Sebenarnya, membaca (buku, koran, majalah, dll) dan menonton (TV, bioskop) dapat meningkatkan kemampuan menulis. Tapi, sebagai penulis gw bingung. Deadline ketat, jumlah halaman, dan utang naskah yang harus dikerjakan sebaik mungkin membuat gw harus menahan diri untuk tidak membaca dan menonton sementara waktu.
Bagaimana tidak? Kalau waktu yang ada gw gunakan untuk membaca, kapan jumlah halaman yang sudah ditentukan editor dapat tercapai? Kalau gw lebih memilih nonton dari pada ngetik, bagaimana dengan deadline yang semakin mepet?
Kalaupun akhirnya gw baca atau nonton, pasti hati nggak tenang. Kok bisa-bisanya santai rebahan sambil baca atau nonton, sementara bahan-bahan tulisan yang sudah dikumpulkan dan siap digarap melambai-lambai minta dikerjakan.
Akhirnya, segala sesuatu yang menjadi keinginan gw baik itu baca atau nonton, gw tunda dulu. Dengan sekuat tenaga, gw menahan diri untuk nggak melirik deretan buku yang terpajang di rak buku. Apalagi banyak buku baru, yang beberapa diantaranya dikirim oleh penulisnya sendiri. Setiap kali mata gw tertumbuk ke rak buku, setiap kali pula gw berusaha ingat deadline dan jumlah halaman yang harus dicapai. Gw ngeri nggak bisa tepat waktu!
Kalau TV, okelah. Gw nggak begitu tergoda untuk nonton. Dari dulu gw memang nggak terlalu hobi nonton TV. Tapi kalau buku?? Oh No! Susahhhhhhhh… Susaahhhhhh banget nggak tergoda untuk nggak membacanya.
Disinilah gw harus memilih, mana yang hanya berupa keinginan, dan mana yang berupa kebutuhan. Yup, syukurlah akhirnya gw bisa mengalahkan diri sendiri. Tadi malam, gw juga berhasil mendisiplinkan diri untuk nggak online dan konsentrasi penuh untuk mencicil naskah yang deadlinenya akhir bulan ini.
Leave a Reply