Wahhh.. Ternyata Wonder Woman bisa sakit juga!
Begitulah komentar beberapa orang teman, termasuk suami saya.
Ya, saya yang aktif, nggak pernah sakit dan nggak punya gejala penyakit apapun, ternyata harus diopname!
Saya tumbang karena typus. Dokter bilang, penyebab utamanya adalah karena terlalu lelah.
Lelah? Saya lelah? Rasanya saya nggak pernah merasa lelah, deh?
Memang, sebulan sebelumnya saya merasa sering lesu. Saat ke Bandung untuk pelatihan menulis, disambung ke Jogja untuk mengisi cuti, saya merasa kurang fit. Andalan saya cuma satu. Vitamin. Tapi setelah minum vitamin, saya masih saja lesu. Padahal biasanya baik-baik saja.
Saya belum pernah sakit (kecuali waktu umur delapan bulan, diopname di RS. Bethesda Jogja karena diare, dan kadang-kadang meriang biasa, saat sudah dewasa). Jadi saya cuek dengan keadaan lesu yang tidak kunjung hilang. Saya pikir, saya hanya akan meriang.
Seminggu setelah pulang dari Jogja, saya diare. Saya masih cuek meskipun diare itu tak kunjung sembuh selama satu minggu. Tapi, selang satu minggu, saya demam tinggi. Juga mual-mual hebat. Semua makanan yang masuk, langsung keluar lagi. Ulu hati saya rasanya seperti ditusuk-tusuk. Perih sekali. Badan sayapun lemas.
Saya langsung k dokter. Kata dokter, saya kena maag. Sehari kemudian, setelah minum obat, ternyata nggak ada perubahan. Rasanya masih sama seperti sebelum minum obat. Saya penasaran. Langsung ke dokter lagi dan tes darah. Hasilnya benar-benar membuat saya terkejut! Kata dokter, saya kena typus, dan sudah tingkat tinggi! Saya harus bed rest!
Jadilah saya diopname. Saya sempat senyum-senyum tak percaya. Saya? Sakit? Aneh, rasanya.
Yang lebih aneh, saya sangat menikmati saat-saat sakit itu. Tidur-tiduran di rumah sakit tanpa memikirkan kerjaan kantor, tanpa memikirkan deadline menulis, tanpa memikirkan untuk mengolah ide menjadi tulisan. Juga tanpa memikirkan obat-obatan (karena obat apa yang harus saya minum, dosisnya, plus waktu pemberian obat, semuanya suami saya yang me-manage). Pokoknya saya hanya terima beres. Jarang-jarang saya bisa seperti ini.
Saya “hanya” empat hari diopname. Namun setelah itu saya masih harus bed rest di rumah. Jadilah saya leyeh-leyeh di rumah dan tidak masuk kantor selama dua minggu.
Saya baru tahu bahwa penyakit typus itu membutuhkan waktu begitu lama untuk penyembuhan dan pemulihan. Saya pikir, hanya dua atau tiga hari. Dan untungnya (walah, sudah diopname, masih ada untungnya pula!), saya tidak sekaligus kena DBD. Beberapa pasien yang juga diopname mengidap typus sekaligus DBD. Waduh!
Saat sakit, banyak hal yang terlewatkan. Saya sedih karena tidak sempat nonton Ketika Cinta Bertasbih, yang sekarang masa putarnya sudah habis. Duhh, rasanya ingin nangis! Saya juga belum sempat nonton King dan Garuda Di Dadaku. Waduhhhh… Boro-boro nonton, di ruangan biasa saja saya menggigil, apalagi di gedung bioskop yang super dingin! Tapi semoga saya sempat nonton dua film itu sebelum masa putarnya habis.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang membuat saya semangat lagi untuk menulis. Satu novel anak karya saya terbit bulan Juli ini. Judulnya “Senandung Hati Bidadari”. Juga cerpen saya, dimuat di majalah Bravo terbaru. Judulnya “Hoby Rexy”.
Minggu ini saya sudah kembali bekerja. Kebetulan pekerjaan kantor yang tertinggal bisa saya kerjakan dengan cepat. Insya Allah, minggu depan saya akan mulai menulis lagi. Tentunya di rumah, dong. Setelah pulang dari kantor agar bisa lebih konsentrasi.
Satu hal lagi yang selama ini sering saya abaikan : istirahat. Ternyata istirahat itu sangat penting. Padahal dulu saya sangat sayang jika melewatkan waktu hanya dengan istirahat atau tidur. Dulu saya berprinsip, dari pada tidur, lebih baik pergi ke luar dan berkarya. Sekarang, prinsip itu saya letakkan di nomor sekian, karena saya harus ingat salah satu faktor. Yaitu faktor “U” alias usia.
Leave a Reply