Saya pikir penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sudah tidak terlalu ganas menyerang lagi. Pada kenyataannya, tahun 2015 lalu penderita DBD di seluruh Indonesia ada 129.179 orang dan 1.240 orang di antaranya sampai meninggal. Indonesia pun tercatat sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar di antara 30 negara endemis (negara yang sudah lama terdapat penyakit tesebut).
Ngeri, ya?
Di rumah saya pernah ada dua anggota keluarga yang terkena DBD. Rasanya deg-degan banget karena DBD yang sudah parah dapat menimbulkan berbagai komplikasi, bahkan sampai meninggal. Karena itulah saya senang bisa dapat pengetahuan tentang DBD, dengan mengikuti acara puncak ASEAN Dengue Day 2016 yang diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jaya, 15 Juni 2016 lalu.
Satu Rumah Satu Jumantik
Tujuan dari acara ASEAN Dengue Day ini adalah mengajak masyarakat untuk bersama-sama melawan DBD. Caranya yaitu dengan memberikan pengetahuan tentang DBD bagi masyarakat, mulai dari mengetahui penyebab DBD, mengenali gejalanya, pencegahannya, serta penanganan jika ada anggota keluarga yang terkena DBD. Acara ini bukan hanya diselenggarakan di Indonesia, lho. Negara-negara ASEAN lainnya juga sama-sama menggalakkan program ini untuk mengurangi, bahkan, menghapus DBD dari negara masing-masing.
Nah, untuk Indonesia, pemerintah punya program khusus dalam mencegah DBD. Masih “akrab” dengan istilah 3M, kan? 3M adalah Menguras (menguras bak mandi atau penampungan air dan tempat-tempat lain yang dapat dijadikan tempat bertelur dan perkembangbiakan nyamuk), Menutup (menutup semua penampungan air agar tidak digunakan oleh nyamuk sebagai sarang dan perkembangbiakan telurnya), dan Mengubur (mengubur semua barang bekas agar tidak digunakan sebagai sarang nyamuk).
Sekarang, program 3M itu sudah dimodifikasi agar lebih efektif, yaitu menjadi 3M Plus. 3M Plus itu adalah:
- Menguras (menguras bak mandi atau penampungan air dan tempat-tempat lain yang dapat dijadikan tempat bertelur dan perkembangbiakan nyamuk),
- Menutup (menutup semua penampungan air agar tidak digunakan oleh nyamuk sebagai sarang dan perkembangbiakan telurnya),
- Mendaur ulang barang bekas (dan menerapkan kegiatan lain sebagai usaha mencegah datangnya DBD, misalnya menanam tanaman antinyamuk, mengoleskan tubuh dengan lotion antinyamuk , menabur bubuk larvasida pada penampungan air),
- PLUS menghindari gigitan nyamuk.
Pemerintah juga mengusung program 1 Rumah 1 Jumantik. Jumantik atau juru pemantau jentik (nyamuk) tugasnya memantau adanya jentik nyamuk yang mungkin tumbuh dan berkembang di lingkungan kita. Pilih satu orang di rumah yang ditugaskan sebagai jumantik. Dia harus memastikan bak mandi, tempat penampungan air, dan tempat-tempat lain selalu tertutup agar tidak memberi kesempatan nyamuk untuk bertelur. Biasanya yang terlupa dibersihkan adalah dispenser air. Lihat deh, di bagian bawah keran dispenser. Di situ kadang-kadang ada air yang tergenang, dan mungkin saja digunakan nyamuk untuk bertelur.
Lakukan pembersihan satu minggu sekali. Sebab, masa perkembangan jentik-jentik nyamuk adalah 7 hari. Pada hari kedelapan, jentik sudah berkembang menjadi nyamuk dewasa
Bukan hanya lingkungan rumah lho, ya. Tapi juga lingkungan tempat wisata, tempat ibadah, fasilitas umum, bahkan arena makam.
Maklum deh, curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Sehabis hujan, banyak tempat yang mungkin digenangi air. Kasus DBD pun paling tinggi di bulan April dan Mei, lalu agak menurun di Juni. Hal ini terkait dengan musim hujan yang terjadi di Indonesia.
Saya sadar banget, program pemerintah ini nggak akan terlaksana dengan sukses kalau masyarakat nggak menjalankan. Benar juga, sih. DBD itu bisa dicegah kalau kita ikut mencegahnya, paling tidak di lingkungan rumah. Jadi, program ini jangan hanya dibaca, tapi juga dilaksanakan. Iya, benar-benar dilaksanakan. Ini juga semacam reminder untuk diri saya sendiri.
