Judul: Surat Untuk Mama
Penulis: Nunik Utami
Award: Juara II Lomba Menulis Cerita Anak Blogfam, Maret 2006
Selamat malam, Ma.
Apa kabarmu di sana?
Hari ini semua baik-baik saja. Tadi pagi aku mandi tidak terlalu lama agar tidak terlambat pergi ke sekolah. Aku tidak lupa menyiapkan buku-bukuku. Bu Guru tidak menegurku lagi karena lupa membawa buku PR. Semua PR-ku pun sudah dikerjakan. Bu Guru senang karena aku sudah berubah. Aku juga membawa makanan yang sudah disiapkan Mbok Kar untuk bekal ke sekolah, supaya tidak jajan sembarangan.
Ah, di sekolah Danu masih nakal, Ma. Masih sering menarik-narik kucir rambutku dari belakang tempat duduk. Kudiamkan saja. Biar dia capek sendiri. Nanti juga Bu Guru akan menegurnya. Begitu kan, kata Mama? Aku juga sudah mengikuti saran Mama supaya tidak mengobrol di kelas sewaktu Bu Guru mengajar.
Pulang sekolah aku sudah bisa menggantung bajuku sendiri. Lalu, aku langsung makan siang. Hihihi… aku jadi ingat waktu Mama marah karena aku makan lupa cuci tangan. Sekarang aku tidak lupa, Ma. Kucuci tanganku bersih-bersih sebelum makan. Aku ingat, Ma. Kata Mama supaya kuman tidak ikut masuk ke perut.
Setelah itu aku mengerjakan PR dibantu Mbok Kar. Ternyata Mbok Kar bisa juga mengajariku cara menghafal tujuh keajaiban dunia. PR matematikaku juga sudah selesai berkat bantuan Mbok Kar. Walaupun sudah tua, Mbok Kar masih bisa mengajari cara mengubah pecahan campuran menjadi bentuk persen. Wah, aku jadi kagum pada Mbok Kar. Padahal waktu itu aku tidak pernah mau diajari selain oleh Mama.
Maaf ya, Ma. Hari ini aku tidak tidur siang, karena Intan dan Risa main ke rumah. Aku senang ada temannya. Intan dan Risa minta diajari cara menyampul buku. Untung saja Mama sudah memberitahu caranya, jadi aku bisa membantu mereka. Padahal waktu itu aku malas-malasan, dan meminta Mama yang menyampul semua bukuku. Aku jadi malu, Ma.
Ma, aku sudah bisa membuatkan teh manis untuk Intan dan Risa tanpa bantuan Mbok Kar. Aku juga sudah bisa membedakan gula dan garam. Hihihi… masih ingat kan, Ma, waktu itu aku pernah belajar membuatkan teh manis untuk Papa? Bukan gula tetapi garam yang kumasukkan ke dalam cangkir. Untung Papa tidak marah, malah tertawa keras-keras. Aku jadi malu sama Papa.
Aku juga sudah bisa membereskan kamarku sendiri. Tempat tidur kurapikan setiap bangun tidur. Buku cerita yang sudah selesai dibaca, kuletakkan lagi di rak buku. Kaos kaki juga tidak bertebaran di tempat tidur, karena selalu kumasukkan ke dalam sepatu setiap pulang sekolah. Jadi kalau Intan dan Risa main ke kamar aku tidak malu lagi karena kamarku berantakan.
Oh, ya Ma, jam beker hadiah dari Mama waktu aku ulang tahun masih ada di atas tempat tidurku. Setiap pagi jam itu berbunyi. Bunyinya lucu sekali. Seperti burung. Kukuk… kukuk… kukuk… Sekarang, setiap jam itu berbunyi aku langsung bangun dan mandi agar tidak terlambat ke sekolah. Aku senang sekali melihat burung itu keluar dari jam dan berbunyi.
Sorenya, sewaktu Intan dan Risa sudah pulang, aku melihat Mbok Kar sedang memasak. Ternyata aku boleh belajar memasak, Ma. Mbok Kar mau mengajariku. Mbok Kar baik ya, Ma. Aku menyesal sering mengganggu Mbok Kar. Menurutku lucu sekali melihat Mbok Kar berteriak karena aku mengejutkannya dari belakang. Padahal Mbok Kar sudah tua. Nanti bisa sakit jantung kalau sering kaget. Begitu kata Papa.
