• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Artikel / Dua Peristiwa Dahsyat di 2012

Dua Peristiwa Dahsyat di 2012

February 16, 2015 Nunik Utami 4 Comments

Tak terasa, saat ini kita sudah berada di tahun 2015. Tiba-tiba ingatan saya melayang ke tahun 2012 yang sudah lama berlalu. Tahun yang sempat dikhawatirkan menjadi tahun terakhir dalam kehidupan ini, justru membawa perubahan besar pada diri saya. Dua peristiwa besar dalam hidup saya pun tercatat pada taun itu. Peristiwa yang sama sekali tidak saya sangka sebelumnya. Saya pensiun dari status sebagai pekerja kantoran, dan … berjilbab!

Resign
Saya bekerja di sebuah perusahaan bidang bakery café yang mengambil sistem franchise dari sebuah bakery café besar di Boston, Amerika Serikat, sejak 1997. Namanya, Au Bon Pain Bakery Cafe. Diterimanya saya bekerja di tempat itu juga sangat menakjubkan. Siapa sangka, saya yang saat itu baru lulus SMA, dan tidak tahu sama sekali mengenai seluk beluk dunia kerja, tiba-tiba diterima sebagai karyawan?

image
Salah satu kegiatan saya saat ini adalah mengajar ekskul menulis cerpen/buku, di beberapa sekolah.

Saya mendapat info lowongan pekerjaan ini dari seorang teman, sebut saja si A (perempuan). A sendiri mendapat info dari kenalannya yang bernama B (juga perempuan). Dengan sedikit paksaan dan rayuan dari A, akhirnya saya mau ikut melamar pekerjaan itu. Mendengar kata “café”, sebelum berangkat ke kantor pusat perusahaan yang letaknya tidak terlalu jauh itu (saya tinggal di Cibubur, kantor pusat perusahaan itu di Ciracas), almarhum mama sempat khawatir. Ia berkali-kali mengatakan “kalau nanti tempatnya seram atau aneh atau mencurigakan, kamu cepat-cepat lari pulang ya, Nun!”. Saya sempat takut, tapi, belakangan (sampai sekarang), saya selalu tergelak saat mengingatnya.

Serangkaian tes yang saya lalui juga terbilang lucu. Salah seorang pelamar langsung ditolak oleh HRD Manager hanya karena lipstik si pelamar berwarna oranye. Warna lipstiknya tidak sesuai dengan warna kulit, begitu alasan HRD Manager. Saya bersyukur karena sackdress kotak-kotak yang modelnya sangat anak-anak, dan lipstik pink hasil pinjaman dari (alm) mama, tidak membuat saya diusir. Bahasa Inggris saya yang terbatas saat diminta bercerita tentang diri dan kehidupan saya, juga dianggap berhasil.

Singkat kata, saya diterima sebagai kasir. Lucunya, Si B yang juga ikut melamar, tidak kembali lagi untuk melakukan tes berikutnya, karena nyalinya ciut melihat HRD Manager yang supergalak. Hahaha … Oh ya, percaya atau tidak, Ibu Manager yang sangat tegas, ceria, dan sangat memerhatikan kesejahteraan karyawan itu, kelak menjadi keluarga, karena dia adalah keponakan ibu mertua saya!

Saya sama sekali tidak mengira akan sampai 15 tahun bekerja di tempat itu. Dari 16 orang yang sama-sama bekerja sejak 1997, hanya ada 3 orang (termasuk saya) yang bertahan menjadi saksi hidup perusahaan yang mengalami 3 kali ganti nama.

Banyak karyawan yang datang dan pergi selama kurun waktu tersebut. Dari posisi sebagai kasir, saya pun beranjak menjadi Store Supervisor dan pada 2004 dipercaya masuk ke kantor pusat sebagai sekretaris direktur.

Setelah belasan tahun bekerja dan mengalami bermacam pergantian suasana, akhirnya, pada Mei 2012, saya memutuskan untuk resign. Sebenarnya, keinginan untuk resign sudah lama, tapi baru kesampaian bulan Mei lalu. Itu pun Pak Bos sempat terkejut dan meminta saya berpikir lagi untuk membatalkan niat. Pada hari perpisahan, teman-teman yang selama ini bekerja sama dengan saya, tak bisa membendung air matanya. Bagaimana pun, mereka juga tidak menyangka saya akan meninggalkan kantor itu. Jangankan mereka. Saya pun terkejut karena berani merealisasikan keinginan untuk resign. Seperti mimpi, rasanya.

