Pada dasarnya, tidak ada hal di dunia ini yang tidak berhubungan. Semuanya saling terkait. Katakanlah, dunia kesehatan erat kaitannya dengan pertanian dalam rangka mendapatkan herbal untuk penyembuhan penyakit. Dunia kesehatan juga sangat berhubungan dengan hal digital, sehubungan dengan alat penyembuhan yang sudah terhubung dengan komputer dan internet. Masih banyak contoh lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu di sini.
Dunia obat-obatan yang sebenarnya berdekatan dengan bahan kimia juga ternyata berhubungan dengan seni. Mungkin ini agak di luar nalar, tetapi kalau dirunut, sangat masuk akal.
Adalah Alfira Oktaviani, seorang mompreneur muda lulusan sarjana apoteker di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, yang tertarik dengan dunia seni. Kalau dilihat sekilas, menjadi aktivitas seni melenceng jauh dari bidang yang digeluti saat menjadi mahasiswa. Namun, saat ditelaah, dunia apoteker itu dekat dengan dunia seni.
Saat masih di bangku kuliah, Alfira mendapatkan mata kuliah teknik kimia dan morfologi tumbuhan. Mata kuliah inilah yang membuat Alfira mantap menggeluti bisnis di bidang seni. Terlebih, Alfira juga mendapatkan mata kuliah manajemen bisnis. Berbekal ilmu tersebut, Alfira memilih berbisnis di bidang seni fashion ecoprint.
Mengapa ecoprint? Sebab, Alfira ingin membuat produk-produk fashion dengan tetap memelihara lingkungan Alfira pun menciptakan brand Semilir Ecoprint. Melalui Semilir Ecoprint dengan teknik ecoprint-nya, Alfira bertujuan mengenalkan budaya fashion berkelanjutan yang ramah lingkungan di Indonesia.
Mengenal Ecoprint Lebih Jauh
Ecoprint adalah teknik membuat motif pada kain dengan menggunakan daun, akar, atau batang tanaman. Proses ecoprint yaitu daun, akar, atau batang tanaman diletakkan pada sehelai kain untuk menciptakan motif. Kita bisa bebas memilih bentuk daun, akar, dan batang yang sesuai dengan selera untuk “mencetak” motif, karena nantinya motif kain sama persis dengan tanaman “cetakan” tersebut.
Selanjutnya, kain tersebut direbus. Setelah itu tanaman “cetakan” itu dilepas, dan meninggalkan motif cantik di seluruh kain. Warna kain tersebut sesuai dengan tanaman-tanaman yang ditempel. Salah satu ciri khas teknik ecoprint memang memanfaatkan zat pewarna alami dari tanin atau zat warna pada daun, akar, dan batang yang ditempelkan. Oleh karena itu, warna kain-kain ecoprint cenderung alami pastel seperti warna-warna tanah atau bumi.
Teknik ecoprint baru masuk ke Indonesia tahun 2016. Teknik ini sama dengan batik, yaitu memberi kesan eksklusif karena prosesnya yang unik dan memakan waktu agak lama. Produk-produk yang dihasilkan dari teknik ecoprint juga tampak elegan.
Keunikan lain dari produk hasil ecoprint adalah motifnya tidak sama, tidak simetris, sehingga setiap produk hanya ada satu-satunya di dunia. Sebab, proses pembuatannya manual. Dibuat satu per satu, bukan dibuat secara massal dengan menggunakan mesin.
Teknik ecoprint juga sangat ramah lingkungan karena menggunakan zat pewarna alami, sehingga bisa mengurangi kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat limbah kimia pabrik tekstil.
Atas keunggulan-keunggulan itulah Alfira mantap menggeluti bisnis fashion ecoprint.
Dari Sampah Jadi Karya
Satu hal lagi yang membuat Alfira benar-benar serius membangun bisnis ecoprint adalah bahan bakunya mudah didapat. Membuat motif ecoprint adalah menggunakan daun. Alfira tinggal mencari daun-daun dengan berbagai bentuk dan motif. Bisa dikatakan, bahan baku ini berasal dari sampah. Daun-daun yang sudah gugur, berserakan di tanah, dan sudah tidak terpakai lagi, bisa dimanfaatkan dalam membuat fashion ecoprint. Bahkan rumput yang dianggap hama pun bisa digunakan.
Tentu saja membutuhkan proses yang panjang, sejak pemilihan daun, bunga, akar, atau batang tanaman, sampai menjadi sehelai kain. Namun, hasil akhir yang elegan, membuat Alfira selalu semangat menciptakan karya. Dari sampai, jadi karya yang bermanfaat.
Hanya dengan modal uang Rp500 ribu dan memaksimalkan ilmunya selama kuliah, Alfira mengembangkan bisnis Semilir Ecoprint.
Seiring berjalannya waktu, untuk bahan baku ecoprint, Alfira menerapkan menanam tanaman di pekarangan rumah. Selain memudahkan pengerjaan, rumah juga jadi lebih asri. Selain itu juga aktif mencari daun-daun unik yang tidak ditanam di rumah, seperti daun jati, kayu tingi, atau jolawe.
Alfira juga kerap menyelenggarakan workshop untuk siapa pun yang ingin belajar membuat ecoprint. Rupanya banyak orang yang antusias belajar, karena ecoprint memang unik dan berkarakter.
Lantung Bengkulu yang Memesona
Selama menjalankan bisnis ecoprint, Alfira fokus pada lantung Bengkulu yang memesona. Lantung Bengkulu adalah kulit kayu yang diproses dengan cara dipukul-pukul sehingga menjadi pipih dan menjadi lembaran.
Setelah diproses menjadi ecoprint, lantung Bengkulu ini menghasilkan kain indah dengan motif yang tegas, serta warna earthy pastel yang khas.
Produk-produk Unggulan
Awalnya Alfira bersama Semilir Ecoprint hanya berfokus menciptakan dan menjual produk tas perempuan. Namun, lama kelamaan ada banyak permintaan dari masyarakat berupa produk kain, pakaian, hingga home décor, yang seluruhnya menggunakan teknik ecoprint.
Semilir Ecoprint memiliki target pasar perempuan perkotaan usia 25 tahun ke atas, dengan kelas ekonomi A yang menjalani gaya hidup green natural serta mencintai produk lokal handmade.
Hingga saat ini, produk-produk yang disebutkan di atas menjadi produk unggulan di Semilir Ecoprint.
Tidak heran kalau Alfira Oktaviani terpilih sebagai salah satu penerima Satu Indonesia Awards 2022, karena komitmennya dalam menciptakan produk lokal elegan berkualitas yang go international, dengan tetap mengutamakan gaya ramah lingkungan dan kelestarian alam.
Leave a Reply