• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Story / Cerpen / [Cerpen gw] Hasrat Adinda (Dimuat di Majalah Cerita Kita Edisi Juni 2006)

[Cerpen gw] Hasrat Adinda (Dimuat di Majalah Cerita Kita Edisi Juni 2006)

July 20, 2007 Nunik Utami Leave a Comment

Kupandangi lagi foto-fotoku yang kujajarkan dimeja. Hmmm…lumayan bagus. Tapi kenapa sampai sekarang belum ada panggilan ya? Padahal sudah banyak Production House yang aku kirimi. Ah, ingin jadi model saja kok susah  ya… Tidak seperti Sandra. Dia hanya berjalan-jalan di mall saja tiba-tiba ada yang mengajak jadi model.

 

“Belum, kali Din..Coba lagi dong kirim foto-foto lo ke PH.” Vini, teman sekamarku tetap memberi semangat.

“ Ah, udah sering Vin..Udah gak terhitung malah…Nih coba deh liat foto gue. Gak jelek kan? Gak kalah bagus sama fotonya Sandra yang di majalah.” Kuperlihatkan foto-fotoku pada Vini.

“Hmm..iya..bagus kok…Cuma…”

“Cuma apa???”

“Cuma….gaya lo kurang berani…”

“Kurang berani gimana?”

“Lo liat kan foto-foto Sandra? Dia berani pakai baju yang agak terbuka gitu,”

“Hah??? Gila lo….”

“Lho kok gila??? Gila kenapa?”

“Ya gila lah…kalo gue berani pake baju model-model begitu bisa di lecehkan orang seumur hidup!!!”

“Ya memang begitulah kalo mau terkenal. Harus beda.”

 

Aku jadi termenung. Kata-kata Vini benar juga ya… Tapi baju model terbuka? Waahhh…bukan aku bangettt…

“Hayo-hayo…coba dulu nih bikinan Ibu .” Bu Arya, Ibu kostku yang baik tapi super disiplin itu sudah muncul di pintu kamarku dengan sepiring pisang goreng. Aku tak bisa membayangkan jika Bu Arya dan semua penghuni disini melihatku difoto memakai baju agak terbuka seperti Sandra.

 

Kami, anak-anak kost disini kalau pulang kemalaman pasti ditegur. Karena ia tak ingin tempat kostnya dicap tak baik oleh penduduk sekitar. Apalagi kalau anak kostnya macam-macam seperti mabuk atau ke arah yang nggak benar bukan tak mungkin akan diusir dari sini. Memang terdengar kurang bebas sih, tapi aku yakin ini untuk kebaikan bersama, dan juga uang kost disini paling murah dibanding yang lain. Makanya kamar disini selalu penuh.

 

Vini langsung melompat dari tempat tidur dan menyambar pisang goreng itu. Aku juga mencomot satu.

“Dinda, kira-kira kapan ya kamu melunasi uang kos?” tiba-tiba Bu Arya berkata begitu. Membuat pisang goreng yang kumakan terhenti di tenggorokan. “ sudah dua bulan, lho Din,”

 

Aku melirik ke arah Vini. Kemarin sempat mengharap pinjaman darinya, tapi percuma, Vini juga tak punya uang. Sementara kiriman dari ayah memang sudah dua bulan ini tak datang, karena dipakai dulu untuk biaya Kak Iva – kakakku – diwisuda.

“Ngg…iya, bu. Nanti saya tunggu kiriman dari ayah dulu ya,” aku mencoba cari alasan.

“Ya sudah, tapi cepat, ya. Kalau sampai tiga bulan belum bayar juga, banyak kok yang mau pakai kamar kamu,” Bu Arya berkata tegas kemudian berlalu dari kamarku.

Uuufff…kalau sampai bulan depan aku belum bayar, itu berarti aku akan diusir dari sini.

 

***

 

Sejak SMA aku ingin sekali menjadi model. Tubuhku yang tinggi semampai membuatku yakin bahwa suatu saat aku bisa mewujudkan impianku itu. Tinggal tunggu kesempatan saja. Rasanya bahagia sekali kalau bisa tampil di majalah. Memakai pakaian-pakaian bagus. Pasti teman-teman juga akan kagum. Seperti Sandra, sejak wajahnya menghiasai majalah itu ia jadi ngetop. Semua orang dikampus mengenalnya. Mulai tukang kebun, teman-teman, dosen dan semuanya. Termasuk Rama, cowok terganteng seantero kampus yang digilai cewek-cewek, belakangan malah pacaran dengan Sandra….

 

Lagipula aku ingin  mencari uang. Untuk bayar uang kost agar tak terlambat lagi. Aku sudah malu pada Bu Arya yang sudah berkali-kali menagih, malu pada teman-teman yang tahu hal ini, malu juga pada Doni, cowok sekampus yang baru sebulan jadian denganku dan malu pada ayah, karena sudah besar masih megharap kiriman uang.