Berjilbab
Inilah kejutan kedua dalam hidup saya, di tahun 2012. Sebelumnya, saya sama sekali tidak berniat untuk memakai kerudung. Saya memang sering merasa “sendirian”, karena di antara semua teman (baik teman sekolah, teman-teman sesama penulis, dan para ibu yang anaknya satu sekolah dengan Rexy), hanya saya yang tidak berkerudung. Tapi, keinginan untuk memakai kerudung, benar-benar jauh.

Hingga, suatu hari di bulan September 2012, saat dalam perjalanan meeting ke Menteng, saya merasa kulit saya kepanasan. Saat itu, sudah beberapa hari cuaca memang terasa lebih panas dari biasanya. Matahari bersinar sangat terik, seperti ingin membakar bumi.
Sampai di lokasi meeting yang ber-AC, saya masih merasa kulit saya seperti melepuh, padahal tidak ada luka sama sekali. Bahkan, ketika sudah kembali ke rumah, saya masih terasa ada matahari yang membakar kulit, sehingga saya merasa panas dingin.

image
Sekarang, saya "sama" dengan teman-teman. Sudah berjilbab 🙂

Saat itulah saya merasa kurang memerhatikan diri sendiri. Kurang menghargai dan melindungi kulit tubuh. Sebuah ide dan keinginan kuat muncul di kepala saya. Mulai besok, saya akan selalu mengenakan baju lengan panjang. Tiba-tiba, entah mendapat pikiran dari mana, saya ingin mengenakan kerudung!

Jujur, saya terkejut sendiri dengan keinginan itu. Berbagai pikiran buruk langsung memenuhi benak. Ini mimpi atau bukan ya? Benarkah saya betul-betul ingin mengenakan kerudung? Jangan-jangan ini hanya karena saya tak ingin kepanasan di jalan. Jangan-jangan ini hanya sensasi. Jangan-jangan ini hanya keinginan sesaat. Jangan-jangan … begitu banyaknya kecurigaan saya atas keinginan memakai kerudung yang begitu tiba-tiba.

image
Sebelum memutuskan memakai jilbab, saya minta izin dan pendapat dari anak.

Setelah mengoreksi diri, merenung, memikirkan panjang lebar konsekuensinya (saya tidak ingin buka pasang jilbab seperti yang dilakukan 2 orang yang saya kenal), akhirnya, saya membuang rasa takut untuk berjilbab. Berbekal kata-kata seorang sahabat (apa sih yang ditakutkan untuk memakai jilbab?) dan juga sahabat lain (yang buka jilbab hanya 2 orang kan, Nik? Yang istiqamah lebih banyak, kan?), dan kata-kata banyak orang (di antaranya adalah: iman sudah tebal atau belum, jilbab itu wajib hukumnya), akhirnya hati saya mantap, ingin berjilbab.

Ketika membuka lemari pakaian, saya baru menyadari. Koleksi kerudung saya, sangat terbatas! Hahaha … ternyata, jumlah kerudung yang saya miliki, bisa dihitung dengan jari. Itu pun koleksi lama, yang pernah saya kenakan saat mengisi acara TV, bertahun-tahun yang lalu.

Kamis, 4 Oktober 2012, saya pergi ke mall dan membeli jilbab pertama. Dan, Jum’at, 5 Oktober 2012 adalah hari pertama saya mengenakan jilbab. Semua orang terkejut melihat penampilan baru saya. Ada yang mengatakan, pelan-pelan dulu, pakai saja setiap hari Jum’at, sebagai permulaan untuk belajar. Ada juga yang menyarankan agar saya buka-pasang jilbab dulu sebelum mengenakannya seumur hidup. Hmmm … nggak, ah, saya ingin mengenakan jilbab seterusnya, tanpa dilepas lagi, seperti saran paling banyak yang saya dapatkan dari teman-teman.

Tahun 2012 yang sudah lama berlalu, mengajarkan saya satu hal besar. Betapa kita tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari. Juga, kita tidak pernah menyangka hal besar yang sedang menunggu di depan sana. Sebab, manusia adalah “wayang” yang hanya bisa menjalankan ketentuan “Sang Dalang”.

Artikel

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. khalida says

    April 20, 2015 at 07:18

    Itu anak2 ampe gelendotan gitu sama gurunya hehehe..

    Reply
    • Nunik Utami says

      April 20, 2015 at 10:15

      Hahaha, iya. Aku udah kayak ortu sekaligus sahabat buat mereka. Bahkan, ada saat mereka curhat soal lawan jenis dan pubertas, Fit.

      Reply
  2. Oline says

    April 20, 2015 at 11:40

    Dengan begitu lahirlah Savana Hijab ya mak 🙂

    Reply
    • Nunik Utami says

      April 20, 2015 at 12:08

      Iya. Hahaha….

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Revisi Minor
  • Myeongdong, Tempat Belanja Kosmetik Murah di Korea

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis