Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu – John. F. Kennedy
Kayaknya isi kutipan itu klise banget, ya? Kita memberikan sesuatu untuk negara? Hmm … bingung juga.
Eh, tunggu. Sebelum bingung soal memberi dan mengharap sesuatu dari dan kepada negara, saya kepengin cerita. Saya bekerja sebagai content writer di sebuah situs kesehatan no 1 di Indonesia. Setiap hari, saya membuat artikel tentang kesehatan, mulai dari membahas tentang pencegahan penyakit, pengobatannya, sampai gaya hidup sehat. Untuk mendapatkan artikel yang bagus dan relevan, ada sumber akurat yang menjadi patokan dalam menulis artikel tersebut. Semua artikel yang sudah selesai dibuat juga harus melalui tahap editing oleh dokter. Ya, selain tim penulis, di kantor saya juga ada tim dokter yang bertugas memastikan bahwa informasi yang disampaikan di dalam artikel sudah sesuai dengan dunia medis dan segala ketentuannya.
Nah, saya sering berdiskusi dengan tujuh orang dokter di kantor mengenai kesehatan masyarakat di Indonesia. Saya yang sudah beberapa kali mengikuti workshop sebagai Sahabat JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), selalu menyampaikan hasil workshop ke dokter-dokter itu tentang perkembangan pemerintah (terutama Kementerian Kesehatan) dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Misalnya, saat baru selesai mengikuti workshop tentang TB (Tuberculosis), saya begitu antusias menceritakan bahwa saya sempat bertemu dengan pasien-pasien TB MDR (TB yang tingkatannya lebih tinggi, sehingga penyembuhannya membutuhkan waktu lebih lama) yang akhirnya bisa sembuh dari penyakit tersebut. Workshop tersebut juga mendatangkan para pasien TB yang sudah sembuh dan yang terinfeksi HIV, sebagai narasumber. Selain itu, saya bersama para peserta workshop yang lain ikut menjenguk pasien-pasien yang masih berjuang untuk sembuh, di RS. Hasan Sadikin, Bandung.
Setiap Dokter Perlu Tambahan Informasi Kesehatan di Indonesia
Tidak semua dokter mengetahui kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia ini. Padahal, mereka butuh informasi perkembangan kesehatan, untuk mengukur sejauh mana pencapaian dokter-dokter itu dalam menyehatkan masyarakat. Contohnya, ketika saya memberitahu bahwa di Bandung masih banyak pasien penderita TB MDR dan yang terinfeksi HIV, ada salah satu teman dokter saya yang mengatakan, “Oh, di Bandung masih banyak pasien kedua penyakit itu?”. Saya bisa menceritakan kondisinya karena mendapat informasi dari workshop yang saya ikuti sebagai Sahabat di JKN di Bandung.
Dokter-dokter di kantor yang kebanyakan juga membuka praktik sendiri di rumah, akan meng-update info melalui cerita yang saya berikan. Dengan ilmu kedokterannya, dikombinasikan dengan pengalaman saya dalam memperoleh informasi dari workshop kesehatan, membuat para dokter itu juga mencari informasi terkini mengenai perkembangan kesehatan di Indonesia.
Tidak hanya itu, saya juga mengirimkan materi berbagai workshop kesehatan yang saya ikuti, kepada dokter-dokter itu. Tujuan saya adalah agar info yang saya dapatkan juga bisa menambah pengetahuan para ahli medis itu untuk kemudian disampaikan lagi kepada para pasiennya di klinik masing-masing. Apalagi, beberapa teman dokter di kantor juga ada yang yang sesekali menjadi narasumber pada berbagai acara kesehatan. Jadi, informasi tambahan dari saya juga dapat disampaikan kepada masyarakat yang lebih luas. Bahkan, semacam “getok tular”. Kementerian Kesehatan mengadakan program yang diikuti oleh para Sahabat JKN, kemudian Sahabat JKN, termasuk saya, menyampaikannya kembali kepada orang di sekitar, dalam hal ini dokter-dokter di kantor, dan mereka menyebarkannya lagi kepada masyarakat dalam skala yang lebih luas.
Program Nusantara Sehat Hingga ke Pulau Terluar Indonesia
Salah satu dokter pernah memberikan usul agar pemerintah mengadakan penyuluhan kesehatan ke daerah-daerah terpencil di negeri ini. Dia meminta saya untuk menyampaikan usulnya ketika ada acara workshop lagi yang melibatkan Sahabat JKN. Di sinilah saya sampaikan kepadanya, bahwa pemerintah dengan programnya, Nusantara Sehat, sudah berupaya memberikan pemerataan kesehatan, sampai ke pulau-pulau terluar Indonesia.