Aku belajar membuat kue. Mbok Kar yang membuat adonannya. Aku yang membentuknya menjadi kecil-kecil agar mudah dimakan. Aku cuma membantu sedikit-sedikit. Kata Mbok Kar aku boleh memberikan kue itu untuk Papa dan mengatakan bahwa itu kue buatanku. Aduh, Ma … bahagianya hatiku ….
Malamnya, sewaktu Papa pulang aku sudah menyiapkan buku untuk besok. Lalu, aku minta agar Papa memeriksa PR matematikaku yang tadi siang kukerjakan bersama Mbok Kar. Aku takut kalau-kalau ada yang salah. Papa senang karena ternyata PR-ku betul semua. Aku juga senang karena Papa suka kue buatanku tadi sore. Eh, sebenarnya sih kue buatan Mbok Kar. Hihihi ….
Oh, ya Ma, Papa janji akan mengajakku ke toko buku minggu depan. Papa ingin membelikan aku buku cerita lagi. Sekarang aku sangat senang membaca, Ma. Kalau dulu Mama selalu membacakan buku cerita sebelum aku tidur, sekarang aku bisa melakukannya sendiri.
Sebentar lagi aku naik ke kelas lima, Ma. Aku sudah besar. Aku sudah tidak nakal lagi. Sekarang aku sudah bisa mengerjakan semua yang Mama tulis di meja belajar kamarku.
- Sepulang sekolah, baju harus langsung digantung.
- Kaus kaki dan sepatu langsung diletakkan di rak.
- Makan siang jangan lupa cuci tangan.
- Tidur siang.
- Mengerjakan PR.
- Menyiapkan buku pelajaran untuk besok pagi.
Aku sangat bahagia, Ma. Semua bisa kulakukan sendiri. Aku tidak tergantung lagi pada Mama. Mudah-mudahan Mama juga bahagia di sana.
Ma, sudah malam nih. Aku sudah mengantuk. Sampai di sini dulu ya, surat dari aku. Besok aku tulis surat untuk Mama lagi.
Salam sayang dari aku, untuk Mama di Surga.
Nabilla.
Dedicated to my Mom. We love you, Mom.
30 November 1961 – 14 December 2005.
saya salut sekali sama yang jago nulis cerpen dan novel, daya imajinasi dan berpikirnya begitu jelas, terarah dan bermakna. Sukses terus ya mbak 🙂
Makasih, Mak Rodame. Blogger kayak dirimu juga keren abis, tuh. Malah deadline-nya harian, kan. Hehehe
bagus mbak, agak sedih endingnya ya :'(. Wah 2006 ekeh belom kenal sama lelombaan masih berjibaku di lab kampus :D.
Hahaha … ini aku juga baru mulai di dunia nulis profesional, kok. Ini karya pertama sebelum akhirnya jadi penulis cerita anak, Fit.
mba saya dalam tahap belajar untuk membuat cerpen saya sangat berharap jadi sperti mba penulis terkenal saya mau blajar sama mba saya sangat termotivasi dengan karya mba
Terima kasih sudah baca karya saya, ya 🙂 Ayo belajar nulis :). Langkah pertama bisa baca karya orang lain, pelajari, lalu cobain nulis. Selamat nyoba, ya.
Boleh nangis nggaaaaaaaa????
Hwaaaaa…
Tulisannya bagoeeeessss~
Dari awal ku udah ngebayang2in muka mamaku, Alhamdulillah masih sehat.
Semoga ibunda Mbak Nunik diterima segala amal ibadahnya, diampuni segala dosanya dan ditempatkan ditempat yang baik sama Allah ya. Aamiin :’)
Cup cup cup, jangan nangis. Hehehe … alhamdulillah mamanya masih sehat, ya.
Bagus sekali isi surat ini Mbak. Menggambarkan sosok seorang anak yang polos dan dia belajar mandiri. Terima kasih atas ilmu jenengan.