• Home
  • About
  • Contact
  • Portfolio
  • Secret!

Nunik Utami

Menulis adalah Merekam Jejak untuk Anak Cucu

  • Artikel
    • Beauty
    • Events
    • Fashion
    • Healthy
    • Tips
  • Finance
  • Parenting
  • Review
    • Book
    • Food
    • Film
    • Hotel
    • Place
    • Product
  • Travel
    • Indonesia
    • Malaysia
    • Thailand
    • Singapore
  • Working
    • Writer
    • Editor
    • Blogger
    • Trainer
  • Story
    • Cerpen
    • Dongeng
  • Savana Hijab
    • Hijab Tutorial
You are here: Home / Artikel / Catatan Kelam dari Sudut Bandung

Catatan Kelam dari Sudut Bandung

March 16, 2015 Nunik Utami 10 Comments

Manis, ramah, dan murah senyum. Itulah kesan pertama saya saat melihat perempuan muda itu di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung. Sore itu, saya bertemu dengan Risa (bukan nama sebenarnya), ketika mengunjungi klinik khusus penderita TB MDR.

RS. Hasan Sadikin Bandung, tempat saya bertemu Risa.
RS. Hasan Sadikin Bandung, tempat saya bertemu Risa.

Risa tidak mengenakan masker, seperti saya dan teman-teman sesama pengunjung. Risa tampak mengobrol bersama beberapa perempuan cantik yang sedang duduk-duduk santai. Eh, duduk santai? Sebentar! Mereka memang sedang duduk, tapi di hadapan mereka ada belasan butir obat. Obat-obat itu harus dihabiskan saat itu juga. Tidak boleh dibawa pulang.

Salah seorang perempuan itu berbicara dengan nada lirih. “Enam butir lagi,” begitu katanya. Tubuhnya segar berisi, tapi tampak lemah tak bertenaga. Perempuan lainnya, berusaha mengabiskan semangkuk lontong sayur, dengan beberapa butir obat yang sedang berusaha ditelan, disela-sela melahap lontong sayur.

Risa tetap tersenyum pada perempuan-perempuan cantik itu, sambil terus memberi semangat agar mereka lekas menyelesikan “tugas” menghabiskan obat-obat itu. Saya menghela napas. Begitu beratnya perjuangan mereka untuk sembuh dari TB MDR. Seketika, saya merasa bersyukur berada di “pihak” yang sehat.

Klinik TB MDR. Semua data peserta tersimpan rapi di sini.
Klinik TB MDR. Semua data peserta tersimpan rapi di sini.

Malamnya, saya bertemu lagi dengan Risa di Hotel Aston Tropicana, masih di Bandung. Dia dan tiga temannya menjadi tamu di acara workshop bertajuk #Sahabat JKN #LawanTB yang saya ikuti bersama teman-teman blogger. Di sini saya kembali trenyuh dengan cerita yang dipaparkan Risa.

Risa adalah mantan penderita TB MDR. TB MDR adalah salah satu jenis penyakit TB (Tuberculosis) yang dulu kita kenal sebagai TBC. Parahnya, TB MDR bukan sekadar TB biasa. TB MDR (Multi Drug Resistant) adalah jenis TB yang sudah kebal terhadap obat yang biasa diberikan oleh penderita TB Regular. Jadi, proses pengobatannya lebih rumit, lama, obatnya lebih banyak, efek obatnya pun bukan hanya menyembuhkan, tapi menyebabkan ketidaknyamanan dalam bentuk lain. Beberapa efek samping yang dialami pasien TB MDR setelah mengonsumsi obat adalah mual, pusing, kemampuan pendengaran berkurang, kemampuan penglihatan menurun, sampai halusinasi, dan depresi.

Sampai di sini, lagi-lagi saya menghela napas. Tapi, ini belum apa-apa. Risa pun melanjutkan cerita tentang pengalamannya ketika masih menderita TB MDR.

Salah satu dokter yang menangani pasien TB MDR.
Salah satu dokter yang menangani pasien TB MDR.

