Tanggal 10 Mei kemarin, umur saya genap dua puluh sembilan. Itu artinya, inilah tahun terakhir saya menjalani usia kepala dua. Tahun depan (insya Allah, semoga saya panjang umur… Amiinnn….) saya memasuki usia kepala tiga. Mengerikan!
Bukan kepala tiganya yang membuat saya bergidik – toh saya tidak bergidik pun usia kepala tiga akan datang juga- tapi kenyataan bahwa saya semakin tualah yang membuat saya ngeri. Biar bagaimanapun, setiap ulang tahun tiba itu berarti bahwa usia saya berkurang. Berarti pula bahwa jatah hidup semakin sedikit. Berarti pula bahwa “jemputan” semakin dekat. Huahhh…..
Setiap ulang tahun, saya hanya bisa bersyukur bahwa saya masih diberi kesempatan untuk menikmati umur sampai hari ini. Saya juga bersyukur atas apa yang telah saya dapatkan. Suami, anak dan semua yanga da pada diri saya. Tinggal pandai-pandainya saya mempertahankan apa yang telah saya dapatkan, juga belajar ikhlas atas apa yang telah diambil lagi olehNya. Biar bagaimanapun, hidup perlu perjuangan keras.
Di usia dua puluh sembilan ini, saya juga bersyukur banyak orang yang sering membelalakkan mata sambil berkata “Ha? Dua puluh sembilan? Saya pikir masih dua puluh empat!”. Atau “Lho? Sudah punya anak, tho? Saya kira masih SMA”. Waduh!
Bahkan saya beberapa kali mengalami kejadian lucu. Saat saya bepergian sendirian, seringkali ada suara “Sssttttt… Swit swiitttt…,” dari sekumpulan anak berseragam SMP. Bayangkan! SMP! Kenapa bukan anak SMA atau anak kuliahan saja sih yang menggoda saya? (Hihihi.. Bercanda kok, saya sama sekali tidak bermaksud ingin digoda). Saat digoda anak kecil begitu, saya langsung terbahak-bahak sambil berkata pelan agar anak-anak itu tidak mendengar. “Goblok, emak-emak kok digodain!”. Tidak jarang pula ternyata salah satu dari anak-anak itu mengenal saya dan berkata “Ehh.. Ngaco lo. Itu kan Mamanya Rexy, yang rumahnya di situ,”. Kontan saya terbahak-bahak lagi. Senang karena berhasil menunjukkan secara tidak langsung bahwa saya emak-emak! Pasti muka anak yang menggoda saya merah padam!
Kadang saya bingung. Saya harus senang atau justru malu dengan komentar-komentar seperti itu? Bukankah itu berarti bahwa saya masih terlihat kekanakan karena mungkin saja mereka menilai saya tidak berpenampilan (atau berpikiran) sesuai umur? Tapi saya mencoba berpikiran positif bahwa saya masih terlihat lebih muda dari usia yang sebenarnya. Siapa sih yang tidak ingin terlihat muda?
Saya juga bersyukur memiliki banyak teman. Sudah lama saya merasakan bahwa banyak teman itu membuat saya merasa “kaya”. Di ulang tahun saya kemarin, berbagai macam ucapan selamat datang dari penjuru dunia (Hihihi…. Hiperbola nih!), baik lewat YM, SMS, telepon, e-mail, multiply, friendster ataupun yang memberi ucapan langsung. Bahkan ada yang mengirim SMS tengah malam buta. Wah, benar-benar mengorbankan waktu tidur hanya untuk mengirim SMS untuk saya.
Terima kasih buat semuanya yaaa….
Ulang tahun ini juga tidak dirayakan khusus. Saya hanya makan siang bersama suami dan anak di Pasar Festival, setelah itu lanjut ke Gramedia Depok untuk memburu diskon.
Sudah beberapa tahun belakangan saya memang ingin merayakan ulang tahun dalam hati saja. Bahkan, tahun kemarin, di hari ulang tahun, saya sengaja mematikan HP, telepon rumah, dan hanya mengurung diri di dalam rumah sepanjang hari karena kebetulan saya masih menjalani cuti melahirkan. Sampai-sampai seluruh keluarga dan teman kalang kabut tidak bisa menghubungi saya karena suami saya kecelakaan motor!
Leave a Reply