 

 Penasaran, aku coba telepon ke salah satu PH yang sudah aku kirimi foto.

“Halo, dengan mbak Intan bisa?”

“Saya sendiri, dari mana nih?”

“Saya Adinda, mbak. Mau tanya kira-kira sudah ada tawaran casting untuk saya belum ya? Saya sudah kirim foto.”

“Ooohh.. .belum ada tuh, tunggu aja deh ya, nanti kalau ada dihubungi kok.”

 

Ku coba lagi menghubungi PH lain. Alasannya macam-macam, tapi sama. Belum ada tawaran castinglah, lagi sepi order lah, suruh tunggu diteleponlah….huhh…

 

“Udahlah, Din…Mungkin rejeki lo bukan disitu. Mending cari kegiatan lain.” Biasa deh, Vini mulai menghibur kalau aku sudah mulai bete.

“Dari kemarin kan lo gue tawarin ikut kejuaraan. Kenapa nggak mau ikut sih?”

“Apa? Ikut kejuaraan tenis lagi? Malas ah. Tenis nggak keren. Nggak gaul…”

“Eh, siapa bilang…justru bagus lho. Sekalian olahraga. Lagian Papa kehilangan murid terbaiknya tuh semenjak lo gak gabung lagi,”

 

Hmmm..tenis…memang sih aku sudah beberapa kali ikut kejuaraan tenis semenjak gabung di tempat Om Hendro, Papa Vini yang pelatih tenis. Di lapangan tenis, Vini adalah saingan terberatku. Lawan yang tangguh.

 

***

Aku dan Doni sudah sampai di gerbang kampus ketika Nadia –si biang kerok, mantan pacar Doni – menghampiri.

“Ohh, ini ya pacar barunya Doni?” Nadia berkata sinis padaku. “ …eh, Don, rugi banget lo dapat pacar begitu. Memang lo nggak tau ya dia itu nggak bayar kost sampai dua bulan? Cewek miskin begitu ya yang jadi selera lo”

Doni tampak berang. “ Ada apa sih? Maksud lo apa?”

“Nggak sih, gue cuma mau ingetin lo. Mending balik deh sama gue, biar nggak sengsara kayak monyet ini,” Nadia menunjuk mukaku. Shit!!

“Heh, lo kalo ngomong ati-ati ya…”

“Don! Jangan Don!!” untung saja aku reflek menahan tangan Doni yang hampir menampar mulut Nadia. Ufff..hampir saja…

“Inget, ya. Gue pasti bisa merebut hati lo lagi dari tangan cewek memalukan ini,” Nadia sempat mengelus pipi Doni dengan gaya genitnya sebelum berlalu. Hueekkkk..tingkahnya membuatku hampir muntah. Awas, ya kalau aku jadi model, dia pasti tau siapa aku, rutukku dalam hati. Mau merebut Doni lagi? Enak saja!

 

***

Sudah jam delapan pagi. Tapi aku belum mandi dan masih membolak balik halaman majalah. Kalau-kalau ada lowongan jadi model.

 

“Nggak ke kampus lo?” Vini yang sudah rapi memandang heran ke arahku.

“Males, ah. Nanti tolong titip absen aja  ya.”

“Mau kemana sih lo?”

“Refreshing. Pusing gue. Pengen jalan-jalan sendiri aja, ah”

“Tanggal segini jalan-jalan. Punya duit?”

 

Kupandangi Vini. Wah…buat anak kost seperti aku, tanggal tua memang benar-benar terasa. Kiriman uang dari ayah belum datang juga, tapi kebutuhan hidup tentu saja harus dipenuhi. Apalagi tunggakan uang kost. Aku jadi teringat lagi foto-foto yang sudah kukirim ke PH. Andai saja aku sudah menjadi model, tentu tak perlu khawatir dengan tanggal tua. Honor menjadi model pasti cukup untuk memenuhi kebutuhanku setiap bulan.

 

Siang ini aku hanya menyusuri trotoar di jalan raya yang tak jauh dari tempat kostku. Aku juga tak punya tujuan mau kemana. Yang jelas hari ini aku malas ke kampus. Aku benar-benar ingin mencari cara bagaimana agar aku bisa menjadi model seperti Sandra.

 

Sandra?! Astaga!!! Kenapa aku baru dapat ide sekarang kalau aku bisa minta tolong Sandra untuk menjadi model? Pasti Sandra sudah kenal orang-orang majalah karena ia sering difoto untuk majalah itu. Lalu cepat-cepat kuhubungi Sandra…

 

Yesss..Sandra sudah menolongku untuk memberikan fotoku pada Bang Rico, fotografer majalah itu. Sandra bilang bahwa dalam waktu dekat ini Bang Rico memang membutuhkan seorang model untuk iklan produk.

 

***

“Heh…tuli ya? Hp lo bunyi tuh…” ups..Vini bikin kaget saja…

Dari siapa ya…

“Halo?”