Saat itu, Risa harus bolak-balik masuk IGD karena batuk darah yang parah. Berbagai pemeriksaan pun dijalani. Risa positif terinfeksi TB. Beberapa bulan menjalani pengobatan, Risa tak sembuh juga. Pemeriksaan pun dilanjutkan. Ternyata, TB yang dideritanya adalah jenis TB MDR. Yang sangat disayangkan, saat itu di Bandung belum ada obat untuk TB MDR. Obat tersebut baru diperkirakan akan ada dua tahun lagi. Risa kecewa dan sedih. Namun, keinginan untuk sembuh sangat kuat.

Penyakit yang dideritanya ini berdampak ke kehidupan rumah tangga. Suaminya menjadi sering marah dan tidak sabar. Sang suami sangat berharap Risa segera sembuh, karena mendambakan kehidupan seperti keluarga-keluarga yang lain. Sehat, punya anak, dan bisa jalan-jalan bersama. Risa terus berharap, semoga dua tahun lagi obat untuk penderita TB MDR benar-benar ada.

Do’a Risa pun didengar Tuhan. Setelah masa penantian panjang yang melelahkan dan menyakitkan, obat yang ditunggu pun tersedia. Dengan penuh harapan akan kesembuhan, Risa menjalani pengobatan. Kalau TB Regular hanya perlu mengonsumsi obat setiap hari selama 6-8 bulan, tidak demikian dengan TB MDR. Khusus penyakit yang satu ini, pasien harus menerima obat dengan cara disuntik setiap hari, selama minimal 2 bulan. Juga, tetap harus minum obat sampai sekitar dua tahun, tanpa terputus.

 

Terima kasih kepara Risa yang telah berbagi cerita inspiratif ini.
Terima kasih kepara Risa yang telah berbagi cerita inspiratif ini.

Berat? Pasti. Sedih? Jelas. Tapi, harapan masih sangat tinggi. Penyakit TB MDR sangat bisa disembuhkan. Obatnya pun gratis. Jadi, apa yang memberatkan? Tidak ada. Pemerintah sudah siap dengan semua obat yang dibutuhkan. Pemerintah sangat peduli dengan para penderita TB MDR.

Selama masa pengobatan, penderita tidak diperkenankan untuk hamil. Tapi, Risa terlanjur hamil. Pasangan yang sudah lama mendambakan buah hati ini pun bahagia. Sayang, kebahagiaan ini tidak berlangsung lama. Bukan TB MDR yang memaksa mereka harus menunda punya anak. Ternyata, Risa mengalami kehamilan di luar kandungan. Saya tercengang. Betapa beratnya penderitaan yang harus ditanggung Risa. Tak terasa, air mata saya meleleh.

Lagi-lagi, suami Risa tak sabar. Risa menceritakan betapa pria ini tidak kuat dengan keadaan yang dialami istrinya. Risa yang sakit, yang sedih karena kehilangan calon buah hati, yang tubuhnya kurus kering, harus menanggung satu kepedihan lagi. Suaminya meninggalkannya begitu saja, dan tak mau tahu lagi dengan semua yang terjadi pada istrinya

Sudah jatuh, tertimpa tangga, terhantam batu, tersiram air pula. Oke, mungkin saya berlebihan. Tapi, saat itu, saya sungguh sulit menahan air mata. Saya tersedu-sedu dan tak mampu cepat-cepat meredam kesedihan. Di balik senyum yang manis, Risa menyimpan masa lalu yang sangat kelam. Saya pun belum tentu sanggup kalau harus mengalami kenyataan hidup seperti itu. Lagi-lagi, cerita Risa membuat saya bersyukur dengan diri saya yang sekarang ini. Sehat dan bahagia.

wpid-p_20150304_133915.jpg

Kini, Risa sudah sembuh. Dia telah lulus dari ujian berat dalam kehidupannya. TB MDR membuat Risa tangguh dan mampu memotivasi teman-teman yang masih berjuang demi kesembuhan, di RS. Hasan Sadikin. Proses penyembuhan TB MDR memang panjang, tapi pasti akan berujung pada kesembuhan.

Tubuh Risa kembali normal. Tidak terlalu kurus seperti dulu. Kehidupannya sudah lebih baik. Sudah sehat, dan tidak perlu mengonsumsi obat-obatan lagi. Bahkan, suami yang dulu pernah meninggalkannya, mengajaknya membina rumah tangga kembali. Sayang, Risa memilih untuk tetap berpisah dengan mantan suaminya itu.

Risa pun menutup ceritanya dengan senyum manis yang sangat menampakkan kelegaannya.

Oh ya, tentang TB MDR dan seluk beluknya, dapat dibaca di artikel ini.

Artikel, Blogger, Events, Working

About Nunik Utami

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy.

Comments

  1. Fita Chakra says

    March 18, 2015 at 05:10

    Sedih bacanya 🙁

    Reply
    • Nunik Utami says

      March 20, 2015 at 15:23

      Banget, Fit.

      Reply
  2. Ika Koentjoro says

    March 20, 2015 at 06:53

    Ya Allah… hidup sedemikian berat ya buat Risa.

    Reply
    • Nunik Utami says

      March 20, 2015 at 15:26

      Iya, Mbak. Dia hebat, bisa bangkit dari semua masalah ini.

      Reply
  3. Indah Nuria Savitri says

    March 20, 2015 at 11:38

    semoga semakin banyak Risa yang isa tertolong dari TB dan kembali menjalani hidup yang normal :)..terima kasih sudah berbagi mak..

    Reply
    • Nunik Utami says

      March 20, 2015 at 15:26

      Aamiin. Sama-sama, Mak InSav 🙂

      Reply
  4. putri says

    April 1, 2015 at 12:50

    Ya Allah, sampe segitunya ya ternyata.

    Reply
    • Nunik Utami says

      April 2, 2015 at 03:50

      Iya, Mbak Putri. Aku juga sediih banget diceritain kayak gini 🙁

      Reply
  5. Rachmat says

    May 16, 2017 at 14:00

    Assalamualaikum
    Klo boleh sy minta kontaknya narasumber.bisa hub email sy rachmat_kusumah@yahoo.com
    Dgn izin Alloh semua bisa terjadi,.saat ini Kaka ipar saya salah satu penderitanya,sudah berobat 11 bulan tinggal 11 bulan lagi klo menurut dokter,utk mengkonsumsi obat2an 19 butir klo gak salah.tp kakak ipar saya sangat butuh dorongan dari org2 yg pernah mengalaminya,alhamdulillah kami tetap kompak bisa merawat kakak ipar sy itu tp klo dimasa2 kaya saat ini kakak sy udah depresi berat..tdk mau minum obat udah ngelantur aja. Kadang kami bingung harus d bawa kemana atau dgn cara apa supaya kaka ipar saya tdk putus asa…….
    .
    .
    Mohon bantuannya….terimakasih..

    Reply
    • Nunik Utami says

      May 20, 2017 at 00:59

      Halo, Mas Rachmat.
      Saya turut prihatin dengan keadaan kakak ipar. Semoga keadaannya cepat membaik ya, Mas.
      Mengenai kontak Mbak Risa, maaf, saya nggak punya. Dulu kami nggak tukar nomor hp atau email atau apa pun. Apalagi ini acaranya sudah lama ya.
      Saran saya, coba tanya atau datang ke RS. Hasan Sadikin Bandung tentang para survivor TB MDR. Saya lihat sih, di sana para survivor bebas datang menemui teman-teman yang masih dalam pengobatan. Jadi mungkin Mas Rachmat bisa menemui mereka juga di sana.
      Semoga membantu ya, Mas 🙂

      Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search Here

Welcome

Penulis, Editor, Trainer Penulisan, Mommy. More…

  • Email
  • Facebook
  • Google+
  • Instagram
  • LinkedIn
  • Twitter

Archive

Top Posts & Pages

  • Pertanyaan yang Sering Muncul Tentang Menerbitkan Buku
  • Pijer? Apa itu?
  • Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Revisi Minor
  • Paket Freedom Internet IM3 Ooredoo, Kuota Habis, Pulsa Tidak Terpotong

Subscribe to Blog via Email

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 4,056 other subscribers

Follow Instagram @nunikutami

nunikutami

Writer

Nunik Utami Ambarsari
Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari in Ini enak banget! Biasanya saya masak, tapi hari ini banyak banget kesibukan. Jadinya ambil persediaan Fiesta Ready Meal di freezer. Kali ini pilih yang ayam tandori. 

Cara menyajikannya juga gampang banget. Tinggal bolong-bolongin bagian atas kemasan, lalu panasin pakai microwave. 

Nggak punya microwave? Bisa pakai pengukus, kok. Nggak perlu repot-repot. 

Ini juga praktis banget. Di dalam kemasannya tuh, sudah ada nasinya. Jadi begitu selesai dipanasin, langsung bisa dimakan. 

Udah praktis, enak pula! Harganya juga terjangkau banget  Di freezer masih ada varian lainnya. Ada chicken teriyaki dan kari. Buat persediaan. 

Kamu udah simpan ini di dalam kulkas? 

#FiestaReadyMeal #EnakPraktisTerjangkau #TasteOfTheWorld #SatuRasaBanyakCerita #CharoenPokphandIndonesia
Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jal Ngelongok gerbang sedikit, ada hamparan sawah. Jalan maju sedikit, ada candi. Ke depan sedikit lagi, ada gapura batas desa dengan desain khas Jawa. Ke sanaan lagi, ada rumah joglo. Benteng. Dinding bermotif batik. Baligo bergambar wayang. Gedung berarsitektur khas kolonial yang tidak mencakar langit. Fly over berpemandangan gunung berapi. Papan nama jalan lengkap dengan aksara Jawa. Bangunan peninggalan zaman Jawa kuno. Hamparan pasir yang  masih agak jauh dari pantai. Mbah-mbah yang masih sehat, kuat, dan ceria. Orang tua yang ikut memutar roda perekonomian. Anak-anak berbahasa Jawa.

Lengkap. Pokoknya lengkap. Jogja punya semuanya. Dan, semua itu, sudah berhasil menjadi "support system" untuk saya.

#lifeinjogja #gumukpasirparangkusumo
Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekal Iya nih, oseng-oseng mercon memang ngangenin sekaligus nakutin. Disebut mercon, karena masakan ini dibuat sangat pedas. Saya sering pengin makan oseng mercon. Suka sih, masakan pedas, tapi sekadarnya aja. Hanya ada rasa pedasnya. Bukan pedas yang pedas banget sampai-sampai malah jadi nggak bisa nikmatin makanannya. 

Oseng-oseng mercon ini bahan utamanya bervariasi. Ada yang menggunakan daging sapi dicampur tetelan, ada yang pakai sandung lamur (daging sapi yang banyak lemaknya), ada juga yang menggunakan kikil. 

Yang di foto ini adalah daging sapi dicampur tetelan. Saya makannya di Kampoeng Mataraman. Enak nih, pedasnya nggak gila-gila amat. 

Dulu di sini makannya sistem prasmanan. Ada penyewaan jarik dan kebaya juga, buat foto-foto di tempat. Sejak pandemi, makannya nggak prasmanan lagi. Nggak ada penyewaan baju-baju Jawa juga. Malah, minggu lalu saya lewat lagi, resto ini tutup. 

Mudah-mudahan kondisi segera membaik. PSBB/PPKM segera berakhir. Biar semua resto di Jogja (dan seluruh dunia) buka lagi seperti biasa.

#osengmercon #kulinerjogja #jogjafood #lifeinjogja
Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepa Terbang. Terasa banget, waktu berjalan sangat cepat, seperti terbang. Kata seorang sahabat, hidup di Jogja bisa terbawa santai. Ritme hidup lebih lambat. Pada kenyataannya, setelah menjalani hidup di kota kelahiran ini, produktivitas saya meningkat. Semua berawal dari rasa semangat. Di sini, kalau capek, istirahatnya nyusurin jalan yang masih banyak hijau-hijaunya. Deretan pohon yang subur, hamparan sawah yang padinya mulai menguning, enak banget buat dipandangi lama-lama. Enak banget buat dihirup udaranya. Kalau mau menikmati Jogja dari ketinggian seperti di foto ini, ya bisa juga. 

Yuk, semangat! 😍

#jogja #yogyakarta #lifeinjogja #lifelessons
Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita b Sehat itu anugerah luar biasa. Kalau sehat, kita bisa melakukan apa saja untuk memutar roda kehidupan. Cari nafkah, mendidik anak, bergaul dengan teman-teman, baca buku, nyoba resep masakan, ngepoin instagram seleb, nonton drakor. Pokoknya semuanya.

Sayangnya kita suka lupa. Ketika sehat, lupa bahwa kesehatan itu perlu dijaga. Ketika sakit, baru tersadar kesehatan itu mahal harganya. Selain olahraga teratur dan cukup istirahat, tubuh juga butuh suplemen multivitamin terutama ketika menu makan kita kurang variatif, jarang makan buah & sayur serta tetap harus beraktivitas di luar rumah di masa pandemi ini. 

Karenanya, saya minum Therabex dari Combiphar, satu kaplet sehari setiap pagi. Kualitasnya tak perlu diragukan lagi karena Therabex telah dipercaya Indonesia sejak tahun 1985 & terdaftar di BPOM. Kandungan vit C 500 mg & 6 vit B kompleks dalam Therabex setia menjaga daya tahan tubuh keluarga di tengah pandemi. 

Therabex ini jg sugar-free jadi cocok buat mereka yang mengidap diabetes dan yang terpenting harganya ekonomis. 1 box family pack isi 100 seperti ini bisa untuk konsumsi 3 anggota keluarga selama 1 bulanan.

Nah, kalau Moms yang lain gimana? Sudah minum vitamin hari ini? Therabex nya lagi diskon 15% + ada potongan voucher toko Rp 5.000 lho di Combiphar Official Store di Shopee & Tokopedia. Tapi, kuota vouchernya terbatas nih. Jadi sebaiknya beli sekarang deh, takutnya kehabisan.

#TherabexSetiaMenjaga #Sejak1985 #MultivitaminKeluargaIndonesia #KarenaKeluargaNo1
Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saj Aktivitas saya mendukung banget untuk di rumah saja. Ngedit novel, bikin naskah komik, jadi juri lomba, dan ngurusin batik, semuanya menyenangkan. Meskipun hujan terus selama belasan jam, tetap aja betah di rumah.

Nanti kalo matanya udah terasa capek karena kelamaan ngeliatin gadget, baru deh, butuh ke luar rumah. 

Mumpung saat ini lagi nggak hujan, jalan-jalan, deh, sambil momong bocah, sambil nyari makanan, sambil ngafalin jalan. Btw, sekarang kalo ke mana-mana udah nggak pake GPS. Udah hafal sebagian jalan utama. 

Hmmm ... Penasaran sih, pengen nyoba ke Solo bawa motor. Etapi, bocahnya malah minta ke Semarang. Lhaaa... Ke Solo aja belum tentu berani, je 😅

#lifeinjogja #yogyakarta #hometown
Load More... Follow on Instagram

Join Us

 Blogger Perempuan
PRchecker.info

Lets Eat

Tag

batik belanja online blog budaya buku cerpen editor fashion film financial planner finansial freelancer hijab hijab tutorial hotel hukumonline hukumpedia indonesia jalan-jalan jawa tengah jilbab kerudung kesehatan keuangan kuliner liburan lombok makanan enak menerbitkan buku mobil muslimah parenting pashmina penulis properti restoran savana hijab seni toko online traveling travelling voucher diskon wisata Writer yogyakarta

Posting Terbaru

  • Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Penggabungan FWD Life dan FWD Insurance Serta Inspirasi Every Heroes
  • Review Kelebihan dan Kekurangan Realme XT
  • Bisnis Online, Sudah Saatnya Melatih Para Pelaku UMKM
  • Tinggalkan yang Lalu, Sambut 2021 dengan Resolusi Baru

Komentar Terbaru

  • Oca on Menjelajah Sumatera Utara Bersama Anak Tercinta
  • Caroline Adenan on Green Jobs, Peluang Kerja Sambil Memelihara Lingkungan
  • Telkom University on Lewat Pintaria, Kuliah Sambil Kerja Jadi Mudah Terlaksana
  • Nunik Utami on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
  • Catur on Perbedaan Antara Penerbit Mayor dan Indie
Copyright © 2021 Nunik Utami · Part of Blogger Perempuan. built on the Genesis