Bakteri.Mendengar kata yang satu ini, pikiran saya melayang pada berbagai macam penyakit. Bagaimana tidak? Selama ini benak saya berasumsi bahwa bakteri adalah penyebab timbulnya penyakit.
Ternyata, asumsi saya tidak benar seratus persen. Bakteri tidak semengerikan yang saya duga. Sebaliknya, tubuh kita justru memerlukan bakteri untuk … kesehatan!
Eist! Jangan protes dulu! Hal ini saya ketahui langsung dari ahlinya, lho. Pada seminar kesehatan yang saya hadiri di Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan informasi berharga mengenai bakteri. Narasumbernya adalah Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.sc, Dr. dr. Hartono Gunardi SpA(K), dan Dr. dr. Herqutanto, MPH, yang merupakan para ahli kesehatan yang sudah tidak diraggukan lagi sepak terjangnya.
Di dalam tubuh manusia terdapat banyak bakteri yang hidup di saluran cerna. Ada bakteri yang menguntungkan tubuh, ada pula bakteri yang merugikan tubuh. Jumlah bakteri baik harus lebih dominan atau lebih banyak dibanding bakteri jahat agar tubuh lebih kuat dan tahan dari serangan penyakit. Keadaan ini harus diusahakan sejak anak baru lahir. Pencernaan anak pun harus sehat, dan terbebas dari bakteri merugikan. Bagaimana caranya?
Bakteri yang menguntungkan disebut probiotik. Bakteri ini secara alamiah telah hidup di dalam sistem pencernaan. Sayangnya, probiotik dapat “dikalahkan” oleh bakteri merugikan, terutama jika jumlahnya semakin sedikit. Oleh karena itu, jumlah probiotik dalam tubuh harus ditambah dalam jumlah seimbang, untuk memberi dampak positif bagi kesehatan. Peran probiotik sangat besar, yaitu menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam sistem pencernaan, membantu proses pencernaan, dan menetralkan racun.
Prebiotik adalah makanan yang berfungsi sebagai suplemen untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri baik (probiotik) dalam sistem pencernaan.
Agar pencernaan anak tetap sehat, kandungan probiotik dan prebiotiknya harus dijaga. Probiotik bisa didapat dari makanan seperti yoghurt, susu, dan produk turunan susu. Dan, sumber prebiotik adalah susu yang mengandung FOS (Frukto oligosakarida) dan GOS (Galakto oligosakarida), brokoli, gandum, dan kacang-kacangan.
Keseimbangan mikroflora di dalam saluran cerna dapat terganggu jika kita kurang menjaga kebersihan makanan dan minuman. Akibatnya, mudah terkontaminasi bakteri jahat dari lingkungan. Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat dan mengonsumsi antibiotik berlebihan dapat membunuh bakteri baik dalam saluran cerna. Anak yang dilahirkan secara caesar pun memiliki jumlah bakteri baik yang rendah.
Oleh karena itu, untuk tetap menjaga keseimbangan mikroflora di dalam saluran cerna dan mempertahankan jumlah bakteri baik, baik anak-anak dan orang dewasa perlu mengonsumsi sumber probiotik dan prebiotik.
Ternyata banyak sekali sumber probiotik. Di antaranya adalah yoghurt, kefir, dan keju. Sekarang ini juga telah banyak ditemukan pada susu pertumbuhan. Namun tidak semua susu pertumbuhan mengandung probiotik. Di sinilah pentingnya memeriksa label pada produk makanan, terutama susu pertumbuhan. Cek label sebelum memutuskan memilih produk seperti yoghurt, susu pertumbuhan, atau produk turunan susu. Pastikan makanan-makanan itu mengandung probiotik dan prebiotik agar pencernaan anak tetap sehat.
Setelah mengikuti seminar ini, saya tidak bergidik lagi mendengar kata “bakteri”. Sebab, setiap manusia memerlukan bakteri baik untuk menjaga sistem pencernaan. Wawasan saya pun bertambah. Mulai saat ini, saya akan selalu mengecek label pada makanan yang saya pilih untuk Mas Rexy, anak saya. Bagaimana pun, kehidupan yang berkualitas berawal dari kesehatan pencernaan, sebagai “filter” pertama terhadap makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Leave a Reply