Semasa SMA, ada teman saya yang bercita-cita menjadi seorang diplomat. Saat itu yang terbayang oleh saya, pekerjaan diplomat adalah sering pergi ke luar negeri, mengenalkan Indonesia ke negara yang sedang dikunjungi.
Nggak sepenuhnya salah sih, tapi seiring berjalannya waktu, saya semakin tahu bahwa seorang diplomat tidak sekadar mengenalkan negeri ini kepada negara yang sedang dikunjungi, melainkan juga ke dunia internasional, dengan segala keribetannya.
Ribet? Iya, pasti. Namanya juga menjadi bagian dari warga dunia. Sudah pasti sangat banyak hal yang harus dilakukan. Semua demi kesejahteraan dan harga diri bangsa Indonesia.
Gedung Pancasila, Tempat Menerima Tamu Luar Negeri
Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengunjungi Gedung Pancasila. Awalnya saya tidak tahu keistimewaan gedung ini. Saya dan beberapa teman pun dipandu untuk mengenal gedung ini lebih jauh.
Gedung Pancasila berlokasi di Jalan Taman Pejambon, Jakarta. Dari luar gedung ini tampak jelas, karena di bagian atasnya terdapat tulisan “Gedung Pancasila”.
Gedung ini dibangun tahun 1830 oleh pemerintah Belanda. Mereka membantun gedung ini sebagai tempat tinggal Hertog Bernhard, orang Jerman yang bekerja sebagai Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hinda Belanda (Indonesia) . Selanjutnya, gedung ini menjadi Gedung Volksraad atau Dewan Rakyat.
Namun, setelah masa kemerdekaan, pada awal 1950-an, gedung ini diserahkan kepada Departemen Luar Negeri, lalu kepada Kementerian Luar Negeri.
Pada 1 Juni 1964, gedung ini diganti namanya menjadi Gedung Pancasila. Sebab, sebelum merdeka, di sini pula Ir. Soekarno mengemukakan pendapatnya bahwa nanti setelah merdeka, dasar negara Indonesia adalah pancasila.
Tahun 1960-an gedung ini digunakan untuk mendidik calon diplomat. Sekarang, gedung ini dipakai untuk menerima tamu penting dari luar negeri, yang akan melakukan diskusi atau kerja sama dengan negara kita. Mentei Luar Negeri, menerima tamu tersebut di beberapa ruangan di sini.
Ruang tete a tete
Sebelum mulai rapat, tamu-tamu dari luar negeri diminta mengisi buku tamu. Selanjutnya, delegasi utama diterima di ruang tete a tete. Nama ini diambil dari bahasa Prancis, yang artinya “face to face”. Maksudnya adalah pertemuan empat mata, meskipun pada praktiknya seringkali pertemuan ini dihadiri oleh banyak mata, atau beberapa dilegasi.
Di sini, wakil dari Indonesia menyesuaikan tamu yang datang. Apabila tamu ada dua orang, wakil kita juga dua orang. Jika tamunya empat orang, yang menemani mereka juga dua orang. Tentu saja orang pertamanya adalah Menteri Luar Negeri yang sedang menjabat.
Bagaimana kalau delegasi dari luar negeri itu banyak? Selebihnya akan diterima di ruangan lain yang nggak kalah indahnya. Ruangan ini dilengkapi meja panjang dengan taplak batik yang cantik. Kursi, hiasan jendela, dan bagian tasnya, sangat elegan.
Ruang bendera
Di sini terpajang semua bendera negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Duh, saya terharu banget berada di ruangan ini. Terasa banget kemegahan bangsa Indonesia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Semua hal yang berkaitan dengan Gedung Pancasila, baik perencanaan bangunan, penataan ruangan, serta fungsinya, adalah dalam rangka diplomasi negeri ini ke dunia luar.
Joget Seru Bersama Ibu Menlu
Tadinya saya pikir acara ini hanya ajang untuk mengenalkan Gedung Pancasila. Namun, ketika kami sudah akan pindah ke gedung lain, tiba-tiba … surprise! Ibu Menlu datang!