Nusantara Sehat adalah program yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan untuk mengamankan kesehatan masyarakat di daerah yang paling membutuhkan. Program ini tidak hanya memberikan dan meningkatkan pelayanan kesehatan, tetapi juga menggerakkan pemberdayaan masyarakat di daerah tersebut.
Pemerintah sudah mengirimkan tim ke berbagai daerah di Indonesia. Tim itu terdiri atas beberapa relawan ahli medis yang tugasnya rutin memantau jalannya program kesehatan serta memberikan pelayanan sebaik mungkin. Tidak tangung-tanggung, bahkan sampai ke pulau-pulau yang sulit dijangkau dengan kendaraan umum. Ada daerah yang hanya bisa dicapai dengan speed boat seperti di pedalaman Kalimantan, ada yang hanya bisa dicapai dengan perahu kecil yang bahan bakarnya bisa habis di tengah sungai kapan saja, seperti di daerah Riau, bahkan ada daerah yang hanya bisa dicapai dengan berkuda.
Meskipun para relawan itu harus bekerja keras, mereka tidak pernah menyerah. Mereka terus berjuang demi memeratakan kesehatan. Menempuh medan yang tidak mudah, mengorbankan waktu untuk bersenang-senang di mall, melupakan keinginan untuk mempercantik diri di salon, dan jauh dari fasilitas-fasilitas yang memudahkan hidup. Sesuai dengan tagline Nusantara Sehat, yaitu Membangun Kesehatan Indonesia dari Pinggiran.
Nusantara Sehat Perlu Penyambung Lidah
Saya membayangkan betapa mengasyikkan bisa memberikan ilmu, tenaga, dan pikiran yang dimiliki kepada masyarakat di tempat-tempat terpencil seperti itu. Saya ingin mengalami sendiri aktivitas dan keseruan seperti itu. Apalagi, program Nusantara Sehat akan menengok teman-teman relawan medis yang bertugas di Pulau Belakang Padang, salah satu kecamatan di Kota Batam. Pulau Belakang Padang berbatasan langsung dengan Singapura. Di kecamatan ini ada tiga pulau terluar Indonesia, yaitu Pulau Pelampung, Pulau Berhanti, dan Pulau Nipah.
Perjalanan menuju pulau ini pasti membutuhkan energi dan semangat yang tinggi, karena hanya dapat dicapai dari Batam dengan mengendarai perahu bermesin yang berkapasitas maksimal 10 orang. Perahu bermesin ini disebut Boat Pancung.
Kalau saya tergabung dalam Tim Nusantara Sehat di sana, keseruan, informasi, dan pengalamannya, bukan hanya saya yang akan mendapatkan. Semua itu akan saya sampaikan lagi kepada teman-teman dokter di kantor, untuk mereka sampaikan lagi kepada para pasien dan masyarakat. Tidak hanya itu. Hasil pengalaman yang saya dapat juga akan saya tulis di blog dan semua media sosial yang saya miliki. Lagi-lagi, seperti “getok tular”. Saya dapat, lalu saya tularkan kepada orang lain, yang akan ditularkan lagi kepada yang lainnya lagi, hingga informasi tentang kesehatan ini bisa mencapai seluruh lapisan masyarakat.
Saya bukan praktisi kesehatan. Bukan pula orang penting dalam jajaran pemerintahan. Kapasitas saya hanya sebagai penulis yang bisa menjadi penyambung lidah, sehingga membuat saya merasa menjadi lebih berguna.
Ini memang terdengar klise, tapi di sinilah saya merasa memiliki andil dalam memberikan sesuatu untuk negeri ini. Seperti yang ada pada kutipan milik John. F. Kennedy yang saya tulis di awal artikel.
Shinta says
Wahh seru banget niih kalau bisa ngeliput di pulau belakang padang
*jadi pengen nyanyiiii
*beneran ada loh lagu belakang padang ^^
Nunik Utami says
Eh, gimana sih lagunya? Cari, aahh
Okti Li says
Senang bisa ikut berbagai even Kementrian Kesehatan
makin banyak ilmu dan wawasan, makin besar kesempatan untuk berbagi 😉
Nunik Utami says
Iya, kepengen ikut terus, Hehehe
Alris says
Mantap nih masuk tim nusantara sehat. Ikut berpartisipasi menyehatkan nusantara. Keren.
Nunik Utami says
Kepengennya begitu, Mas. Biar update terus soal kesehatan 😀
Melly Feyadin says
Keren mbak ^^
Nunik Utami says
Hallowww, Mel ^_^
Khair says
ini sepertinya khusus dokter aja ya mbak, maksudnya diluar dokter apa gak bisa ikut gabung?
Nunik Utami says
Di luar dokter bisa, Mbak, tapi masih seputar ahli medis, seperti bidan.
hafidz says
keren banget evennya…
Nunik Utami says
Iya, dan edukatif banget 😀