Neraca? Balance sheet? Waduh, itu dua istilah yang membuat saya malas banget mikirinnya. Buat apa sih, memikirkan neraca? Buat apa kita bikin balance sheet segala? Kalau ada uang ya tinggal pakai saja. Kalau pun nggak ada uang, ya cari aja yang banyak, terus pakai sesuai kebutuhan.
Eh, kebutuhan? Yakin uangnya hanya digunakan untuk membeli segala sesuatu sesuai kebutuhan? Jangan-jangan sesuai keinginan, bukan kebutuhan?
Hmm … iya sih, itu saya banget. Saya nggak peduli ada uang berapa, yang penting masih kelihatan lembaran-lembaran merah di dompet, kalau mau beli apa-apa ya beli saja. Ngapain pikir panjang dulu?
Ternyata pola pikir kayak saya itu salah banget. Sebab, mau nggak mau, kita harus memiliki rencana keuangan. Kita harus bijak mengelola keuangan. Ya sekarang sih, masih ada uang. Nanti kalau penghasilan sudah nggak sebanyak sekarang, apa jadinya kalau kita nggak punya rencana keuangan dan bijak mengelola keuangan dari sekarang?
Makanya saat ikutan workshop tentang bijak mengelola keuangan untuk ibu-ibu, saya semangat banget. Acara ini diselenggarakan oleh Visa. Tujuannya untuk mengedukasi dan berbagi informasi seputar keuangan, bagi para perempuan. Program ini sudah didukung oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), lho.
Lalu, apa saja materi workshopnya? Simak di bawah ini, ya.
Prita Ghozie, Mengelola Keuangan Itu Harus
Sebenarnya dulu saya rajin banget mencatat pemasukan dan pengeluaran. Pembukuan sederhana saja, sih. Jadi saya tahu ke mana saja larinya penghasilan saya. Saya juga tahu berapa besar uang yang saya gunakan untuk membeli keperluan pribadi. Tapi itu dulu ya, saktu saya masih single. Begitu sudah nikah, lama kelamaan kontrol keuangan malah berkurang dan lama-lama hilang sama sekali.
Menurut Mbak Prita, kontrol keuangan dan mengelolanya dengan baik, harus dilakukan secara terus menerus. Sebab, kondisi keuangan yang baik itu membuat hidup lebih nyaman dan nggak was-was. Apalagi kalau kita sudah punya anak. Seiring bertambahnya waktu, anak makin besar, kebutuhan anak akan pendidikan dan lain-lain pun semakin tinggi. Kalau mengelola keuangannya nggak beres bisa-bisa masa depan anak juga bisa jadi korban.
OJK juga menuturkan bahwa perempuan itu critical economic player. Sebab, pada semua tingkat, baik tingkat keluarga, perusahaan, sampai negara, banyak keputusan ekonomi penting yang harus dibuat oleh perempuan. Kalau perempuannya pandai, hidup juga jadi beres.
Menurut Mbak Prita, ada tiga cara untuk mencapai kondisi keuangan ideal, yaitu melakukan financial check up, mengelola arus kas, dan merencanakan keuangan. Kita juga perlu tahu kondisi keuangan kita saat ini sehat atau tidak. Tahunya dari mana? Dari sini:
• Punya utang atau tidak?
Yang dimaksud utang adalah pinjaman produktif dan cicilan yang besarnya harus maksimal 30% dari total pendapatan.
• Biaya hidup harus lebih kecil dari pemasukan
Iya, biaya hidup itu maksimal 50% dari total pendapatan. Selain itu kita juga harus paham dengan prioritas pengeluaran.
• Punya dana darurat?
Dana darurat harus berbentuk kas. Jumlahnya adalah minimal tiga kali pengeluaran rutin per bulan.
• Punya tabungan?
Tabungan ini untuk investasi masa depan dan untuk rencana-rencana sesuatu yang akan kita lakukan di masa datang.
Itu dia ukuran bahwa kondisi keuangan kita sehat. Kalau kondisinya sudah sehat, tinggal jalan terus, tapi kalau kondisinya belum sehat, masih bisa diperbaiki mulai sekarang, kok.
Lalu, bagaimana mengelola keuangan kalau kita para perempuan punya usaha? Ini tipsnya:
• Pisahkan antara keuangan rumah tangga dan usaha.
• Keuntungan usaha bisa dilihat, yaitu omzet usaha dikurangi biaya.
• Keuntungan itulah yang bisa dijadikan dana kas masuk untuk keuangan rumah tangga.
Banyak banget insight dari Mbak Prita. Saya jadi semangat untuk merapikan catatan keuangan seperti dulu waktu masih single. Apalagi sekarang kan, saya juga ada bisnis kerudung. Pengin mulai serius lagi menggarap keuangan, biar semuanya rapi dan bikin hidup jadi lebih nyaman.
Gladies Rahman, Bisnis Itu Harus Disiplin
Di workshop tentang literasi keuangan ini ada Mbak Gladies Rahman yang pengusaha kuliner. Produk andalannya adalah brownies. Awal berbisnis, Mbak Gladies mengerjakan semuanya, mulai dari membuat adonan, memanggang, memberi topping, mencuci semua peralatan, dan tentu saja memasarkan produknya.
Kunci dari berbisnis adalah disiplin mengenai keuangan. Sepengin apa pun kita belanja keperluan pribadi, jangan menggunakan uang dari hasil bisnis. Apalagi di awal berbisnis. Mbak Gladies cerita bahwa dia baru dapat gaji sebagai pemilik bisnis baru di bulan ketiga. Awalnya sih, nggak dapat gaji karena semua dana digunakan dulu untuk bisnis dan pengembangannya.
Yang perlu diingat juga, uang yang bisa kita gunakan untuk keperluan lain adalah laba atau keuntungannya. Bukan omzetnya. Kadang-kadang kan, orang senang melihat omzet yang sudah banyak, padahal keuntungannya tentu saja nggak sebanyak itu.
Jangan lupa juga menabungkan uang keuntungan, untuk pengembangan usaha. Misalnya, untuk beli oven yang kapasitasnya lebih besar, kompor yang lebih canggih, atau yang lainnya. Hal ini untuk lebih memudahkan kita dalam berbisnis.
Mendengarkan penuturan kedua perempuan hebat ini, saya terkagum-kagum. Semangat saya kemmabli muncul. Pada dasarnya semua yang dituturkan oleh Mbak Prita dan Mbak Gladies, sudah pernah saya jalankan. Hanya, kita ini kadang-kadang semangatnya surut karena berbagai kendala yang dihadapi. Itu sebabnya kita butuh asupan pengetahuan dan pecutan semangat lagi seperti ini. Supaya semangat kita penuh lagi.
Yuk, ah, kita mulai rapikan lagi kondisi keuangan dan berbisnis dengan disiplin!
Istiadzah Rohyati says
Aku tertampar bolak-balik ikutan workshop kemarin. Huhuhu. Nggak pernah catat pengeluaran dan pemasukan. Sekali2 sih pernah, tapi bukan di buku khusus, jadinya kan ya udah entah ke mana ya catatannya. Nggak kekontrol. -____-
farha says
penting nih buat freelancer untuk mengkontrol ketat antara pemasukan dan pengeluaran supaya balance sukur-sukur lebih kecil pengeluarannya ya, nice share mbak nunik salam kenal ?