunjungi. Jadi sebelum memberikan materi, tim Tenggara NTT selalu melakukan survei agar mendapat info lengkap tentang kelompok tersebut, sehingga bisa menyajikan metode yang sesuai.
Pantang Menyerah Terhadap Rintangan
Program yang dijalankan oleh Tata dan tim ini bukan tanpa rintangan. Ada kelompok masyarakat yang belum bisa menerima program tersebut. Mereka pernah ditolak oleh gereja dan ditegur para orangtua. Mereka menganggap memberikan pendidikan seks berarti mengajak anak-anak melakukan seks bebas dan mengenalkan pornografi
Tata dan tim tetap gigih. Mereka memberikan pengertian dan melakukan pendekatan serta diskusi dengan pihak gereja dan orangtua. Tujuan Tata sebagai founder Tenggara NTT bukan lagi sekadar orangtua mengerti tentang pendidikan seksual untuk anak dan remaja, tetapi orangtua ikut berperan aktif memberikan edukasi tersebut pada keluarga dan lingkungan sekitar. Dengan demikian, edukasi ini bisa dikenal masyarakat secara lebih luas.
Meraih Apresiasi SATU Indonesia Award 2020
Kegigihan Tata pun membuahkan hasil. Berkat semangat yang tiada henti dalam memberikan edukasi ini, program ini menunjukkan keberhasilan. Setiap selesai menyampaikan metode sosialisasi, Tata memberikan kuis. Dari jawaban-jawaban di kuis ini terlihat bahwa masyarakat sudah lebih memahami pendidikan seksual. Inilah yang menjadi indikator keberhasilan program Tenggara NTT.
Bukti keberhasilan lain, program Bacarita Kespro sudah merangkul 2.000 remaja di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka berasal dari 43 komunitas yang ada. Tidak hanya itu. Tata juga mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards 2020.
Sumber: Tata
Pendidikan seksual dan Kesehatan reproduksi remaja adalah tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh elemen wajib bergandengan tangan untuk menciptakan kondisi generasi muda yang mengerti edukasi ini.
Leave a Reply