Ibu Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Indonesia saat ini, hadir menyapa saya dan teman-teman. Bu Retno membahas tentang diplomasi. Bahwa orang seringkali mengira diplomasi itu hanya bisa dilakukan oleh kalangan pejabat terkait. Padahal, diplomasi itu penerapannya bisa dalam banyak hal. Misalnya, memakai batik saat menghadiri pertemuan di luar negeri, adalah salah satu bentuk diplomasi yang bisa dilakukan.
Semua orang bisa berdiplomasi. Pada era serbadigital ini, kita juga bisa berdiplomasi melalui internet, terutama media sosial. Contohnya bagaimana? Ya mengisi media sosial kita dengan berbagai kabar baik yang terjadi di Indonesia.
Semudah itu? Iya. Dengan menuliskan hal-hal baik seputar Indonesia, berarti sudah membuka mata dunia bahwa Indonesia itu layal diperhitungkan di kancah Internasional. Itu juga berarti menanamkan rasa percaya dunia internasional terhadap negeri ini.
Dampaknya, nama baik Indonesia akan semakin terangkat. Negara-negara lain pun akan lebih percaya apabila akan mengajak kerja sama bangsa kita.
Eh, yang nggak disangka lagi, Bu Retno mengajak kami berjoget TikTok. Tahu lagu “Entah Apa”, kan? Bu Retno memimpin joget dengan iringan lagu ini, lho. Saya yang sebelumnya nggak pernah tahu, apalagi ikutan, njoget TikTok, sekarang bisa minta ajakan. Nggak tanggung-tanggung, minta diajarkan oleh menteri, lho!
Saya tahu, pekerjaan menteri itu tidak mudah. Mengelola bangsa besar ini butuh energi yang tak pernah putus. Oleh karena itu, sejenak bersantai bersama rakyat seperti ini, menjadi hal yang perlu. Biar pejabat dan rakyat membaur dan akhirnya bisa bahu membahu dalam berdiplomasi ke dunia luar.
Diskusi di Kantin Diplomasi
Selesai joget bersama, Bu Retno pamit untuk melanjutkan tugasnya. Saya dan teman-teman pun berpindah ke Kantin Diplomasi, untuk berdiskusi mengenai peran Indonesia di Dewan Keamanan PBB.
Kantin Diplomasi ditata santai. Bean bag warna-warni sudah ditata di lantai. Panggung pun menggunakan kursi lesehan. Di sebelah panggung, sudah ada Band Diplomat yang menghibur dengan lagu-lagu asyik. Yup, Band Diplomat ini personilnya adalah para pegawai Kementerian Luar Negeri.
Di acara diskusi ini ada Bapak Febrian Alphyanto Ruddyard (Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri RI). Pak Febrian menceritakan bahwa posisi Indonesia sudah ambil bagian penting dalam tingkat dunia. Tahun 2019-2020, Indonesia terpilih menjadi salah satu anggota Elected Ten Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Mei lalu, Indonesia juga sudah berhasil menjadi Presiden DK PBB dengan kepemimpinan yang berwibawa. Intelektualitas bangsa Indonesia sudah sangat diakui di sini.
Jika melihat ke tahun-tahun sebelumnya, tahhun 2018, Indonesia sudah terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk periode 2019-2020. Negeri kita ini terpilih bersama negara lain seperti Jerman, Belgia, Afrika Selatan, dan Republik Dominika.
Jadi, selama bergabung bersama PBB, Indonesia sudah empat kali terpilih dalam DK PBB. Mandat utamanya adalah untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Diperhitungkannya Indonesia di kancah internasional dalam menjaga keamanan dan perdamaian dunia adalah suatu proses panjang yang sudah dilakukan secara berurutan dan sistematis. Berkat kerja keras bangsa Indonesia, saat ini sudah banyak pencapaian yang dihasilkan. Tentu saja ini adalah prestasi yang luar biasa. Yuk, kita ikut berdiplomasi dengan cara dan kemampuan sendiri!
Leave a Reply