“Halo? Dengan Adinda?” suara cowok diseberang juga tidak ku kenal.

“Iya, betul…Dari siapa?”

“Saya Rico dari Majalah Nuansa. Besok sore bisa datang ke studio kami untuk tes foto buat iklan?”

“A..ap..apa? Eh..jam berapa, Bang?” astaga..aku tergagap…senang..

“Jam tiga sore, ya dijalan mawar nomor tujuh”

 

Cihuuuyyyy…tak sadar aku dan Vini melompat-lompat kegirangan…

“Vin..akhirnyaaaa….bintang iklan!!!!”

“Waaaahhh…Dindaaaa…lo bisa muncul di TV…”

Ah, tidak sia-sia pertolongan Sandra. Sekarang ada panggilan untuk bintang iklan. Yess….aku akan jadi model!!

 

Esoknya, sepulang kampus aku dan Vini berpisah di pintu utama. Vini akan segera ke gelanggang olahraga untuk daftar kejuaraan tenis. Sedangkan aku langsung menuju studio Bang Rico untuk tes foto.

 

“Halo..ini pasti Adinda ya?” Seorang cowok yang masih muda langsung menyapaku ketika aku sampai. Bang Rico. Dari gaya berpakaiannya sudah terlihat bahwa ia pekerja seni. Wah, ternyata Bang Rico orang yang ramah. Padahal baru kali ini aku bertemu.

 

Bang Rico memperkenalkanku pada semua pegawainya. Studio ini lumayan luas. Diruang foto banyak sekali background untuk pengambilan gambar. Dindingnya juga penuh dengan foto-foto wanita cantik. Wah, kebanyakan wanita cantik yang difoto dengan pakaian minim. Dan ada foto Sandra juga menghiasi dinding studio ini. Juga memakai pakaian yang “berani”.

 

Mbak Amira – petugas bagian kostum – sedang memilihkan kostum untuk seorang laki-laki ganteng yang sedang duduk didepan mejanya. Hmmm, model rupanya. Wajahnya sudah sering kulihat di TV. Mbak Rana, si perias mulai merias wajahku.  Rambutku ditata keatas. Seperti dandanan pesta.  Ada perasaan bahagia yang menyelinap. Aku dirias oleh penata rias studio. Untuk iklan. Wah…

 

Setelah itu aku diajak ke ruang ganti oleh Mbak Amira untuk berganti kostum. Dan…Oh, tampaknya Mbak Amira salah. Ia memberiku setelan pakaian…Apa? Bikini??? Pakaian mungil itu ternyata bikini. Sebentuk bra berwarna merah menyala dengan gambar hati dan bertali warna putih. Bawahannya berwarna dasar putih dengan gambar hati warna merah, senada dengan atasannya. Aku jadi bingung…

 

“Lho?  Memang kamu pikir kamu difoto untuk iklan apa?”

Astaga!! Mbak Amira ternyata tak salah. Sewaktu aku menawarkan pakaianku yang kubawa dari rumah untuk dipakai berfoto, dengan galaknya ia memberitahu bahwa aku dipanggil untuk tes foto iklan produk pakaian renang. 

 

Aku semakin bingung…

Belum hilang rasa bingungku, tiba-tiba Bang Rico memanggilku untuk cepat keruang pengambilan foto. Bikini itu belum kukenakan ketika aku datang keruang foto. Dan… disitu kulihat cowok model tadi telah siap difoto mengenakan….Ya Tuhan…. Cowok itu mengenakan pakaian renang!! Ditengah-tengah kami!! Tapi tampaknya ia tak risih dengan penampilannya . Ternyata ia pasanganku untuk iklan itu.

 

Bang Rico marah melihatku belum berganti pakaian. Wajahnya sama sekali berubah, tidak ramah lagi seperti tadi. Ya Tuhan… aku belum siap kalau harus memamerkan tubuhku untuk orang lain. Aku bukan orang seperti itu. Aku tidak seperti Sandra.

 

Ini masalah harga diri. Aku merasa tertipu. Aku tak mau dipermainkan. Bang Rico masih saja menghamburkan kata-kata kasarnya kepadaku. Ia marah besar karena Sandra telah mengenalkannya pada orang yang salah. Bang Rico kecewa karena aku tak bersedia berpakaian renang untuk foto.

 

Aku tak kuat lagi mendengar makian Bang Rico. Air mata sudah deras membasahi wajahku. Buyar sudah mimpiku untuk menjadi seorang model. Tidak. Bukan model seperti itu cita-citaku. Bikini yang sejak tadi masih kupegang, kulempar ke lantai. Lalu aku berlari keluar.

 

Rasanya belum terlambat untuk menyusul Vini ikut kejuaraan tenis. Demi membayar uang kostku, demi membalas sakit hati pada Nadia, demi menunjukkan kualitas pada Doni, dan demi nama baikku…

 

 

THE END

 

 

 

 

Cerpen, Story

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Nonton Film Toko Barang Mantan, Yuk!
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis