Relakan pergi semua yang datang.
Duh, saya merinding dengar pepatah ini. Saya benci perpisahan, tapi sayangnya, setiap ada pertemuan pasti ada makan-ma … eh, pasti ada perpisahan. Jadi, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, ya kalau pernah bertemu, pasti akan berpisah.
Pepatah ini berlaku untuk semua, lho.
Iya, semua, termasuk orang tua, anak, sahabat, apalagi pasangan yang mudah banget datang dan pergi.
Saya dengar pepatah ini dari Kang Maman. Waktu itu saya ikut menyimak webinarnya. Jadi ceritanya Kang Maman nulis buku untuk JNE. Saya heran juga, karena biasanya penulis terkenal nggak mau nulis buku pesanan. Saya penasaran, dong, lalu saya tanya alasan mau menulis buat JNE.
Alasannya apa? Baca saja tulisan ini sampai selesai, ya.
Konsep Berbagi ala JNE
Pernah nggak sih, lihat pengusaha yang memulai usahanya dengan berbagi dulu? Saya seringnya lihat pengusaha yang di awal tujuannya cari untung dulu. Jadi para pengusaha pasti membangun usahanya karena pengin dapat penghasilan sebanyak-banyaknya.
Untuk mencapai tujuan itu, para pengusaha pasti memaksimalkan kinerja para karyawan. Bahkan ibaratnya harus kerja keras dulu di awal, menekan pengeluaran, dan meningkatkan penjualan setinggi-tingginya. Nanti setelah dapat keuntungan yang tinggi, barulah berbagi atau memberikan santunan.
Nah, JNE ini terbalik. Di awal operasionalnya dulu, Direktur Utama JNE justru memberi santunan terlebih dahulu serta mengajak karyawan-karyawannya berbagi, baru kemudian memulai operasional perusahaan.
Menurut saya ini unik banget. Prinsip Sang Direktur, kebahagiaan di diri kita tercipta ketika kita memberikan kebahagiaan pada orang lain. Jadi ketika kita memulai sesuatu dengan hal yang membahagiakan, selanjutnya kita juga akan bisa menularkan kebahagiaan-kebahagiaan lain.
Tidak banyak perusahaan yang memiliki prinsip seperti ini. Itu selaras dengan tagline JNE yaitu Connecting Happines dan konsep Berbagi, Memberi, Menyantuni. Cocok, kan?
Tak terasa JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) sudah melayani masyarakat selama 31 tahun. Menandai 31 tahun kebersamaan ini JNE mendeklarasikan Hari Bahagia pada 7 Oktober 2021, di Studio MarkPlus Inc. Eighty Eight, Kasablanka, Jakarta.
Selain deklarasi Hari Bahagia, dalam rangka merayakakan ulang tahun ke-31 tanggal 26 November 2021 nanti, JNE juga meluncurkan buku bertajuk Bahagia Bersama.
Alasan Kang Maman Menulis untuk JNE
Buku Bahagia Bersama ditulis oleh Kang Maman Suherman. Kang Maman ini penulis terkenal yang karyanya sangat berbobot dan pengalamannya di dunia menulis sungguh luar biasa.
Waktu saya tanya alasan Kang Maman mau menulis untuk JNE, jawabannya sama sekali nggak saya duga.
Saya tahu banget banyak penulis terkenal yang nggak mau menulis buku pesanan. Sebab, biasanya para penulis itu ingin benar-benar mencurahkan pikiran dan perasaannya di naskah yang sedang ditulis, agar hasilnya bagus. Tulisan yang dibuat dari hati pasti hasilnya juga akan sampai ke hati.
Ini bertolak belakang banget dengan tulisan pesanan. Tulisan yang dipesan oleh pihak tertentu sudah pasti isinya melulu tentang pihak tersebut. Bahkan sangat mungkin isinya subyektif, hampir tidak ada tulisan jelek tentang pihak tersebut. Isinya hanya yang bagus-bagus sesuai pesanan.
Alasan Kang Maman mau menulis untuk JNE adalah, pihak JNE sama sekali tidak memesan apapun untuk ditulis di buku Bahagia Bersama. Isinya bukan berupa perjalanan karir perusahaan ini. Juga, bukan hanya hal-hal baik seputar operasional JNE. Bahkan tulisan tentang Bapak M. Feriadi Soeprapto, Presiden Direktur JNE, hanya dua atau tiga halaman dari 193 halaman.
Kang Maman tertarik dengan tagline Berbagi, Memberi, Menyantuni. Berbagi itu membahagiakan. Dalam hitungan matematis, berbagi itu berarti membuat harta kita jadi berkurang. Namun menurut hitungan dari Zat Yang Maha Sempurna, berbagi itu justru membuat kita makin kaya. Itu sebabnya Kang Maman mau menulis buku ini.
Kang Maman begitu menikmati proses menulisnya. Dia bisa mencurahkan semua pengalaman-pengalaman dahsyatnya dalam hidup yang berkaitan dengan tagline dan konsep JNE.
Pihak JNE juga tidak mematok tulisan harus begini begitu, tidak ada keharusan menonjolkan pemimpin perusahaan atau tokoh-tokoh penting dari perusahaan JNE. Bahkan, ketika tulisan selesai dibuat, pihak JNE tidak meminta revisi atau tambahan sedikit pun.
Saya jadi penasaran dong, dengan isi buku ini. Setelah saya baca, ternyata isinya adalah tentang cerita dan pengalaman yang bisa kita teladani serta terapkan dalam hidup. Makanya isinya sama sekali nggak membosankan dan nggak terasa bahwa ini adalah buku yang dibuat oleh sebuah brand.
Bekerja Sama dengan Komikus Terkenal
Yang membuat buku Bahagia Bersama semakin menarik, dilengkapi dengan ilustrasi berupa komik. Pembuat komiknya juga nggak sembarangan. JNE sengaja memilih Mice, komikus yang sudah banyak pengalamannya.
Seperti Kang Maman, Mas Mice juga nyaman banget membuat komik untuk buku ini. Ketika komiknya selesai dibuat, pihak JNE juga sama sekali nggak meminta revisi. Sama persis dengan yang dialami Kang Maman sebagai penulisnya.
Rupanya JNE membebaskan kedua manusia kreatif ini berkarya sebagus-bagusnya, senatural mungkin, dan menggali makna sedalam mungkin.
Saya tahu banget, jangankan pemilik brand yang memesan tulisan. Penerbit pun sering meminta penulis atau komikusnya melakukan revisi setelah mereka selesai membuatnya. Kalau pihak JNE tidak meminta revisi sama sekali, berarti Kang Maman sebagai penulis, Mas Mice sebagai komikus, dan JNE sebagai pemesan naskah buku, sama-sama istimewa.
Selesai baca buku ini, hati saya terasa hangat. Rasanya jadi penuh lagi karena terisi pengalaman menyenangkan, mengharukan, dan bertabur pepatah-pepatah penting yang semuanya berkaitan dengan Berbagi, Memberi, Menyantuni.
Leave a Reply