Tangerang Selatan, Daerah Percontohan yang Berhasil dalam Upaya Mencegah DBD
Acara puncak #ASEANDengueDay di Indonesia ini juga menghadirkan Ibu Airin Rachmi Diany, Walikota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan menjadi daerah percontohan yang berhasil dalam usaha pencegahan DBD secara efektif. Bu Airin sudah menghimbau warganya untuk sama-sama bergerak dalam mencegah DBD. Menurut Bu Airin, meskipun Tangerang Selatan sudah menjadi daerah perkotaan, keakraban dari warganya masih kental. Jadi, mereka lebih mudah dalam bekerjasama dan bahu membahu untuk melenyapkan nyamuk-nyamuk penyebab DBD.
Kenali DBD Lewat Denguemissionbuzz.org
Sebagai masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, kadang-kadang kita bingung dalam mencegah #demamberdarahdengue . Ada juga yang bertanya, mencegah DBD itu dimulai dari mana, sih? Lalu, bagaimana cara mencegahnya? Setelah itu, kalau ada anggota keluarga atau tetangga yang telanjur terkena DBD, bagaimana cara menanganinya?
Untuk menjawab semua pertanyaan itu, ada website khusus yang dapat kita akses 24 jam penuh. Silakan klik denguemissionbuzz dan semua jawaban atas pertanyaan tersebut bisa kamu dapatkan. Web ini bukan hanya diperuntukkan bagi Indonesia, tapi juga negara-negara ASEAN lainnya. Itu sebabnya selain dalam bahasa Indonesia, web ini tersedia dalam bahasa Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapore. Web ini sebagai pengembangan edukasi tentang DBD, yaitu Dengue Buzz Barometer, yang dilakukan oleh Asian Dengue Vaccinational Advocacy (ADVA)
Cegah DBD dari Lingkungan Kita, Yuk!
Sekarang saatnya kita memerangi DBD dari lingkungan kita sendiri. Sebagai ibu, saya khawatir anak saya terserang DBD. Namanya anak-anak, kalau main ya asyik banget sampai-sampai digigit nyamuk pun nggak terasa. Untuk menghindari gigitan nyamuk, saya selalu mengoleskan losion antinyamuk ke tubuh anak.
Satu hal yang harus diingat, anak mungkin terinfeksi DBD tidak hanya dari rumah, tapi bisa juga di sekolah. Jadi, kalau anak berangkat sekolah, jangan lupa mengoleskan losion antinyamuk. Untuk anak yang sudah besar bisa juga diajarkan untuk mengoles sendiri agar nanti setelah wudhu di sekolah, bisa pakai losion sendiri.
Selain itu, saya masih pakai obat antinyamuk semprot. Meskipun siang hari, saya kerap menyemprotkan obat antinyamuk., karena nyamuk penyebab DBD kan, hidupnya di siang hari.
Oh ya, saya juga selalu berusaha agar ruangan di rumah tidak gelap. Iya, nyamuk suka sekali ruangan yang gelap. Kalau sinar matahari kebetulan nggak terlalu terang, saya tetap pakai lampu. Ruangan yang terang ini selain dapat mencegah hadirnya nyamuk, juga membuat mata lebih sehat ketika beraktivitas ngetik menggunakan laptop atau ponsel.
Sebenarnya banyak cara untuk mencegah dan melawan nyamuk penyebab DBD. Pokoknya kita jangan mau kalah sama nyamuk.
Tulisan ini adalah opini pribadi dan didukung oleh Sanofi Group Indonesia.
Widyanti Yuliandari says
DB ini seperti nggak habis-habisnya ya Mbak. Apalagi efek perubahan iklim juga bikin rombongan nyamuk makin banyak dan agresif. Terkadang kita udah aware dan melakukan 3MPlus, tapi tidak di lingkungan sekolah anak atau kantor kita. Kayak gitu bikin gregetan. Hi..hii
Nunik Utami says
Betul, Mbak. Perang sama DB itu nggak ada habisnya. Kita juga nggak boleh lengah. Nyamuk itu bahaya banget.
cumilebay says
Jangan mau kalah sama nyamuk yaaa, kita lebih besar dan punya otak untuk bersih selalu hehehe