Guru, seperti lilin yang menghabiskan diri sendiri untuk mencerahkan kehidupan orang lain – Anonymous
Hung (diperankan oleh Miriam Yeung), adalah guru hebat dan cantik. Dia memutuskan pensiun dini dari jabatan sebagai kepala sekolah di sebuah TK terkenal. Tujuan utamanya adalah menghabiskan waktu bersama suaminya, Dong (diperankan oleh Louis Koo), untuk keliling dunia.
Namun, hati Hung tergetar ketika melihat iklan dari sebuah TK di desa. TK itu terancam tutup karena kekurangan murid. Apalagi, tidak ada guru atau kepala sekolah yang mau mengajar di sana. Sekilas mirip cerita di buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, tapi berbeda esensinya.
Lima orang murid yang tersisa di TK terpencil itu terancam memiliki masa depan yang suram. Hung bertekad menyelamatkan masa depan anak-anak itu, dengan melamar menjadi kepala sekolah di TK tersebut. Meski harus berbesar hati dengan bayaran minim dan mengorbankan keinginannya keliling dunia.
Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan – Franklin D. Roosevelt.
Hung terhenyak melihat kondisi sekolah. Lima anak yang masih bertahan bersekolah di TK adalah anak-anak “istimewa”. Mereka bertahan karena keluarganya tidak mampu menyekolahkan di tempat lain yang lebih layak. Hung harus memperjuangkan hak anak-anak itu agar tetap mendapatkan pendidikan.
Banyaknya wartawan yang memaksa meliput keadaan sekolah yang hampir roboh, cibiran masyarakat karena jeleknya sekolah itu, membuat anak-anak takut pada orang asing. Awalnya, anak-anak menolak Hung. Namun Hung pantang meneyrah. Dengan kesabarannya, Hung berhasil mendekati anak-anak itu.
Bagi orang miskin, anak-anak adalah kekayaan – English Proverb
Hung tercengang saat mengetahui kehidupan lima anak yang semuanya perempuan itu. Siu Set (diperankan oleh Ho Yun-ying Winnie), Ka Ka (diperankan oleh Fu Shun-ying), Chu Chu (diperankan oleh Keira Wang), Kitty (diperankan oleh Zaha Fathima), dan Jenny (diperankan oleh Khan Nayab), punya kehidupan keluarga yang mengharukan. Mereka tidak hanya miskin, tapi juga harus menanggung beban dan pengalaman hidup yang pahit.
Inilah bagian paling mengharukan dari film ini. Kita bisa melihat sisi lain dari kehidupan yang mungkin tidak terbayangkan sebelumnya.
Berkat ketulusan Hung dalam mengajar, kelima anak itu bersemangat kembali untuk sekolah. Namun, berbagai masalah keluarga membuat anak-anak itu terpaksa berhenti sekolah. Kemiskinan keluarga berserta segala masalahnya membuat langkah mereka sangat terbatas. Betapa hancurnya hati Hung melihat kenyataan itu.
Meskipun kita mengajarkan anak-anak tentang kehidupan, anak-anak itulah yang justru mengajarkan kita tentang kehidupan – Angela Schwindt.
Hung pantang menyerah. Dia harus menjadi kepala sekolah sekaligus pengawas dan supir kendaraan sekolah. Anak-anak itu harus tetap sekolah, bagaimana pun caranya. Hung tidak hanya mengurus segala sesuatu tentang sekolah. Guru cantik ini membeli telur, susu, dan mie setiap kali mengunjungi keluarga mereka yang miskin, agar mereka tetap dapat hidup sehat dan cepat terlepas dari keadaan kurang gizi.
Hung juga terus berusaha mendidik anak-anak, meskipun harus dilanda stres yang membuat tumornya kembali muncul.
Ah, jantung saya selalu berdetak lebih kencang setiap mendengar kata “tumor” atau “kanker”. Semoga penyakit ini tidak membuat film menjadi semakin tragis.
Jangan berdoa untuk mendapatkan hidup yang mudah, berdoalah agar bisa bertahan dalam kehidupan yang sulit untuk mencapai hidup yang lebih baik – Bruce Lee.
Cerita ini dapat disaksikan dalam film “Little Big Master” yang diangkat dari kisah nyata dari Hong Kong. Kisahnya tentang Nona Lui Lai Hung yang berhasil membangun kembali TK Yuen Kong yang hampir tutup dan roboh, menjadi TK terkemuka.
Saya menonton film ini dalam acara nonton bareng Celestial Movies pada 17 Oktober 2015 lalu. Acara yang bertajuk #ilovehkmovies ini diselenggarakan di XXI Plaza Semanggi.
Ketika diberitahu bahwa filmnya mengharukan, saya sudah menahan diri untuk tidak menangis selama menonton. Tapi, perjuangan Hung dan murid-muridnya menjebol pertahanan saya. Saya pun sesenggukan di dalam bioskop, sampai-sampai teman sebelah menyodorkan segepok tisu untuk menyeka air mata. Bahkan, di pangkuan dia ada bergumpal-gumpal tisu bekas mengeringkan air matanya!
Teman-teman yang lain juga begitu. Saat masuk bioskop, wajah teman-teman ceria banget. Eh, begitu selesai nonton, mereka keluar dari bioskop dengan mata sembap.
Film ini inspiratif banget. Kamu harus nonton, karena di dalamnya penuh pesan berharga yang penting untuk menjalani kehidupan.
Bulan Oktober 2015 ini Celestial Movies sedang mengadakan program I Love HK Movies, yaitu pesta film Bintang Hong Kong dan Film Blockbuster Terbesar. Jadwal penayangannya adalah setiap Sabtu dan Minggu malam pukul 20.00 WIB.
Kalau tempo hari tidak sempat ikut nonton bareng, kamu bisa menyaksikan tayangan perdana film Little Big Master hari Minggu, 25 Oktober 2015, jam 20.00 WIB, pada stasiun TV berbayar, saluran Celestial Movies.
Kamu boleh nangis kok, saat nonton film ini. Nggak perlu malu. Saya pun berhasil memetik pesan berharga dari film tersebut, yaitu tentang perjuangan, kegigihan, kerja keras, dan pada akhirnya, keberhasilan.
Pemenang adalah orang yang tidak pernah menyerah, dan orang yang menyerah adalah orang yang tidak akan pernah menjadi pemenang – Vince Lombardi.
Rini Nurul Badariah says
Sudah kuterka ini kisah nyata. Pernah dengar tentang kisah yang mirip, kena kanker juga ujungnya. Waktu itu di On The Spot, tentang kisah orang-orang inspiratif. Tapi aku lupa emang sama dengan yang ini atau “hanya” punya banyak anak asuh.
Nunik Utami says
Kayaknya memang banyak yang mirip kisahnya, Mbak. Aku nggak ngeh sama yang di On The Spot sih, cuma ngeh yang ini mirip Laskar Pelangi, ya.